BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi senyawa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODELOGI PENELITIAN. korosi pada baja karbon dalam media NaCl jenuh CO 2 dan dalam media NaCl

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aspek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Jurusan Pendidikan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai juni 2014 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Laboratorium Kimia Instrumen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia serta dilakukan di Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang digunakan untuk proses ekstraksi umbi bawang merah baik menggunakan teknik maserasi maupun soxhletasi adalah blender, kaca arloji, spatula, batang pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, termometer, erlenmeyer berpenghisap, corong buchner, set alat soxhlet, hotplate, magnetic stirer, heating mantel, penangas air, batu didih, kertas saring, neraca analitik, tabung reaksi, chamber, botol vial, set alat rotary evaporator, freeze dryer, set alat spektrofotometer FTIR, sel elektrokimia, Gamry Instrument dan set alat SEM- EDS. 3.2.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu umbi bawang merah (Allium cepa), metanol teknis, aquades, n-hexan, etil asetat, asam asetat 98%, natrium asetat, natrium klorida, aseton, HCl 2 M, NaOH 2 M, serbuk Mg, padatan KI, asam asetat glasial, HCl pekat, FeCl 3 1%, kloroform, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) dan baja karbon API 5L- X56. Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014 POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN NaCl 1% ph 4 JENUH CO 2 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi

34 3.3 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi dan mekanisme inhibisi dari ekstrak umbi bawang merah pada baja karbon dalam media uji sesuai kondisi pipa pertambangan minyak bumi, yaitu NaCl 1% ph 4 jenuh CO 2. Secara keseluruhan, prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Persiapan alat dan bahan. 2. Ekstraksi umbi bawang merah menggunakan teknik soxhletasi dan maserasi. 3. Karakterisasi senyawa hasil ekstraksi, menggunakan: Uji KLT Uji fitokimia FTIR 4. Pengukuran efisiensi dan mekanisme inhibisi ekstrak umbi bawang merah meggunakan metode EIS dan Tafel. 5. Karakterisasi morfologi permukaan baja karbon menggunakan SEM-EDS.

35 Bagan alur penelitian ditunjukkan oleh gambar 3.1: Umbi bawang merah Ekstrak umbi bawang merah Dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada temperatur 45 C Dicuci, dibersihkan dan dikeringkan Dihaluskan Direndam dalam metanol yang telah didestilasi selama 3 x 24 jam Disaring Ekstak pekat Difraksinasi menggunakan n-hexan pada temperatur 40 C selama 6 jam Didiamkan selama 1 hari kemudian disaring Residu Residu Difraksinasi menggunakan etil asetat pada temperatur 40 C selama 6 jam Didiamkan selama 1 hari kemudian disaring Filtrat Dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada temperatur 45 C Filtrat Dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada temperatur 45 C Ekstrak hasil fraksinasi Larutan induk 10000 ppm ekstrak umbi bawang merah Sel elektrokimia Ditimbang sebanyak 1 gram Dilarutkan dalam NaCl 1% ph 4 Pengujian inhibisi korosi Baja karbon Karakterisasi Uji KLT Uji fitokimia Analisa FTIR SEM-EDS Kurva Polarisasi Ekstrapolasi Tafel Metode EIS Spektra impedansi Efisiensi dan mekanisme inhibisi

