I. PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi sekolah, Jumlah seluruh kelas VII di SMP Negeri 20

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam setiap jenjang pendidikan, Bahasa Indonesia juga sebagai mata

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I. PENDAHULUAN. kebutuhannya namun tidak memikirkan keadaan lingkungan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

KARAKTERISTIK MODUL PEMBELAJARAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian

III.METODE PENELITIAN. Metode pada penelitian ini yaitu Penelitian dan pengembangan (research and

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. merupakan modal utama dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Guru yang secara langsung bertanggung jawab terhadap bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang memadai sehingga kita dapat memanfaatkannya dalam

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

I. PENDAHULUAN. dan berpartipasi secara aktif dalam pembangunan. Pendidikan memegang. agar mutu pendidikan dapat terus ditingkatkan.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Produktif atau Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan. kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang- Undang Sisdiknas No. 2 Tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangatlah ditentukan oleh kualitas

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, matematika juga sangat diperlukan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

meningkatkan mutu pendidikan. Ujian Nasional bertujuan menentukan kelulusan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

1130 ISSN:

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. murid (Sagala, 2012:61). Pembelajaran juga merupakan sebuah upaya

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya minat belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( Depdiknas, 2003 :12 ). Menurut Depdiknas (2005 : 12 ) ada empat hal yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaiaan dan pengawasan. Perencanaan pembelajaran merupakan acuan dalam membuat target pencapaian keberhasilan pembelajaran. Dalam perencanaan dituangkan kompetensi yang ingin dicapai kemudian dirancang metode, strategi, bahan ajar dan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian kompentensi tersebut. Berkembangnya demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan diikuti perubahan, pengelolan pendidikan dari pengelolaan sentralistik menjadi desentralistik. Hal ini tidak terlepas dari UU no.32. tahun 2003, tentang pemerintah daerah dan dilanjutkan dengan pelaksanaan otonomi daerah dengan memberi peluang yang cukup luas pada daerah untuk menentukan kebijakan-kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing termasuk penyelenggaraan

2 pendidikan. Implikasi dari kebijakan tersebut berdampak pada desentralisasi kurikulum, sebagaimana diketahui bahwa kurikulum merupakan subtansi pendidikan yang sangat penting. Desentralisasi kurikulum terutama dengan pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan proses pembelajaran yang didukung oleh manajemen berbasis sekolah memungkinkan tiap-tiap sekolah untk merancang dan mengembangkan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, karakteristik siswa dan keadaan sekolah di daerah masing-masing. Komponen utama pendidikan adalah proses pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa. Proses pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman belajar dan mengatasi permasalahan belajarnya. Fokus utama proses pembelajaran adalah aktivitas siswa yang beriteraksi dengan sumber belajar dengan dukungan dan bantuan pendidik yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dalam rangka menguasai kompetensi yang diharapkan. Peran guru tidak kalah pentingnya didalam proses pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran menurut Sardiman (2008:144) sebagai (1) fasilitator (menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan individu untuk belajar), (2) motivator (memberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar) dan (3) organisator (mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar bagi siswa dan guru). Guru diharapkan memiliki kemampuan menyediakan kondisi yang tepat dan kondusif bagi siswanya untuk belajar, mengorganisasikan kegiatan belajar yang tepat sehingga siswa termotivasi untuk giat belajar melalui strategi belajar yang

