TUGAS KESEHATAN KELUARGA : KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT MENINGKATKAN PEMENUHAN NUTRISI BALITA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

Pemberdayaan Kader Cilik sebagai Strategi Intervensi Keperawatan Dalam Pencegahan dan Penanganan Resiko Gizi Kurang

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN ANAK DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH DI KELURAHAN TUGU KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

HUBUNGAN PEMENUHAN NUTRISI DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN KOMUNITAS PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN PRIMER MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BALITA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. Topik : Keperawatan Komunitas : Kunjungan Rumah

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

PELATIHAN KADER POSYANDU LANSIA MENGGUNAKAN TEKNIK PEER GROUP DISCUSSION DALAM PEMBERIAN DUKUNGAN KELUARGA LANSIA DM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DAN KELUARGA DENGAN PRAKTIK KELUARGA SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LASEM KABUPATEN REMBANG

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESIAPAN MENINGKATKAN MENJADI ORANG TUA KARYA ILMIAH AKHIR NERS. Disusun Oleh:

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

Thomas Aquino Erjinyuare Amigo ABSTRAK. Kata kunci: Keluarga, tugas perawatan kesehatan, status kesehatan, lansia, hipertensi ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ORANG TUA DENGAN OBESITAS PADA BALITA DI PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

Key word: family centered nursing, community as partner, Tannahill s models, child with eating disorders ABSTRAK

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU LANSIA DALAM PENGENDALIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi. Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan. salah satunya adalah kebutuhan nutrisi (BAPPENAS, 2011).

EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA MENGATASI MASALAH KESEHATAN DI KELUARGA. Agrina 1, Reni Zulfitri

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

IRNA SARTIKA / IKM

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

PERANAN TENAGA KESEHATAN DALAM MEMPERBAIKI INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) REMAJA MELALUI PROGRAM SCHOOL HEALTH REPORT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

ANALISIS PENGARUH ASPEK HUKUM, PERAN BIDAN DAN HAK ANAK TERHADAP PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN KLATEN

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG KMS DENGAN SIKAP IBU DALAM MENINGKATKAN NUTRISI BALITA

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI KOTA JAMBI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU TENTANG KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KARANGSARI, KECAMATAN KEBUMEN SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DENGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Transkripsi:

TUGAS KESEHATAN KELUARGA : KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT MENINGKATKAN PEMENUHAN NUTRISI BALITA Neti Hartaty Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Email : netihartaty@gmail.com Abstract: One of the support systems in toddlers growth and development is nutrition. The goal research is family health task in nutrition status. This experiment using design with cross sectional. 276 samples were taken with proportional random sampling method. The samples are families with toddlers in the Posyandu area of Lhoong Sub-district, Aceh Besar District. Statistic test with chi-square and logistic. This experiment give result that there are correlation between child member in a family and family capability in full fill toddlers nutrition. Toddlers nutrition dependent with the family capability in nurture Key words : family capability in nurture, nutrition, toddlers. Abstrak: Nutrisi yang baik berkontribusi pada tumbuh kembang balita. Tujuan penelitian ini mengetahui kemampuan tugas kesehatan keluarga dalam pemenuhan nutrisi balita. Desain penelitian cross sectional, menggunakan metode proportional random sampling, responden sebesar 276. Sampel penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita di wilayah posyandu Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar. Uji statistik menggunakan chi-square dan regresi logistikhasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan jumlah anak dalam keluarga, kemampuan keluarga merawat dengan status gizi balita. status gizi balita tidak terlepas dari kemampuan keluarga melakukan tugas kesehatan keluarga khususnya kemampuan keluarga merawat. Kata kunci : kemampuan keluarga merawat, status gizi, balita Balita terdiri atas tahapan neonatus (0-1 bulan), infant (1 bulan- 1 tahun), toddler (1-3 tahun), dan anak pra sekolah (3-5 tahun) (Stanhope & Lancaster, 2010). Tahapan proses tumbuh kembang yang paling penting pada masa balita adalah periode bawah tiga tahun (batita), karena pada masa ini otak akan berkembang sangat cepat dan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun (Hockenberry & Wilson MS, 2008). Potts dan Mandleco (2007), mengungkapkan hal yang senada bahwa sejak anak dalam kandungan hingga anak berusia 3 tahun merupakan masa emas untuk tumbuh kembang fisik, mental dan sosial. Sistem persyarafan terjadi pertumbuhan otak pada masa ini secara berkelanjutan hingga 80% dan peningkatan keterampilan intelektual. KAJIAN PUSTAKA Pemenuhan kebutuhan nutrisi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Menurut Stanhope dan Lancaster (2010), faktor risiko meliputi usia dan biologi, lingkungan dan gaya hidup. Faktor risiko usia dan biologi yaitu usia balita yang terlalu muda, ketergantungan pada Volume 1, No. 1, April 2017 27

