BAB I PENDAHULUAAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Sebagai desa wisata yang sudah beroprasi lebih dari 10 tahun, Desa Wisata Brayut memiliki jumlah wisatan asing dan lokal yang terus meningkat setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. 1.2 Tujuan dan Sasaran

FORUM KABUPATEN/KOTA DI DIY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) khususnya kota Yogyakarta adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya tercepat. Banyak sekali sektor yang menopang perekonomian Kota

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

kesempatan kerja dan kesempatan usaha hingga sampai ke pedesaan. Kabupaten Purbalingga adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditambah lagi dengan kebudayaannya, tidak heran jika Yogyakarta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PUSAT INFORMASI DAN PROMOSI HASIL KERAJINAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

Gigih Juangdita

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PARANGTRITIS KABUPATEN BANTUL DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berpaham walfare state, Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEA SIDE HOTEL DI KAWASAN WISATA PANTAI PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB. I PENDAHULUAN. Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Salah satunya dibuktikan oleh peningkatan jumlah wisatawan

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Pulang Syawal terletak di Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

PEKALONGAN BATIK CENTER

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Adanya pengembangan sektor pariwisata diharapkan dapat mendorong terjadinya peningatan kesejahteraan lokal melalui penyediaan lapangan kerja bagi. Tidak hanya itu, pengembanagan pariwisata juga dapat menumbuhkan industri pendukung lain, sehingga dapat membangun integrasi baik antar sektor pariwisata ataupun dengan sektor lain di suatu wilayah. Terkait dengan peranan sektor pariwisata, pengembangan sekor pariwisata tidak hanya mendukung pembangunan ekonomi saja melainkan juga dapat mendukung pembangunan dari aspek sosial dan budaya. Salah satu bentuk upaya dalam mendukung perkembangan sektor pariwisata adalah melalui pengembangan desa wisata. Pengembangan desa wisata telah banyak dilakukan di Indonesia. Pengembangan tersebut tidak terlepas dari dukungan pemerintah dalam upaya meningkatkan eksistensi pariwisata di Indonesia. Kementian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata sejak tahun 2009. Program yang digalangkan oleh Kemenparekraf tersebut cukup memberikan dampak positif terhadap pengembangan desa wisata di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan pengembangan desa wisata dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah desa yang dikembangkan menjadi desa wisata adalah sebanyak 569 desa yang kemudian meningkat pada tahun 2012 menjadi 978 desa wisata dan pada tahun 2013 menjadi 980 desa wisata. Sementara itu pada tahun 2014 Kemenparekraf menargetkan pengembangan 2000 desa wisata di Indonesia. Adapun hasil yang telah dicapai oleh Kemnparekraf pada tahun 2014 sedikit dibawah target. Firmasyah Harim selaku Dirjen Destinasi Kemenparekraf (2013) 1

mengungkapkan bahwa sejumlah ±1900 desa yang telah dikembangkan menjadi desa wisata pada tahun 2014. Tujuan dari pengembangan desa wisata tersebut adalah untuk membentuk yang memahami dan sadar mengenai adanya potensi pariwisata di wilayah mereka sendiri sehingga dapat menciptakan suatu objek wisata yang kreatif. 2000 1900 Jumlah Desa Wisata 1500 1000 500 569 978 980 0 2011 2012 2013 2014 Gambar 1: Grafik Peningkatan Jumlah Desa Wisata di Indonesia Sumber: http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=814, diakses 22 Maret 2015 Bantul merupakan salah satu kabupaten yang mengalami perkembangan desa wisata yang cukup baik. Berdasarkan data RENSTRA Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bantul 2011-2015 menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah desa wisata di Bantul. Pada tahun 2006 jumlah desa wisata di Bantul sebanyak 6 desa dan pada tahun 2010 meningkat sebesar 125% menjadi 18 desa wisata, sedangkan saat ini desa wisata bertambah menjadi 36 desa. Peningkatan pengembangan desa wisata tersebut menunjukkan bahwa pola pengembangan sektor pariwisata berbasis pedesaan di Bantul telah menjadi orientasi pengembangan sektor pariwisata serta menunjukkan besarnya kesadaran dan kepedualian lokal dalam mengembangkan aset dan potensi pariwisata yang dimiliki. Dari 36 desa wisata yang sedang dikembangkan di Bantul, Desa Wisata Tembi merupakan salah satu diantara desa-desa wisata yang sedang berkembang. Pada saat ini Desa Wisata Tembi sedang berada pada masa kejayaan 2

