PERANAN HAKIM DAN PARA PIHAK DALAM USAHA UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. usaha dalam penegakan hukum dalam masyarakat lewat peradilan maupun

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

JAMINAN. Oleh : C

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN. AGAMA MALANG PERKARA NO. 0380/Pdt.G/2012/PA.Mlg

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA TANAH KAS DESA DI DESA KENAIBAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

PERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko)

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. melidungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdas arkan hukum.

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM JUAL BELI TANAH DI LUAR PENGADILAN DI KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

STUDI TENTANG TANGGUNG JAWAB KASIR TERHADAP KERUGIAN AKIBAT KELALAIAN DI SUPERMARKET WILAYAH SURAKARTA

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Ada kalanya kepentingan mereka itu saling bertentangan, hal mana dapat

Transkripsi:

PERANAN HAKIM DAN PARA PIHAK DALAM USAHA UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLATEN SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhummadiyah Surakarta Oleh : ERIANA NUGRAHANI NIM: C 100.030.203 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim didalam memutuskan suatu perkara memegang peranan yang penting dalam menegakkan Hukum dan Keadilan. Karena dalam hal ini Hakim memutuskan setiap perkara Hukum Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, demikian bunyi pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004. Bagi Hakim ia terikat akan ucapannya dan terlebih lagi karena ia harus selalu menyebut nama Tuhan dalam memberikan keadilan. Hal ini berarti Hakim harus mempertanggungjawabkan setiap putusannya bagaimanapun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Bisman Siregar SH dengan demikian berarti bahwa Hakim adalah Wakil Tuhan yang mengatas namakan keadilan. 1 Betapa berat tugas Hakim karena ia harus berani untuk memikul tanggung jawab baik dunia maupun akhirat. Cita-cita untuk menegakkan Hukum harus selalu diusahakan suatu keseimbangan antara kehendak untuk menjaga ketertiban. Pasal 1 Undangundang No.4 Tahun 2004 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan Hukum dan Keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. 1 Wahyu Affandi, Hakim dan Penegakan Hukum, Hal 111

Hakim dalam melaksanakan penegakan Hukum (Yudikatif) mempunyai tugas untuk menerima, memeriksa dan mengadili perkara yang diajukan kepadanya. Hakim dalam memeriksa perkara bersifat pasif, dalam arti Hakim tidak boleh mencari perkara. Jadi hanya menerima perkara yang diajukan kepadanya. Dalam menjalankan tugasnya Hakim wajib mendamaikan para pihak. Pada prinsipnya upaya Hakim untuk mendamaikan bersifat imperative, hal ini dapat ditarik dari ketentuan pasal 131 ayat (1) HIR yang menjelaskan bahwa kalau Hakim tidak berhasil mendamaikan, maka ketidakberhasilan itu mesti ditegaskan dalam Berita Acara Sidang. 2 Akan tetapi dengan diterbitkannya PERMA No. 2 tahun 2003, dengan memaksakan secara imperative semua penyelesaian perkara mesti terlebih dahulu ditempuh melalui proses mediasi dan baru boleh ditempuh proses litigasi apabila mediasi gagal. 3 Hal ini sejalan dengan pasal 3 ayat 1 PERMA yang memerintahkan Hakim untuk lebih dahulu menempuh mediasi. Dengan berpegang pada kenyataan yang hidup dalam masyarakat yang menjadi sumber dari kelahiran aturan-aturan Hukum maka Hakim harus menjalankan fungsi hukumnya dengan tanpa membedakan orang atau kekuasaan apapun. 4 2 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Hal 239 3 Ibid, Hal 159 4 Wahyu Affandi, Op Cit, Hal 11

Chambliss dan Seidmand juga mengatakan bahwa Peraturan-peraturan yang ditujukan kepada para pejabat penegak Hukum itu menghendaki agar mereka menerapkan Hukum dengan cara yang sama terhadap setiap orang. 5 Juga dalam Hukum Acara Perdata dikenal suatu Azas yaitu Azas audi et alteram partem yang artinya pihak-pihak yang bersangkutan harus sama-sama didengar, hal ini juga bersesuaian dengan pasal 5 ayat 1 Undang-undang No. 4 tahun 2004. Dalam peradilan pihak-pihak yang bersangkutan harus diperlakukan sama. Tiap orang adalah sama didalam Hukum. Hukum tidak membeda-bedakan antara kaya miskin, laki-laki perempuan, mempunyai kedudukan atau harus diperlakukan sama dan layak(fair), kalau sampai terjadi perlakuan yang tidak sama dan layak itu adalah orangnya bukan Hukumnya yang memperlakukan demikian. 6 Selain itu dikenal juga azas sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana, cepat dan biaya ringan merupakan azas yang tidak kalah pentingnya dengan azas-azas lainnya yang terdapat dalam Undang-undang No.4 tahun 2004. Yang dimaksud dengan sederhana adalah acaranya jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Sedang kata cepat menunjukkan kepada jalannya peradilan. Terlalu banyak formalitas merupakan hambatan bagi jalannya peradilan. Ditentukan biaya ringan agar terpikul oleh rakyat. Biaya perkara yang tinggi kebanyakan menyebabkan pihak yang berkepentingan enggan untuk mengajukan tuntutan hak kepada pengadilan. 7 5 Pendapat Chambliss dan Seidmand dikutip dari buku Sacipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru, Bandung, Hal 61 6 Sudikno Mertokusumo, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1984, Hal 114 7 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1982, Hal 24