orang lain dalam ketersediaan makanan, kelahiran prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sistem imun dan sistem pencernaaan yang masih imatur mempunyai peluang lebih besar terhadap risiko penyakit dan masalah gizi (Stanhope & Lancaster, 2010). Usia balita belum terjadi maturasi sebelumnya dan terjadi perubahan pada kehidupan anak dan keluarga (Potts & Mandleco, 2007). Usia balita merupakan periode paling rentan terhadap kekurangan gizi dan dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu (WHO, 2003). Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan ekonomi (Stanhope&Lancaster, 2010), dimana terdapat hubungan antara sumber finansial dan kebutuhan. Keluarga yang memiliki sumber ekonomi yang adekuat memungkinkan keluarga dapat mengakomodasi kesehatannya. Hal ini juga diperjelas di dalam Hitchock (1999), bahwa status ekonomi merupakan sumber kuat dalam menentukan status kesehatan dan nutrisi. Anak yang hidup dalam kemiskinan mengalami nutrisi kurang sampai dengan buruk (Benyamin, 1996 di dalam Hitchock, 1999;Allender,Rector&Warner, 2010). Risiko gaya hidup adalah kebiasaan atau gaya hidup yang berdampak terhadap risiko terjadinya penyakit termasuk keyakinan terhadap kesehatan, kebiasaan, hidup sehat, pengaturan pola tidur, dan kegiatan atau aktifitas keluarga. Keluarga merupakan faktor utama pembentuk gaya hidup positif anggotanya (Stanhope & Lancaster, 2010). Keluarga merupakan faktor penentu keberhasilan dalam penanaman perilaku hidup sehat bagi keluarganya. Keluarga yang tidak menerapkan dan memperkenalkan perilaku hidup sehat sejak dini akan berisiko mempunyai masalah kesehatan lebih besar dibandingkan keluarga yang mampu menerapkan perilaku hidup sehat sejak dini (Friedman, 2002). Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan prevalensi gizi kurang yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan balita. Berbagai upaya tersebut dilakukan dari tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Namun pencapaian beberapa indikator kesehatan salah satunya gizi balita masih berada dibawah rata-rata nasional (Profil Kesehatan Aceh, 2016). Hal tersebut dapat dilihat dari masih rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota di Aceh. Salah satu pencapaian SPM yang masih rendah berhubungan dengan masih banyaknya kasus gizi kurang bahkan gizi buruk di Aceh. Hal ini tidak terlepas dari peranan keluarga (Stanhope&Lancaster, 2010). Faktor keluarga dalam hal ini meliputi kemampuan menyediakan makanan, pola asuh keluarga, jenis makanan yang disediakan keluarga, dan sosialisasi terhadap makanan (Taylor,2005). Perilaku keluarga dan praktik kesehatan di dalam keluarga sangat mempengaruhi kesehatan di dalam keluarga (Kaakinen,Duff,Coehlo&Hanson, 2010). Hasil observasi yang peneliti dapatkan di wilayah Posyandu Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar, hampir sebagian besar balita tidak mau makan, keluarga juga memfasilitasi balita untuk membeli jajanan di kios. Hampir setiap waktu terlihat balita memakan jajanan ringan yang dibeli dari kios maupun jajanan keliling yang dibawa dengan kendaraan bermotor, seperti bakso bakar, 28 Volume 1, No. 1, April 2017