3 sudah disiapkan oleh guru. Guru diharapkan pula memilih metode belajar yang tepat dan media yang cocok bagi siswanya sebagai alat bantu dalam belajar. Satu hal penting untuk disoroti dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah menengah adalah mengenai sarana dan prasarana berupa bahan ajar. Bahan ajar hendaknya memuat materi pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Materi pembelajaran harus memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai oleh siswa. Fakta yang ada di lapangan menunjukkan beberapa guru matematika kurang memanfaatkan dan memaksimalkan fungsi dari bahan ajar. Di sisi lain, matematika adalah salah satu pelajaran yang penting dipelajari dan merupakan mata pelajaran yang membantu dan menunjang ilmu-ilmu lain. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan bilanganbilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran dalam kehidupan seharihari. Jika bahan ajar yang ada tidak dimanfaatkan secara maksimal, maka siswa tidak mampu untuk mengembangkan potensi dirinya untuk mempelajari matematika, tidak ada umpan balik agar siswa mengetahui kebutuhan mereka. Sementara itu kondisi ideal dari hasil sebuah proses pembelajaran adalah efektifitas, efisiensi dan memiliki daya tarik yang baik. Hasil observasi dibeberapa sekolah SMP menunjukkan guru belum mampu mengorganisasikan pembelajaran secara optimal sehingga siswa kurang termotivasi untuk giat belajar. Guru belum memilih metode belajar yang tepat dan media yang cocok bagi siswa sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan sebagai media belum memenuhi kebutuhan siswa.

4 Hasil pembelajaran siswa berdasarkan hasil observasi peneliti pada beberapa sekolah SMP di Bandar Lampung, ternyata hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VIII di Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 belum optimal dan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Tabel 1.1 berikut menunjukkan persentase siswa SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang memperoleh nilai matematika di bawah KKM yaitu 67 dari jumlah siswa sebanyak 256 orang. Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Siswa SMPN 4 Bandar Lampung Pada Mata Pelajaran Matematika Standar Kompetensi Banyak siswa mendapat nilai 75 Banyak siswa mendapat nilai < 75 Banyak siswa di bawah nilai KKM (%) Aljabar & Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Teorema Pythagoras 155 101 39,45 73 183 71,48 Lingkaran 152 104 40,62 Rata-rata 50,52 Sumber : Dokumentasi nilai semester ganjil SMPN 4 Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika standar kompetensi aljabar & sistem persamaan linier dua variabel dari 256 siswa yang lulus KKM sebanyak 155 siswa atau 39,45 persen tidak lulus KKM, standar kompetensi teorema pythagoras dari 256 siswa yang lulus KKM sebanyak 73 siswa atau 71,48 persen tidak lulus KKM, standar

5 kompetensi lingkaran dari 256 siswa yang lulus KKM sebanyak 152 siswa atau 40,62 persen tidak lulus KKM. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar yang dialami siswa diantaranya adalah faktor yang timbul dari siswa itu sendiri baik motivasi belajar siswa yang rendah, minimnya frekuensi belajar, tingkat kedisplinan siswa dalam mengatur jam belajar serta masih kurangnya produk-produk bahan ajar berupa modul untuk membantu siswa dalam belajar secara mandiri. Menurut siswa bahan ajar yang ada terkesan kaku dan susah dimengerti tata bahasa serta penulisannya, ditambah lagi dengan penampilannya tidak terlihat menarik. Hal ini menyebabkan siswa hanya terfokus pada penjelasan guru sedangkan bahan ajar yang ada tidak memberikan kontribusi yang tepat sebagaimana fungsinya bahan ajar yaitu menjadi pendukung pembelajaran siswa. Dari salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah diduga karena belum dikembangkannya bahan ajar secara baik. Selama ini dari bahan ajar matematika yang ada di sekolah dibuat seadanya, tanpa memandang dari tingkat kebutuhan dan kemampuan siswa itu sendiri. Guru belum menyusun dan mengembangkan bahan ajar sesuai kebutuhan siswa. Guru hanya menyediakan bahan ajar berupa buku teks/cetak, yang sudah tersedia dan tinggal pakai serta tidak perlu harus bersusah payah membuatnya. Siswa merasa bosan mengikuti proses pembelajaran, sehingga lebih lama. Hal ini mengakibatkan pembelajaran tidak efisien dari segi waktu. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan mengembangkan kreativitas guru untuk merencanakan, dan membuat