ditunjukkan dengan perolehan penghargaan desa wisata terbaik di Provinsi DIY. Potensi yang menjadi unggulan Desa Wisata Tembi adalah kesenian budaya, kuliner tradisional serta penginapan dengan arsitektur Jawa. Lokasi Desa Wisata Tembi juga cukup strategis yaitu berada di Jalan Parangtritis yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan Pantai Selatan (Pantai Parangtritis). Selain itu Desa Wisata Tembi juga berdekatan dengan lokasi pengembangan wisata seperti Pasar Seni Gabusan dan Sentra Kerajinan Kulit Manding. Adanya potensi dan lokasi yang cukup mendukung, Desa Wisata Tembi termasuk dalam kawasan segitiga pariwisata seperti yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012. Kawasan segitiga pariwisata adalah kawasan Gabusan-Manding-Tembi (GMT) sebagai kawasan desa wisata budaya dan kerajinan. Sartono (2011) mengungkapkan bahwa posisi Desa Tembi sebagai Kawasan GMT dapat menjadi kawasan transit atau bahkan sebagai tujuan wisata khusus dari paket wisata Bantul. Maka dari itu sarana dan prasarana Desa Tembi terus diperbaiki guna menunjang kualitas Desa Wisata Tembi. Desa Wisata Tembi yang berkembang mulai dari tahun 2007 ini sudah mulai diminati oleh wisatawan baik wisatawan lokal maupuun wisatawan asing. Pada awal ditetpakan sebagai desa wisata, pengunjung Desa Wisata Tembi berjumlah anatara 10-20 pengunjung dan setelah memasuki 5 tahun (tahun 2012) wisatawan Desa Tembi meningkat signifikan hingga mencapai 600 pengunjung pada hari biasa dan dapat mencapai 900 pengunjung pada masa liburan (Putra, 2013). Peningkatan jumlah wisatawan tersebut tentunya terkait dengan peningkatan kualitas desa wisata melalui penyediaan fasilitas pendukung wisata. Penyediaan fasilitas wisata tersebut merupakan salah satu bentuk adaptasi Desa Wisata Tembi untuk dapat bertahan sebagai desa wisata serta untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Bentuk adaptasi lain dari Desa Wisata Tembi untuk tetap mempertahankan eksistensinya terlihat dari perkembangan spasial di Desa Wisata Tembi tersebut. Pekembangan spasial tersebut diharapkan dapat menguntungkan bagi perekonomian desa Namun demikian, perlu adanya kontrol terhadap pengembangan spasial agar tetap dapat mempertahankan nilai budaya dan 3

tradisional di Desa Wisata Tembi, karena nilai-nilai budaya dan tradisonal itulah yang menjadi daya tarik utama Desa Wisata Tembi. Maka dari itu, penelitian ini membahas mengenai perubahan spasial dan fisik di Desa Wisata Tembi. Perubahan fisik dan spasial tersebut diharapkan dapat tetap mendukung citra Desa Wisata Tembi yang mempertahankan nilai budaya dan nilai tradisional. 1.2 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1.2.1 Perumusan Masalah Bantul merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang sedang mengembangkan destinasi wisata pedesaan melalui pengembangan desa wisata. Salah satu desa wisata yang sedang berkembang di Bantul adalah Desa Wisata Tembi. Pada dasarnya, Tembi merupakan salah satu dusun di Desa Timbulharjo, akan tetapi setelah Dusun Tembi ditetapkan sebagai kawasan wisata maka penyebutan istilah dusun bergeser menjadi desa. Pergeseran istilah tersebut ditunjuukan oleh setempat dan luar lebih yang lebih sering menggunakan istilah Desa Wisata Tembi dibandingkan dengan penyebutan istilah dusun wisata. Walaupun demikian secara administratif Tembi merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon Bantul. Desa Wisata Tembi saat ini sedang mengalami masa kejayaan, yang ditunjukkan dengan perolehan predikat Desa Wisata Terbaik se- Provinsi DIY pada tahun 2015. Keberhasilan yang diperoleh Desa Wisata hingga memperoleh predikat desa wisata terbaik tentunya menjadikan Desa Wisata Tembi sebagai salah satu best practice dalam pengembangan desa wisata. Proses pengembangan desa wisata tentunya menyebabkan terjadinya peningkatan pembangunan khususnya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya Desa Wisata Tembi. Ketersediaan sarana dan prasarana yang yang terus ditingkatkan secara tidak 4