cilok, dll. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait tugas kesehatan keluarga khususnya kemampuan keluarga merawat dalam meningkatkan pemenuhan nutrisi pada balita. METODE PENELITIAN Desain penelitian menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode proportional random sampling, responden sebesar 276. Sampel penelitian yaitu keluarga yang memiliki balita di wilayah posyandu Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi responden berdasarkan status gizi balita menunjukkan sebagian besar responden dengan gizi baik (-2SD sampai 1 SD) yaitu 59.8%. Distribusi responden berdasarkan kemampuan keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga baik sebesar 59.8%. Kemampuan keluarga merawat nutrisi balita sebesar 54.7% hampir sama dengan keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam pemenuhan nutrisi sebesar 54%, dan lebih separuh keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan sebesar 58.7%. Hasil analisis menunjukkan pendapatan keluarga tinggi (UMR: > 2.440.000) memiliki balita dengan status gizi baik sebesar 61.9%, sedangkan pendapatan < UMR memiliki gizi baik 57.7%. Namun hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita (p=0.557). Hasil analisis menunjukkan pendidikan ibu tinggi memiliki balita dengan status gizi baik 60.8% sedangkan pendidikan rendah dengan gizi baik sebesar 58.5 %. Namun hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dalam keluarga dengan status gizi balita (p=0.796). Hasil analisis pendidikan bapak yang tinggi memiliki balita dengan status gizi baik sebesar 57.5%, sedangkan pendidikan bapak yang rendah memiliki status gizi baik sebesar sebesar 63.9%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan bapak dengan status gizi balita (p=0.367). Hasil analisis menunjukkan jumlah anak dalam keluarga besar (> 2 orang) memiliki balita dengan status gizi baik sebesar 66.4% sedangkan jumlah anak dalam keluarga kecil (1-2 orang) memiliki status gizi baik 53.2%. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan status gizi balita (p=0.035). Hasil analisis juga menunjukkan OR= 1.738, artinya jumlah anak dalam keluarga lebih (> 2 orang) mempunyai peluang 1.7 kali memiliki balita dengan status gizi baik dibandingkan dengan jumlah anak dalam keluarga kecil. Hasil analisis dari kemampuan keluarga merawat menunjukkan kemampuan keluarga merawat yang baik memiliki balita dengan status gizi baik sebesar 94% sedangkan gizi tidak baik hanya 6%. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara kemampuan keluarga merawat dengan status gizi balita (p=0.00). Hasil analisis juga menunjukkan OR= 6.303, artinya kemampuan keluarga merawat yang baik mempunyai peluang sebesar 6.3 kali memiliki balita dengan status gizi baik dibandingkan dengan Volume 1, No. 1, April 2017 29