36 Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Persiapan Ekstrak Umbi Bawang Merah Umbi bawang merah yang akan digunakan dibersihkan dari kotorannya kemudian dicuci hingga bersih dan keringkan dengan cara di angin-anginkan pada udara terbuka selama 2 hari. Setelah dipastikan sudah kering umbi bawang merah selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan blender dan siap untuk diekstraksi. Proses ekstraksi umbi bawang merah dilakuakan dengan dua metode, yaitu menggunakan cara panas (soxhletasi) dan cara dingin (maserasi). Penggunakan dua metode ekstraksi ini dimaksudkan untuk mengetahui baik secara kualitatif maupun kuantitatif jenis ekstraksi mana yang lebih baik digunakan untuk mengekstrak umbi bawang merah. 3.4.1.1 Maserasi Ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol yang telah didestilasi. Metanol yang dibutuhkan untuk mengekstrak 511 gram umbi bawang merah yaitu sebanyak 13 L. Proses ekstraksi dengan metode maserasi ini dilakukan dengan cara melarutkan umbi bawang merah dalam pelarut metanol, kemudian didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya ekstrak disaring menggunakan corong buchner dan dipisahkan dari residunya. Residu hasil eksrak kemudian diekstraksi kembali dengan metanol baru. Proses ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak yang didapat dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan dengan freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak padat berbentuk serbuk yang sudah terbebas dari pelarutnya. 3.4.1.2 Soxhletasi Umbi bawang merah yang telah siap selanjutnya di ekstrak menggunakan set alat soxhlet selama 6 jam dengan pelarut metanol yang telah didestilasi. Untuk mengekstrak 478 gram umbi bawang merah dibutuhkan 6 L metanol. Sama seperti dengan metode maserasi, hasil ekstrak selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan menggunakan freeze dryer sampai sampel berbentuk serbuk.

37 3.4.2 Fraksinasi Hasil Ekstrak Ekstrak yang didapatkan dari teknik maserasi dan soxhletasi yang telah benar-benar kering dan terbebas dari pelarutnya selanjutnya difraksinasi. Fraksinasi dilakukan masing-masing menggunakan pelarut n-hexan dan etil asetat yang telah didestilasi. Ekstrak umbi bawang merah di fraksinasi menggunakan pelarut n-hexan selama 6 jam pada temperatur 40 C dan diaduk secara terus menerus menggunakan magnetik stirer. Setelah didiamkan selama 24 jam, senyawa yang telah terekstrak kemudian disaring menggunakan corong buchner. Residu yang diperoleh selanjutnya di fraksinasi kembali menggunakan pelarut n-hexan, proses fraksinasi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Filtrat yang didapatkan dipekatkan dengan rotary evaporator lalu dikeringkan sampai berbentuk padatan menggunakan freeze dryer. Residu yang dihasilkan dari fraksinasi n-hexan, di fraksinasi kembali menggunakan etil asetat selama 6 jam pada temperatur 40 C dan diaduk secara terus menerus menggunakan magnetik stirer. Proses fraksinasi dilakukan sebanyak 3 kali sama seperti pada fraksinasi menggunakan n-hexan. Filtrat yang telah disaring selanjutnya dipekatkan dengan rotary evaporator dan dikeringkan sampai berbentuk padatan menggunakan freeze dryer. Hasil proses ekstraksi dan fraksinasi didapatkan 4 ekstrak padatan umbi bawang merah, yaitu ekstrak hasil pelarut metanol awal, fraksi n-hexan, fraksi etil asetat dan metanol akhir yaitu ekstrak yang tidak larut dalam pelarut n-hexan dan etil asetat. 3.5 Karakterisasi Senyawa Hasil Ekstraksi 3.5.1 Uji KLT Analisa KLT dilakukan untuk membandingkan jumlah senyawa yang terekstrak dalam metode maserasi maupun soxhletasi. Lempeng KLT yang digunakan dalam pengujian dipotong terlebih dahulu dengan ukuran 1,5 cm x 7

38 cm, dengan batas atas 1,5 cm dan batas bawah 2 cm. Ekstrak umbi bawang merah hasil maserasi maupun soxhletasi juga hasil fraksinya kemudian diteteskan pada lempeng KLT dengan bantuan pipa kapiler. Lempeng KLT yang telah siap dimasukkan ke dalam chamber yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan eluen n-hexan: etil asetat : metanol dengan perbandingan 3 : 7 : 1. Setelah noda sampai pada batas atas lempeng kemudian diambil dan dibandingkan hasilnya dari ekstrak dengan teknik soxhletasi dan maserasi juga hasil fraksinasinya dibawah sinar UV. 3.5.2 Analisa Gugus Fungsi dengan FTIR FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam ekstrak hasil maserasi maupun soxhletasi juga hasil fraksinasinya. Pengujian dilakukan menggunakan set alat FTIR (SHIMADZU, FTIR-8400) di Laboratorium Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 3.5.3 Uji Fitokimia Uji fitokimia ini dimaksudkan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak umbi bawang merah. Uji fitokimia dilakukan dengan mendeteksi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan, yaitu golongan senyawa alkaloid, terpenoid, steroid, saponin, tanin dan flavonoid. Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu sebagai berikut: a. Pemeriksaan Alkaloid Pemeriksaan adanya alkaloid dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 ml ekstrak umbi bawang merah ditambahkan dengan 5 tetes kloroform dan beberapa tetes pereaksi Mayer atau pereaksi Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih ketika ditambahkan pereaksi Mayer atau terbentuknya endapan coklat ketika ditambahkan pereaksi Wagner. b. Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid Pemeriksaan adanya terpenoid dan steroid dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 ml ekstrak umbi bawang merah dengan 1 ml CH 3 COOH glasial dan 1 ml H 2 SO 4 pekat. Adanya terpenoid ditandai dengan perubahan warna merah pada larutan, sedangkan adanya steroid ditandai dengan timbulnya warna biru atau ungu pada larutan.

