J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertemuan diantara tiga lempeng besar, yaitu lempeng pasifik, lempeng Indo-

BAB I PENDAHULUAN. tiga Lempeng bumi (Bellier et al. 2001), yaitu Lempeng Eurasia (bergerak

SEISMISITAS VERSUS ENERGI RELEASE

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

STRUKTUR GEOLOGI TELUK BONE - SULAWESI SELATAN GEOLOGICAL STRUCTURES OF THE BONE GULF- SOUTH OF SULAWESI

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

ANALISIS BAHAYA GEMPA BUMI LENGAN UTARA SULAWESI. Santoso dan A.Soehaimi. Pusat Survei Geologi Jl. Diponegoro No.

PERKEMBANGAN TEKTONIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP POTENSI GEMPA DAN TSUNAMI DI KAWASAN PULAU SULAWESI

Unnes Physics Journal

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera

Gambar IV.6. Penafsiran penampang seismik komposit yang melintasi daerah penelitan pada arah utara-selatan dan barat-timur melalui Zona Sesar

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

Bab V Evolusi Teluk Cenderawasih

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

BAB II GEOLOGI REGIONAL

tatanan TEKTONIK INDONESIA

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ATRIBUT ANOMALI MAGNETIK PERAIRAN WETAR, NUSA TENGGARA TIMUR

1051 Gempa Terjadi Di Wilayah Pusat Gempa Regional IV

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

ANALISIS RESIKO GEMPA BUMI WILAYAH LENGAN UTARA SULAWESI MENGGUNAKAN DATA HIPOSENTER RESOLUSI TINGGI SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

J.G.S.M. Vol. 15 No. 4 November 2014 hal Oleh : Syaiful Bachri

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng

PEMODELAN SUMBER GEMPA DI WILAYAH SULAWESI UTARA SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI 1)

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

STUDI B-VALUE UNTUK ANALISIS SEISMISITAS BERDASARKAN DATA GEMPABUMI PERIODE (Studi Kasus: Gorontalo) ABSTRAK

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. serentak aktif (Gambar 1). Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik - Caroline

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

APLIKASI TEKTONIK LEMPENG DALAM SUMBER DAYA MINERAL, ENERGI DAN KEWILAYAHAN

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

IDENTIFIKASI DAN MITIGASI PADA ZONA RAWAN GEMPA BUMI DI JAWA BARAT

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

RESPONS SPEKTRA GEMPA BUMI DI BATUAN DASAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA PADA PERIODE ULANG 2500 TAHUN

KAJIAN POTENSIALITAS GEMPA BUMI BAWAH LAUT DAN TSUNAMI DI PERAIRAN PULAU SULAWESI

BENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. tatanan tektonik terletak pada zona pertemuan lempeng lempeng tektonik. Indonesia

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT

Gempa Tektonik di Pulau Sumbawa..Wahyu Haryadi 13

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

DISTRIBUSI DAN POLA SESAR DAERAH KEPALA BURUNG (PAPUA BARAT)

J.G.S.M. Vol. 16 No. 1 Februari 2015 hal

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga

IDENTIFIKASI SUB-CEKUNGAN DI CEKUNGAN TOMINI BAGIAN SELATAN, BERDASARKAN PENAMPANG SEISMIK 2D DAN ANOMALI GAYA BERAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar

Oleh / by : Marjiyono, H. Kusumawardhani. dan A. Soehaimi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI BARAT LAUT POSO SULAWESI TENGAH ULASAN GUNCANGAN TANAH

J.G.S.M. Vol. 14 No. 1 November 2013

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Tinjauan Ulang Rekonstruksi Lempeng Laut Filipina

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

TATANAN TEKTONIK ZONA SUBDUKSI DAN BATUAN BEKU INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Note : Kenapa Lempeng bergerak?

Bentuk bentukan dasar laut / topografi dasar laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gempa Tektonik di Sulawesi Bagian Tengah. Abstrak

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

ANALISIS REKAHAN GEMPA BUMI DAN GEMPA BUMI SUSULAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OMORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

STRUKTUR GEOLOGI PALEOGEN DAN NEOGEN DI JAWA BARAT

Mekanisme pembentukan Cekungan Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

TEORI TEKTONIK LEMPENG. 2. Geologi Indonesia

EVOLUSI GEOMORFIK MATAROMBEO: DARI CEKUNGAN MESOZOIKUM MENJADI PEGUNUNGAN HOLOSEN

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GEOLOGI DAERAH SORONG KOTA SORONG, PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

Transkripsi:

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal. 75-79 75 PENSESARAN MENDATAR DAN ZONA TUNJAMAN AKTIF DI SULAWESI: HUBUNGANNYA DENGAN KEGEMPAAN STRIKE-SLIP FAULTS AND ACTIVE SUBDUCTION IN THE SULAWESI AREA: THEIR RELATIONSHIPS WITH SEISMICITY Oleh : Koesnama Pusat Survei Geologi, Jl. Diponegoro 57, Bandung 40122 Abstrak Di daerah Sulawesi, disamping dijumpai beberapa sesar regional aktif, juga dijumpai tunjaman aktif. Keberadaan tunjaman aktif ini dapat memicu terjadinya aktifitas pada sesar-sesar tersebut, sehingga menimbulkan gempa-bumi. Sesar-sesar aktif yang merupakan zone sumber gempa tersebut antara lain adalah Sesar Palu-Koro dan Sesar Walanae di Sulawesi bagian barat, Sesar Matano dan Sesar Lawanopo di Sulawesi bagian timur, serta Sesar Gorontalo di Sulawesi bagian utara. Secara keseluruhan sesar-sesar yang merupakan zone sumber gempabumi tersebut adalah sesar-sesar mendatar berskala besar. Kata kunci : sesar mendatar, tunjaman aktif, Sulawesi, kegempaan. Abstract There are some active regional faults and active subduction in the Sulawesi area. The occurrence of the active subduction may result in activities of the faults which generate earthquake. The active faults which represent sources of earthquake are among others the Palu-Koro Fault, the Walanae Fault in the western Sulawesi, the Matano Fault and the Lawanopo Fault in the eastern Sulawesi, and the Gorontalo Fault in northern Sulawesi. All the active faults as the sources of earthquake are developed as a large scale strike-slip or lateral faults. Key words: Strike-slip faults, active subduction, Sulawesi, seismicity. Pendahuluan Model tektonik lempeng mobilistik mewarnai kawasan timur Indonesia yang dicirikan oleh adanya sesar-sesar besar mendatar regional, seperti Sesar Sorong (Sesar Yapen), Sesar Mamberamo, Sesar Palu-Koro, Sesar Gorontalo, Sesar Walanae, dan lainlainnya. Di daerah Sulawesi, disamping dijumpai beberapa sesar mendatar regional aktif, juga dijumpai tunjaman aktif. Keberadaan tunjaman aktif ini dapat memicu terjadinya aktifitas pada sesar-sesar tersebut, sehingga menimbulkan gempa-bumi. Untuk itu, diperlukan pemahaman mengenai mekanisme kegiatan serta sebaran sesar-sesar aktif tersebut dalam rangka mitigasi bencana gempabumi. Makalah ini menekankan pembahasan pada sifatsifat sesar aktif mendatar berskala regional di Sulawesi, serta zona tunjaman aktif, dalam kaitannya dengan fungsi struktur-struktur tersebut sebagai sumber gempa. Berdasarkan rekaman data gempa di daerah Sulawesi, Badan Geologi (2009) telah Naskah diterima : 28 Desember 2013 Revisi terakhir : 11 April 2014 membuat peta zona gempa-bumi yang dibagi menjadi zona gempa bumi sesar dangkal, zona sesar hunjaman kerak bumi dan zona gempa-bumi diffuse. Untuk daerah Sulawesi zona-zona gempa-bumi tersebut disajikan dalam Gambar 1. Sebaran Sesar Mendatar Aktif Di daerah Sulawesi dan sekitarnya terdapat beberapa sesar mendatar aktif yang sebagian terpengaruh oleh aktifitas sistem tunjaman yang ada. Keberadaan sesar-sesar aktif dan tunjaman aktif tersebut merupakan sebab utama terjadinya gempabumi di wilayah tersebut. Sulawesi Bagian Barat Di Sulawesi bagian barat dijumpai sesar mendatar aktif berarah utara-utara barat yang tampaknya merupakan batas barat lempeng litosfer yang bergerak ke Laut Sulawesi di sebelah utara. Sesar ini dinamakan Sesar Palu oleh Hamilton (1979), namun oleh Katili (1970, dalam Hamilton, 1979) dan beberapa peneliti lainnya dinamakan Sesar Palu-Koro, karena melewati Kota Palu dan Koro (Gambar 2).