kemampuan keluarga merawat yang tidak baik. Dari segi kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan, kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik memiliki balita dengan status gizi baik sebesar 63.5%. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan dengan status gizi balita (p=0.182). Hasil analisis dalam hal kemampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan, bahwa kemampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang baik memiliki balita dengan status gizi baik sebesar 61.2% dibandingkan dengan kemampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang kurang memiliki balita dengan status gizi baik yaitu 41.7%. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara memanfaatkan pelayanan kesehatan gizi. dengan status gizi balita (p=0.637). Tabel 1. Seleksi kandidat variabel independen dengan status gizi balita di Wilayah Posyandu Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar Variabel Pv Pendapatan keluarga 0.630 Pendidikan Ibu 0.344 Pendidikan Bapak 0.186 Jmlh anak dlm keluarga 0.091 Kemampuan klg merawat 0.000 Kemampuan klg memodifikasi lingkungan 0.132 0.817 Kemampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan Variabel yang nilai p lebih dari 0.05 yaitu kemampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan dikeluarkan pertama kali. Dari variabel yang dikeluarkan didapatkan perubahan OR lebih 10%. Sehingga variabel tersebut dimasukkan kembali ke dalam model Hasil uji interaksi didapatkan ada interaksi antara pendidikan ibu dan jumlah anak dalam keluarga dengan kemampuan keluarga merawat, dan kemampuan keluarga merawat dengan kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan Hasil dari uji confounding, bahwa peran teman sebaya anak bukan merupakan variabel perancu. Tabel 2. Hasil pemodelan akhir multivariat status gizi balita di Wilayah Posyandu Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar (n=276) No Variabel B P value OR (95% CI) 1 Kemampuan keluarga 1.841 0.000 6.303 (3.703 10.730) merawat Konstanta -0.550 0.003 0.577 Dapat disimpulkan dari seluruh proses analisis bahwa kemampuan keluarga merawat mempengaruhi status gizi pada balita karena memiliki OR paling besar yaitu 6.303. Kemampuan keluarga merawat baik berpeluang sebesar 6.3 kali (CI : 3.703 10.730) memiliki status gizi balita baik dibandingkan dengan kemampuan keluarga merawat yang tidak baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan tinggi dan rendah memiliki kontribusi yang sama dalam menentukan status gizi balita. Menurut analisis peneliti, yang mempengaruhi status gizi dari berbagai faktor dimana tidak hanya dari status pendapatan keluarga namun ditunjang dengan pengetahuan keluarga dalam mengolah makanan yang tepat untuk balita yang bisa didapatkan melalui informasi dari media cetak maupun elektronik terkait nutrisi yang seimbang untuk balita. Hasil penelitian tidak menunjukkan ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan status gizi balita. Menurut analisis peneliti, 30 Volume 1, No. 1, April 2017

pemenuhan nutrisi balita tidak hanya dikarenakan faktor pendidikan. Namun dapat dipengaruhi faktor observasi, meniru dan merubah perilaku sendiri. Juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan waktu ibu dalam memperhatikan kebutuhan nutrisi balita, dalam hal ini adalah ibu yang tidak bekerja. Hasil analisis didapatkan jumlah anak dalam keluarga besar (> 2 orang) sebagian besar memiliki balita dengan status gizi baik sebesar 66.4%. Hal ini bertolak belakang secara teori, di dalam Allender dan Spradley (2010) menyatakan semakin kecil jumlah anak dalam satu keluarga, maka semakin baik status gizi anak tersebut yang dikaitkan dengan ketersediaan makanan. Menurut analisis peneliti, jumlah anak dalam keluarga bukan faktor utama penentu status nutrisi namun dipengaruhi oleh multifaktor seperti pendapatan, pekerjaan, pendidikan, pengalaman yang positif, pengaruh media massa. Hasil penelitian ini, kemampuan keluarga merawat merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi status gizi balita. Keadaan status gizi tidak terlepas dari kemampuan keluarga melakukan perawatan dimana tindakan perawatan dikaitkan dengan perilaku kesehatan keluarga. Perilaku disini berkaitan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh keluarga. Kurangnya pengetahuan cara merawat berarti kurangnya kemampuan keluarga melakukan pencegahan dan pemenuhan gizi seimbang. Secara teori keluarga juga menjadi role model pada anggota keluarga lainnya secara positif dan negatif (Friedman, Bowden&Jones, 2003 dalam Kaakinen, 2010). Perilaku dan praktik keluarga juga mempengaruhi kesehatan yang meliputi praktik pemberian makan, jenis makanan yang dikonsumsi (Kaakinen, 2010). Sosialisasi terkait makanan, perilaku keluarga makan juga mempengaruhi status gizi balita. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Proporsi status gizi balita pada hasil penelitian menunjukkan status gizi yang lebih rendah dari prevalensi nasional. Hal ini dikarenakan SDM di puskesmas sangat minim sehingga program perkesmas gizi balita belum optimal. 2. Pendapatan keluarga yang rendah dan tinggi sama berperan dalam status gizi balita. Status gizi tidak mutlak dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, dikarenakan tidak semua keluarga memanfaatkan pendapatan keluarganya secara bijak dalam pemenuhan nutrisi. Dengan pendapatan yang rendah namun bijak dalam manajemen keuangan, status nutrisi akan terpenuhi. 3. Sebagian besar pendidikan orangtua (ibu dan bapak) memiliki pendidikan tinggi yaitu SMA. Hasil penelitian tidak ada hubungan pendidikan dengan status gizi balita. Status gizi balita tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan, namun dapat dipengaruhi oleh ketersediaan waktu ibu, keluarga mencari dan mendapatan informasi tentang gizi melalui media. 4. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga > 2 dengan status gizi balita. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal ini dapat disebabkan pengetahuan keluarga tentang gizi balita, pengaruh media massa dan pengalaman positif dari ibu. Volume 1, No. 1, April 2017 31