39 c. Pemeriksaan Saponin Pemeriksaan adanya saponin dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 ml ekstrak umbi bawang merah dengan air panas selanjutnya dikocok secara cepat. Adanya saponin ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil selama ± 10 menit. d. Pemeriksaan Tanin Pemeriksaan adanya tanin dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 ml ekstrak umbi bawang merah dengan beberapa tetes FeCl 3 1%. Adanya tanin ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi hijau kebiruan. e. Pemeriksaan Flavonoid Pemeriksaan adanya flavonoid dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 ml ekstrak umbi bawang merah dengan 1 gram serbuk Mg dan beberapa ml HCl pekat. Adanya flavonoid ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi warna merah, kuning atau jingga. 3.6 Prosedur Pengukuran Efisiensi dan Mekanisme Inhibisi 3.6.1 Persiapan Material Spesimen uji atau elektroda kerja yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari baja karbon jenis API 5L-X65, yang diperoleh dari Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA ITB. Elektroda ini dibuat dengan memotong baja karbon, dibubut dengan diameter 1,5 cm 2 yang kemudian direkatkan menggunakan resin epoksi. Seperti pada gambar 3.1 Gambar 3.2 Baja Karbon (Elektroda Kerja)

40 Sebelum digunakan sebagai elektroda kerja, permukaan baja karbon dihaluskan dahulu menggunakan amplas silikon karbida (grade 600-1200) selanjutnya dibilas dengan aquades dan aseton yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa elektroda kerja telah terbebas dari kotoran dan lemak. Selain elektroda kerja juga digunakan elektroda platina dan kalomel jenuh yang telah disediakan di Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA ITB. 3.6.2 Pembuatan Larutan Uji dan Larutan Induk a. Pembuatan Larutan Uji Larutan uji untuk media korosif yang digunakan yaitu NaCl 1% dengan penambahan buffer ph 4. Larutan uji dibuat dengan melarutkan 10 gram NaCl dalam 1 L aquades dan 5 ml asam asetan dengan 8,2 gram natrium asetat dalam 1 L aquades. Gambar 3.3 Larutan NaCl 1% ph 4 b. Pembuatan Larutan Induk Larutan induk pengujian dibuat dalam konsentrasi 10000 ppm, yang dibuat dengan melarutkan 1 gram ekstrak umbi bawang merah kedalam 10 ml metanol dan ditempatkan dalam labu ukur 100 ml untuk selanjutnya ditambahkan larutan NaCl 1% ph 4 hingga tanda batas. Begitupula untuk pembuatan larutan induk hasil fraksi n-hexan, etil asetat dan metanol akhir dibuat dalam konsentrasi yang sama, masing-masing dalam 10000 ppm. Dengan cara melarutkan 1 gram ekstrak hasil fraksinasi kedalam 10 ml pelarutnya dan ditempatkan dalam labu ukur 100 ml untuk selanjutnya ditambahkan larutan NaCl 1% ph 4 hingga tanda batas.