langsung semakin meningkatkan daya tarik bagi luar untuk tinggal, bekerja hingga membuka usaha di Desa Wisata Tembi. Dengan demikian akan terjadi pola perubahan spasial di mana Desa Wisata Tembi yang mulanya hanya diperuntukkan sebagai kawasan hunian sekarang juga dimanfaatkan untuk kawasan usaha khusunya untuk mendukung kegiatan wisata. Desa Wisata Tembi yang sedang mengalami masa kejayaan tentunya telah mengalami perubahan baik fisik dan spasial yang dapat memberikan pengaruh positif dan negatif bagi dan kondisi lingkungan di Desa Wisata Tembi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian mengenai Perubahan Fisik dan Spasial Desa Tembi sebagai Kawasan Strategis Desa Wisata di Bantul. 1.2.2 Pertanyan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perubahan fisik dan spasial Dusun Tembi yang termasuk dalam kawasan desa wisata budaya dan kerajinan Gabusan Manding Tembi (GMT) di Bantul? 2. Faktor-faktor apa saja yang diindikasikan mepengaruhi perubahan fisik dan spasial di Dusun Tembi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menilai kesesuaian perubahan fisik dan spasial Dusun Tembi dengan kriteria Dusun Tembi sebagai desa wisata budaya. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang diindikasikan mempengaruhi perubahan fisik dan spasial di Dusun Tembi. 5

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti: Untuk mengaplikasikan teori-teori ke dalam bentuk penelitian secara empiris mengenai pengembangan desa wiata dan mengenai teori spasial yang telah di pelajari oleh peneliti selama kuliah 2. Bagi akademisi: Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk menganalisis perubahan spasial dan fisik terkait dengan konteks pengembangan desa wisata 3. Bagi Pemerintah: Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk membuat kebijakan dan mengembangkan desa wisata melalui pengembangan spasial dan fisik yang sesuai dengan ciri khas dan potensi wisata di suatu desa yang dikembangkan menjadi desa wisata. 4. Bagi Swasta: Sebagai salah satu referensi dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan aspek fisik dan spasial di Dusun Tembi dengan tetap mempertahankan keunikan Dusun Tembi yang masih mempertahankan unsur budaya dan tradisional. 5. Bagi Masyarakat: Sebagai salah satu referensi untuk mempertahankan nilai budaya dan tradisional yang melekat di Dusun Tembi 1.5 Batasan Penelitian Batasan penelitian ini mencakup batasan lokasi dan substansi yang menjadi bahan penelitian. Berikut merupakan penjelasan mengenai batasan penelitian: 1. Batasan Area Batasan lokasi penelitian ini adalah wilayah Dusun Tembi yang terletak di Desa Timbulharjo Bantul. Dusun Tembi termasuk dalam salah satu Kawasan Strategis Sosio-kultural (Kawasan Kerajinan dan Budaya GMT) Bantul sesuai dalam Peraturan Daerah Bantul Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 6