5. Kemampuan keluarga merawat merupakan variabel yang dominan mempengaruhi status gizi balita. Status gizi balita dapat ditingkatkan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam menyediakan makanan seimbang pada balita. Saran 1. Dinas kesehatan a. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan program dalam meningkatkan dan mengatasi masalah gizi pada balita. Dalam hal ini, masalah gizi bukan hanya tanggungjawab pemerintah namun pengaruh dari berbagai pihak. b. Meningkatkan jumlah tenaga perawat yang berkualifikasi di puskesmas untuk menjalankan perkesmas dalam peningkatan status gizi balita. 2. Puskesmas Optimalisasi pembinaan keluarga dengan balita yang beresiko tinggi masalah gizi dan perlunya keterlibatan institusi pendidikan. 3. Keluarga balita a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan merawat dalam pemenuhan nutrisi. b. Menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk meningkatkan status nutrisi melalui perilaku orangtua dalam makan, membuat jadwal makan keluarga. c. Berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk menimbang berat badan, tinggi badan dan memperoleh informasi terkait gizi seimbang sesuai dengan umur balita 4. Penelitian selanjutnya a. Penelitian selanjutnya perlu variabel lain yang mempengaruhi status gizi balita seperti status kesehatan, media, pekerjaan ibu sehingga diharapkan hasil yang didapat memperluas rencana kegiatan dalam penyelesaian masalah gizi. b. Penelitian dengan pendekatan metode yang berbeda yaitu kualitatif, agar hasil yang didapatkan lebih mendalam. DAFTAR PUSTAKA 1. Friedman, M, Bowden, V.R, Jones, E.G. Family Nursing, Research Theory & Practice. 5 st Ed, New Jersey: Person Education Inc, 2003. 2. Friedman, Bowden. Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC, 2010. 3. Gomes. Family and Women Decide Child Nutrition.Vo.5.No.7, SciRes, 2013. 4. Hittchock, J.E et al. Community Health Nursing Caring in Action, New York: Delmar Publisher, 1999. 5. Hockenbery, M.J & Wilson. D. Wong's Essentials Pediatric Nursing. Eight edition. St. Louis Missouri. Mosby. Inc, 2008. 6. James. Nursing Care of Children: Principles and Practice. Fourth edition.st.louis: Elsevier, 2013. 7. Lancaster. S. Community Public Health Nursing. Sixth Edition. USA: Mosby Comp, 2010. 8. Potts, N., & Mandleco, B. Pediatric Nursing: Caring for Children and Their Families. (Second edition). Canada: 32 Volume 1, No. 1, April 2017

Thomson Delmar Learning, 2007. 9. World Health Organization. Global Strategy on Infant and Young Child Feeding. Geneva: WHO, 2003. 10. World Health Organization. Planning Guide for National Implementation of the Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. Geneva: WHO, 2007. Volume 1, No. 1, April 2017 33