76 J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal. 75-79 Gambar 1. Peta zona sumber gempa bumi daerah Sulawesi dan sekitarnya (Badan Geologi, 2009) Sesar ini dicirikan oleh adanya lembah sesar yang datar pada bagian dasarnya, dengan lebar mencapai 5 km di dekat Palu, dan dindingnya mencapai ketinggian 1500 2000 m di atas dasar lembah. Sesar tersebut menunjukkan pergeseran mengiri (Katili, 1960; Tjia dan Zakaria, 1974, dalam Hamilton, 1979). Sesar mendatar terbesar kedua di Sulawesi Bagian Barat adalah Sesar Walanae (Gambar 3) yang juga merupakan sesar mengiri. Belum dijumpai laporan yang menyebutkan aktifitas sesar ini. Melihat pelamparannya, kemungkinan sesar ini berlanjut atau menyambung ke Sesar Sadang pada Gambar 2. Keberadaan zona tunjaman di daerah Sulawesi Bagian Barat, khususnya daerah lengan selatan, belum jelas. Adanya Gunungapi Lompobatang berumur Kuarter mungkin berhubungan dengan suatu zona tunjaman, namun keberadaannya masih belum jelas. Hamilton (1979) menyatakan adanya zona tunjaman aktif di sebelah timur Sulawesi yang miring ke barat, namun Katili (1978) berpendapat bahwa zona tunjaman tersebut berada di sebelah barat Sulawesi (Selat Makassar) dan miring ke timur. Gambar 2. Peta tunjaman dan sesar utama daerah Sulawesi berdasarkan Hamilton (1979). Sulawesi Bagian Timur Di bagian timur Sulawesi dijumpai sesar mendatar Matano dengan arah pergeseran mengiri, dan ujung baratnya menyambung dengan Sesar Palu-Koro. Sesar ini cukup aktif sebagaimana dijumpainya beberapa gempa sepanjang atau dekat dengan sesar tersebut (Hamilton, 1979). Ke arah timur, yaitu di bagian barat Laut Banda, Sesar Matano berubah menjadi sesar naik Tolo ( Gambar 3). Sesar mendatar lainnya di Sulawewsi bagian tengah adalah Sesar Lawanopo yang dijumpai di lengan tenggara Sulawesi. Sesar ini lebih kurang sejajar dengan segmen selatan Sesar Palu-Koro. Ujung Sesar Lawanopo berada di bagian atas (ujung) Teluk Bone. Lebih ke selatan lagi dijumpai Lembah Mendoke yang diduga terbentuk oleh karena adanya sesar mendatar mengiri. Gerakan sesar tersebut bersama dengan Sesar Lawanopo diduga telah mengakibatkan terbukanya Teluk Bone (Hamilton, 1979). Namun sistem sesar ini, yang merupakan sistem sesar penting pada Neogen, sudah tidak aktif, berbeda dengan Sesar Matano yang sangat aktif.

Pensesaran Mendatar dan Zona Tunjaman Aktif di Sulawesi: Hubungannya Dengan Kegempaan 77 Gambar 3. Peta tunjaman dan sesar utama daerah Sulawesi berdasarkan Parkinson,1991; Smith & Silver, 1991, Hall & Wilson, 1991; Bachri & Baharuddin, 2001. Sulawesi Bagian Utara Tiga unsur struktur utama di Sulawesi bagian utara adalah zona tunjaman di Laut Sulawesi (Zona Tunjaman Sulawesi Utara), Zona Tunjaman Sangihe Timur di sebelah timur, dan Sesar Gorontalo (Gambar 2). Pada Gambar 1 keberadaan Sesar Gorontalo belum digambarkan, namun pada publikasi lain banyak yang menggambarkan adanya sesar mendatar Gorontalo tersebut (Katili, 1973; Bachri drr., 1993; dll., Gambar 3). Tunjaman Sulawesi Utara yang aktif saat ini sangat berpotensi menimbulkan gempa, dan juga berpotensi mengakibatkan reaktifasi sesar. Keberadaan zona tunjaman Sulawesi Utara, sebagaimana tampak pada rekaman seismik, ditunjukkan oleh adanya parit (trench) di sepanjang bagian dasar lereng benua di sebelah utara lengan utara Sulawesi (Hamilton, 1979). Aktifitas tektonik Sulawesi saat ini diduga juga dipengaruhi oleh adanya tunjaman Sangihe Timur yang menunjam ke arah barat dan menghasilkan