41 Gambar 3.4 Larutan Induk Umbi Bawang Merah 10000 ppm 3.6.3 Pengukuran Laju Korosi a. Persiapan Sel Elektrokimia Kedalam sel elektrokimia dituangkan 100 ml larutan uji dengan dan tanpa penambahan inhibitor, selanjutnya dialiri gas CO 2 secara terus menerus pada tekanan ± 0,1 atm dan diaduk menggunakan magnetik stirer. Elektroda kerja (baja karbon), elektroda acuan (elektroda kalomel jenuh, SCE), dan elektroda bantu (platina) direndam dalam media uji dengan jarak antarmuka elektroda ± 1 cm. Ketiga elektroda tersebut kemudian dihubungkan dengan Gamry Ref 3000. Sebelum dilakukan pengukuran secara elektrokimia, sel elektrokimia dibiarkan beberapa saat ± 20 menit yang dimaksudkan agar antaraksi antarmuka baja karbon dengan larutan mencapai keadaan mantap (steady state). Tercapainya keadaan mantap ini ditunjukkan dengan nilai open circuir potential (OCP), yang menyatakan hubungan potensial sel sebagai fungsi waktu. Pengukuran dengan metode EIS maupun dengan metode polarisasi potensiodinamik dapat dilakukan jika nilai potensial sel telah menunjukkan harga yang relatif konstan, selisihnya < 0,1 mv/menit (Ismail, 2007)

42 Gambar 3.5 Sel Elektrokimia b. Uji Impedansi Dengan Metode EIS Penerapan metode EIS pada pengukuran impedansi dan kapasitansi baja karbon dalam media uji, nilai potensial DC yang diterapkan adalah free, yang artinya nilai potensial yang dioperasikan dalam sel besarnya sama dengan potensial sel yang terukur berdasarkan hasil OCP versus SCE. Sinyal potensial AC yang diterapkan yaitu 10 mv dan rentang frekuensi yang diterapkan mulai dari 50.000 sampai 0,05 Hz. Pengujian impedansi dengan metode EIS dilakukan pada berbagai rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Pengukuran dilakukan secara discontinue pada temperatur 298 K, 308 K dan 318 K dengan rentang konsentrasi 40, 80, 120, 160 dan 200 ppm. Pengukuran blangko juga dilakukan pada berbagai rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Spektra impedansi yang dihasilkan dari pengukuran EIS ini disajikan dalam aluran Nyquist. c. Uji Polarisasi Dengan Metode Tafel Penerapan metode polarisasi potensiodinamik dengan menggunakan Tafel pada pengukuran laju korosi baja karbon dalam media uji tidak berbeda dengan metode uji impedansi. Pada uji polarisasi potensiodinamik, potensial DC yang diterapkan adalah -0,075 sampai 0,075 mv relatif terhadap nilai potensial korosi. Kurva polarisasi dipindai dengan laju sapuan konstan (scanning rate) 0,5 mvs -1 dan sampel area 1,13 cm 2. Pengujian polarisasi dengan metode Tafel juga dilakukan dengan berbagai rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda, yaitu pada temperatur 298 K, 308 K dan 318 K, dengan konsentrasi 40, 80, 120, 160 dan 200 ppm. Sama seperti pada metode EIS pengukuran blangko juga dilakukan pada berbagai rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Adapun besaran-besaran listrik yang berkaitan dengan proses korosi dan inhibisi baja karbon ditentukan melalui ekstrapolasi kurva dengan metode Tafel.

43 3.7 Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X- Ray Spectroscopy (EDS) SEM-EDS digunakan untuk mengetahui morfologi dan unsur kimia yang terdapat dalam sampel baja karbon dengan dan tanpa adanya penambahan ekstrak umbi bawang merah. Dalam pengujiannya baja karbon dipotong dengan ukuran 1 x 1 x 0,05 cm, selanjutnya permukaan baja karbon dihaluskan menggunakan amplas silikon karbida (grade 600-1200) kemudian dibilas dengan aquades dan aseton yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa baja karbon telah terbebas dari kotoran dan lemak. Baja karbon selanjutnya direndam dalam larutan uji dengan dan tanpa adanya penambahan ekstrak umbi bawang merah yang memiliki efisiensi paling tinggi selama 24 jam. Kemudian dianalisis menggunakan SEM- EDS dengan pembesaran 5000 dan 10000 kali.