6 bahan ajar yang kaya inovasi sesuai dan tepat dengan kebutuhan siswa, adanya petunjuk cara belajar yang tepat sehingga siswa akan merasa tertarik dan senang belajar matematika. Hasil angket untuk mengukur analisis kebutuhan akan bahan ajar modul kepada guru dan siswa, menyatakan perlunya dikembangkan media yang sesuai dengan kurikulum mata pelajaran matematika sehingga sesuai kebutuhan siswa, membantu siswa dalam memahami pelajaran, membantu guru dalam proses belajar di kelas dan memungkinkan siswa belajar mandiri di luar jam belajar sekolah. Begitu juga dari rekapitulasi hasil angket kepada siswa dan angket bagi guru tersebut, siswa dan guru menyatakan perlu dikembangkan media pembelajaran yang mudah digunakan, mudah dibaca dan dipahami, sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat dipergunakan untuk belajar secara mandiri di rumah. Berikut disajikan rekapitulasi hasil observasi wawancara dan angket. Tabel 1.2 Persentase Guru yang Membutuhkan Modul dalam Pembelajaran Nama Sekolah Matematika Jumlah guru Membutuhkan Modul Tidak membutuhkan modul Persentase guru yang membutuhkan modul SMPN 4 BL 6 5 1 83,33 % SMPN 5 BL 4 4 0 100 % SMPN 28 BL 4 3 1 75 % JUMLAH 14 12 2 86,11 % Sumber : Hasil pengolahan data penelitian Rekapitulasi menunjukkan bahwa guru yang membutuhkan modul untuk membantu guru dalam memberikan pemahaman konsep matematika kepada siswa sebanyak 86, 11%. Hasil ini menunjukkan bahwa masih tingginya keinginan guru terhadap modul matematika sebagai solusi tepat dalam menjawab pertanyaan me-

7 ngapa hasil belajar matematika selalu saja rendah. Hal ini didukung dengan sebagian besar siswa tidak dapat mengakses komputer di sekolah dan luar sekolah secara optimal, sehingga perlu bahan ajar manual yang lebih murah dan mudah di dapat. Menurut Nasution (2003 : 23), keuntungan menggunakan bahan ajar buatan guru (modul) antara lain memudahkan siswa belajar, adanya feedback atau balikan yang banyak dan segera, penguasaan bahan lebih tuntas, siswa lebih termotivasi untuk menyelesaikan modulnya sendiri sesuai dengan kemampuannya, siswa lebih mandiri serta terjalin kerjasama antara guru dan siswa. Keuntungan menggunakan modul bagi guru antara lain, guru dapat melakukan pendekatan secara individu kepada siswa tanpa mengganggu lingkungan di sekitar siswa, meningkatkan profesionalitas guru karena pengajaran modul menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong guru berfikir dan bersikap lebih ilmiah tentang profesinya. Hal senada disampaikan oleh Mahmud (2012:1) dalam blognya sebagai berikut: Keunggulan modul adalah berfokus pada kemampuan individual untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya, Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan stan-dar kompetensi dalam setiap modul, Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga siswa dapat menge-tahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya. Tujuan pembelajaran modul adalah agar siswa : 1. Dapat belajar sesuai dengan kesanggupan dan menurut lamanya waktu yang digunakan mereka masing-masing. 2. Dapat belajar sesuai dengan cara dan teknik mereka masing-masing. 3. Memberikan peluang yang luas untuk memperbaiki kesalahan dengan remedial dan banyaknya ulangan. 4. Siswa dapat belajar sesuai dengan topik yang diminati. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