78 J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal. 75-79 lajur gunungapi Kuarter yang berada di atas zona Benioff berkedalaman sekitar 150 km (Gambar 3). Kedua zona tunjaman, yaitu di sebelah utara dan timur lengan utara ini berpotensi menimbulkan gempa dan reaktifasi struktur di lengan utara, termasuk reaktifasi Sesar Gorontalo. Struktur ini merupakan sesar mendatar menganan sebagaimana ditunjukkan oleh bentuk garis pantai di sekitar Teluk Gorontalo yang memperlihatkan pergeseran menganan. Pergeseran menganan tersebut mungkin berhubungan dengan aktifitas tunjaman di Laut Sulawesi. Namun, bukti di lapangan menunjukkan bahwa sesar ini mengalami reaktifasi dengan pergeseran mengiri, yang ditunjukkan oleh adanya pergeseran pada batugamping Kuarter terangkat di jalur sesar (Bachri drr,1993). Berdasarkan teori sistem tegasan dan pergeseran arah sesar, maka diduga reaktifasi tersebut berhubungan dengan aktifitas tunjaman Sangihe Timur. Diskusi Keberadaan zona tunjaman aktif mempunyai pengaruh besar terhadap kegempaan suatu wilayah. Struktur geologi, khususnya sesar yang relatif besar di Sulawesi Utara berpeluang besar mengalami reaktifasi. Reaktifasi pada Sesar Gorontalo sudah terbukti oleh adanya data lapangan, yaitu adanya pergeseran pada batugamping Kuarter terangkat yang berada di jalur sesar. Meskipun demikian, Sesar Palu-Koro dan Sesar Matano justru sering dilaporkan aktifitasnya lebih menonjol dibanding sesar-sesar lain di daratan Sulawesi. Aktifitas Sesar Matano diduga erat berhubungan dengan gerakan relatif ke barat dari Lempeng Pasifik, yang juga mengaktifkan sesar mendatar di sebelah timur Sulawesi, yaitu sesar Sorong (Gambar 3). Gerakan lempeng pasifik ke barat ini, bersama-sama dengan gerakan zona tunjaman Sulawesi Utara, yang merupakan batas atau ujung utara Sesar Palu-Koro, diduga kuat berperan besar mengaktifkan sesar tersebut. Meskipun tunjaman di tepi lengan selatan belum jelas, apakah berada di sebelah barat lengan selatan (Katili, 1978), ataukah berada di timur lengan selatan (Hamilton, 1979), namun tetap saja berpotensi menimbulkan gempa, dan berpotensi mengaktifkan kembali sesar Walanae. Disamping gempa tektonik, di Sulawesi juga dapat terjadi gempa vulkanik, karena dijumpainya gunungapi Kuarter di lengan selatan dan di lengan utara yang umumnya masih aktif. Kesimpulan Sesar mendatar berukuran besar di Sulawesi pada umumnya menunjukkan pergeseran mendatar mengiri, seperti Sesar Palu - Koro, Sesar Matano, Sesar Lawanopo, dan Sesar Walanae. Gerakan relatif mengiri ke arah barat sampai baratlaut tersebut ditafsirkan sebagai akibat adanya desakan ke barat dari Lempeng Pasifik. Sesar Gorontalo yang semula bersifat menganan akibat pengaruh Tunjaman Sulawesi Utara, mengalami reaktifasi dengan gerakan mengiri sebagai akibat pengaruh aktifitas Tunjaman Sangihe Timur. Pergeseran mengiri tersebut relatif kecil dibanding pergeseran menganan pada peristiwa tektonik sebelumnya, sehingga pergeseran menganan masih tampak menonjol pada bentuk pantai di Gorontalo. Keberadaan sesar aktif dan tunjaman aktif di Sulawesi secara langsung mempengauhi tingkat kegempaan wilayah tersebut. Sesar Palu-Koro dan Matano sejauh ini dikenal paling aktif, namun sesarsesar besar lainnya yang kurang aktif perlu diwaspadai pula karena berpotensi mengalami peningkatan aktifitas sebagai akibat masih berlangsungnya tektonik konvergen di kawasan Sulawesi dan sekitarnya. Acuan Bachri, S. Dan Baharuddin, 2001. Peta Geologi Lembar Majene Malunda, Sulawesi, skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Bachri, S., Ratman, N. & Sukido, 1993. Peta Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Badan Geologi, 2009. Peta Percepatan Puncak Batuan Dasar Wilayah Indonesia Untuk Perioda Ulang Gempa 500 tahun atau 10% Kemungkinan Terjadi Dalam 50 Tahun. Badan Geologi, Bandung. Hamilton, W., 1979. Tectonics of The Indonesian Region, Geological Survey Professional Paper 1078,

Pensesaran Mendatar dan Zona Tunjaman Aktif di Sulawesi: Hubungannya Dengan Kegempaan 79 Washington. Hall, R. dan Wilson. M.E.J.,2000. Neogene sutures in eastern Indonesia. Journal of Asian Earth Resources, 18:781-808. Katili, J.A, 1973. On fitting certain geological and geophysical features of the Indonesian island arc to the new global tectonics in: Coleman, P.J. (editor), The Western Pacific: Island Arcs, Marginal Seas, Geochemistry. Katili, J, 1978. Past and present geotectonic position of Sulawesi, Indonesia. Tectonophysics, 45: 289-322. Parkinson, C.D., 1991. The petrology, structure and geologic history of metamorphic rocks of central Sulawesi. Unpublished. Ph.D Thesis, University of London. Smith, R.B. & Silver, E.A., 1991. Geology of a Miocene collision complex, Buton,eastern Indonesia. Geological Soiety of America Bulletin, 103: 660-678.