Bantul Tahun 2010-2030. Dalam penelitian ini, penulis melihat Dusun Tembi hanya sebagai bagian dari kawasan GMT dan bukan keseluruhan kawasan strategis GMT. 2. Batasan Substansi Substansi penelitian ini adalah perubahan kondisi fisik dan spasial beserta faktor yang diindikasikan mempengaruhi perubahan fisik dan spasial di Dusun Tembi. Hasil yang diharapkan adalah dapat melihat bagaimana pengaruh penetapan Dusun Tembi sebagai kawasan strategis desa wisata terhadap perubahan fisik dan spasial Dusun Tembi yang semakin mendukung atau memperlemah citra Desa Wisata Tembi sehingga dapat menjadi referensi dalam pembangunan kawasan desa wisata. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian tentang desa wisata sudah banyak dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya. Namun penelitian tentang desa wisata mayoritas membahas mengenai kondisi ekonomi,, sosial dan budaya. Penelitain desa wisata yang membahas mengenai perkembangan spasial masih belum banyak dilakukan. Berikut merupakan penelitian yang membahas mengenai desa wisata: Peneliti / Program Titik K, 2009/ Skripsi PWK UGM Tabel 1. Keaslian Penelitian Judul Metode Fokus Lokus Pemanfaatan ruang di kawasan wisata Dieng dan pengaruhnya terhadap spasial objek dan daya tarik wisata Deduktif kualitatif Pemanfaatan ruang dan pengaruhnya terhadap spasial dan daya tarik Kawasan Wisata Dieng Wonosobo dan Banjarnegara Bersambung 7

Peneliti / Program Joseano K.L, 2010/ Tesis MPAR UGM Rahadian Megaputra, 2012/ Skripsi PWK UGM Dhiajen A.G., 2013/ Skripsi UNS Latifatur Rochimah, 2014/ Skripsi PWK Muhammad S, 2014/ Skripsi PWK Lanjutan Tabel 2 Judul Metode Fokus Lokus Peran lokal dalam pengembangan produk desa wisata: Kasus Desa Wisata Tembi, Bantul, Yogyakarta Pergeseran kehidupan sosial budaya dan spasial Kampung Arab Pejokan Dampak ekonomi pariwisata Desa Wisata Tembi Bantul DIY terhadap lokal Periodisasi dan faktor-faktor perubahan spasial di Dusun Brayut dalam konteks desa wisata Perubahan kondisi spasial, sosial dan budaya Kampung Betawi Condet Induktif Kualitatif Induktif kualitatif Deskriptif Kualitatif Induktif Kualitatif Induktif Kualitatif Sumber: Penulis, 2015 Peran terhadap pengembanagan produk lokal Pergeseran kehidupan sosial budaya dan spasial Dampak ekonomi pariwisata terhadap lokal Identifikasi periodisasi perubahan spasial dan faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan spasial Perubahan kondisi spasial, sosial, dan budaya Desa Wisata Tembi, Bantul Kampung Arab Pekoja, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat Desa Tembi, Bantul Dusun Brayut, Sleman. Kampung Condet, Jakarta Timur 8

Dilihat dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian mengenai perubahan spasial di desa wisata telah dilakukan oleh Latifatur Rochimah sebagai skripsi PWK tahun 2014 dengan mengambil lokasi di Dusun Bruyut, Sleman. Sementara itu penelitian yang telah dilakukan di Dusun Tembi juga telah banyak dilakukan, namun penelitan-penelitian tersebut lebih membahas mengenai permasalahan ekonomi dan pemberdayaan. Dengan fokus yang berbeda yaitu mengenai perubahan fisik dan spasial yang belum pernah dilakukan sebelumnya di Dusun Tembi maka penelitian ini relevan dilakukan. 1.7 Alur Penelitian Gambar 2. Alur Pemikiran Sumber: Analisis Penulis, 2015 9

Gambar 3. Alur Penelitian Sumber: Analisis Penulis 2015 1.8 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari enam bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang teori-teori mengenai teor-teori mengenai desa wisata dan teori spasial yang digunakan untuk penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang langkah-langkah yang akan dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian, dimulai dari variabel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data sampai dengan analisis data. 10

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Bab ini berisi tentang deskripsi wilayah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Pembahasan mengenai deskripsi wilayah meliputi kondisi administrasi, fisik keruangan, kependudukam, ekonommi, dan sosial budaya pada lokasi penelitian. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil, analisis serta pembahasan dari tujuan penelitian yang terdapat dalam skripsi ini. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan membahas tentang penyajian secara singkat apa yang telah diperoleh dari pembahasan, sedangkan saran berisi tentang anjuran yang disampaikan kepada pihak yang berkepentingan terhadap penelitian. 11