8 Berdasarkan uraian singkat di atas maka peneliti ingin mengembangkan modul pembelajaran mata pelajaran matematika khususnya teorema pythagoras yang yang dapat mengatasi masalah yang ada di kelas, yaitu memudahkan siswa dalam belajar dengan bahasa yang dipahami siswa dan tampilan yang menarik sehingga tercipta kondisi belajar yang membuat siswa aktif dan mandiri dalam proses belajar dan akhirnya hasil belajar siswa menjadi efektif. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar matematika siswa masih belum optimal dan rendah yaitu 50,52% siswa yang memiliki nilai di bawah KKM, khususnya materi teorema pythagoras sebanyak 71,48 persen siswa mempunyai nilai di bawah KKM. Sedangkan matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional dan menjadi salah satu kriteria kelulusan siswa. 2. Persentase tertinggi banyaknya siswa yang tidak tuntas belajar ada pada standar kompetensi teorema pythagoras yaitu sebesar 71,48%. 3. Tingkat keingintahuan siswa untuk belajar matematika cenderung menurun dikarenakan kurang variatifnya bahan dan metode pembelajaran 4. Bahan ajar yang digunakan siswa masih terbatas dan tidak menarik dari segi penampilan 5. Bahan ajar yang ada belum sepenuhnya melatih kemandirian siswa dalam belajar.

9 6. Kurangnya kreatifitas guru dalam membuat bahan ajar yang menunjang pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung tidak efektif dan efisien serta siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, permasalahan penelitian ini dibatasi pada : 1. Pengembangan bahan ajar matematika materi teorema pythagoras yang sesuai dengan kebutuhan 2. Alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas kinerja dan kualitas hasil pembelajaran matematika yang memenuhi kriteria efektivitas, efisiensi dan daya tarik. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah: 1. Bagaimana kondisi pembelajaran matematika saat ini dan bagaimana potensi sekolah untuk pengembangan modul matematika materi teorema pythagoras? 2. Bagaimana hasil proses mengembangkan bahan ajar modul matematika materi teorema pythagoras kelas VIII semester ganjil? 3. Apa produk pengembangan bahan ajar bahan ajar modul matematika materi teorema pythagoras kelas VIII semester ganjil? 4. Bagaimanakah efektivitas penggunaan modul teorema pythagoras? 5. Bagaimanakah efisiensi penggunaan modul teorema pythagoras?

10 6. Bagaimana kemenarikan siswa terhadap penggunaan modul teorema pythagoras? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah: 1. Mendeskripsikan kondisi pembelajaran matematika saat ini dan menganalisis potensi untuk dikembangkannya modul matematika materi teorema pythagoras. 2. Menghasilkan bahan ajar dalam bentuk modul matematika materi teorema pythagoras kelas VIII. 3. Menghasilkan produk bahan ajar modul matematika materi teorema pythagoras kelas VIII. 4. Menganalisis efektifitas penggunaan modul teorema pythagoras. 5. Menganalisis efisiensi penggunaan modul teorema pythagoras. 6. Menganalisis kemenarikan modul teorema pythagoras sebagai bahan ajar bagi siswa. 1.6 Kegunaan Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoretis Secara teoritis penelitian ini adalah mengembangkan konsep, teori prinsip dan prosedur Teknologi Pendidikan dalam kawasan desain bahan ajar pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan dalam pembelajaran matematika khususnya materi teorema pythagoras.

11 1.6.2 Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga, sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya bagi pembelajaran matematika materi teorema pythagoras. b. Bagi guru-guru matematika, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran khususnya materi teorema pythagoras. c. Bagi peneliti selanjutnya, semoga dapat memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat sehingga menjadi pemacu untuk terus berkarya, terutama untuk mengembangkan kemampuan guru mengatasi masalah belajar siswa. 1.7 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan Produk yang telah dihasilkan harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pengguna. Berdasarkan need assessment yang penulis dapatkan dalam pra penelitian, bahan ajar Modul materi teorema pythagoras yang dikembangkan diharapkan : 1. Merupakan modul pembelajaran matematika yang sesuai dengan kurikulum. 2. Adanya latihan-latihan dan tes kompetensi matematika bahan ajar Modul materi Teorema Pythagoras. 3. Adanya sajian berupa panduan penggunaan bahan ajar modul sebagai arahan siswa/pengguna yang memungkinkan belajar secara mandiri.