Tetapi kenyataannya dalam praktek banyak terjadi bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa penyelesaian perkara perdata tidak sederhana atau secepat ataupun dengan biaya ringan seperti yang dikehendaki oleh pasal 5 ayat 2 Undang-undang No. 4 tahun 2004. Dalam hal ini banyak faktor-faktor yang menentukan sehingga penyelesaian perkara Perdata mengalami hambatan di Pengadilan Negeri. Adapun faktor penghambat bagi hakim dalam menyelesaikan perkara perdata adalah mendatangkan para pihak ataupun para saksi karena jauh tempat tinggalnya. Selain itu faktor penghambat penyelesaian perkara perdata tergantung dari itikad baik para pihak itu sendiri atau kuasanya yang menangani perkara tersebut. Kurangnya kesadaran hukum para pihak atau kuasanya bisa juga menjadi penghambat penyelesaian perkara perdata. Pengadilan yang merupakan public service oleh masyarakat banyak dirasakan kekurangannya dalam menyelesaikan perkara Perdata dengan secepat-cepatnya. Oleh sebab itu, karena hakim yang memimpin pemeriksaan dipersidangan maka peranan Hakim sangat penting dalam mempercepat penyelesaian perkara Perdata di pengadilan Negeri, disamping itu tidak lepas dari partisipasi para pihak untuk mempercepat penyelesaian perkara Perdata. Karena antara Hakim dan para Pihak merupakan dua komponen yang paling menentukan. Adanya kerja sama yang baik dan adanya itikad baik dari pihak-pihak yang berperkara sangat membantu Hakim dalam memberikan putusan, sehingga dengan adanya kesadaran hukum dari masing-masing pihak peran hakim bisa dilaksanakan dengan baik.

B. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang jelas dan terarah akan sangat memudahkan peneliti dalam mencari data, menyusun dan menganalisa data-data yang diperoleh: 1. Sejauh mana peranan Hakim dan para Pihak dalam usaha mempercepat penyelesaian perkara Perdata di Pengadilan Negeri? 2. Faktor-faktor apakah yang menghambat Hakim dan para pihak dalam mempercepat penyelesaian perkara Perdata di Pengadilan Negeri? C. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan dimuka maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana peranan Hakim dan para Pihak dalam usaha mempercepat penyelesaian perkara Perdata di Pengadilan Negeri. 2. Untuk mengetahui dan berusaha menelaah faktor-faktor penghambat dalam penyelesaian perkara Perdata di Pengadilan Negeri. D.Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan sumbangan pemikiran terhadap khasanah ilmu hukum pada umumnya dan pengembangan teori maka terkait dengan proses peradilan

dipengadilan negeri yang menyangkut peranan Hakim perdata dan para pihak. 2. Bagi Masyarakat Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengetahui peranan hakim dan para pihak dalam usaha mempercepat penyelesaian perkara di pengadilan Negeri Klaten. 3. Bagi Penulis Untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang hukum khususnya hukum acara perdata. E. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang penulis gunakan adalah jenis penelitian yuridis empiris. Pendekatan secara yuridis dilakukan dengan mempelajari Peraturan Perundang-undangan, buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembahasan masalah. Sedangkan Pendekatan empiris dilakukan dengan melihat pelaksanaan peranan Hakim dan Para Pihak dalam usaha mempercepat penyelesaian perkara Perdata di Pengadilan Negeri Klaten

2. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis Penelitian Deskriptif, Penelitian Deskriptif adalah dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dengan memberikan gambaran tentang keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak. 3. Sumber Data a. Data Primer Data ini diperoleh secara langsung dari lapangan untuk memperoleh penjelasan mengenai Obyek Penelitian. b. Data Sekunder Berupa keterangan atas fakta yang diperoleh secara tidak langsung tetapi diperoleh melalui Study Pustaka, literature, Peraturan Perundangundangan, karya ilmiah dan sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. 4. Metode Pengumpulan Data a. Penelitian Kepustakaan Metode merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dari literature dan Peraturan Perundang-undangan, serta buku-buku yang ada kaitannya secara langsung dengan obyek yang diteliti. Cara ini dimaksudkan untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat atau penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan. b. Penelitian Lapangan - Wawancara (Interview)

Metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan Tanya jawab secara langsung pada pihak yang bersangkutan. - Observasi Teknik pengumpulan data dengan cara meneliti dan mengamati secara langsung yang diteliti. 5. Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa dengan metode analisa Deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh akan digambarkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, apa yang dikatakan responden baik secara lisan maupun tulisan yang akan diteliti dan dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh kemudian dianalisa guna menjawab permasalahan yang diajukan dan mencari jalan keluar yang diharapkan hingga akhirnya akan didapat suatu skripsi yang ilmiah. F. Sistematika Skripsi Sistematika Skripsi memberikan gambaran dan mengemukakan garis besar skripsi agar memudahkan didalam mempelajari seluruh isinya. Adapun Skripsi yang penulis susun adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian

E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum mengenai Hukum Acara Perdata 1. Proses Beracara Perdata di Pengadilan B. Tinjauan Mengenai Peranan Hakim dan Para Pihak dalam Penyelesaian Perkara Perdata 1. Sumber-sumber untuk menemukan Hukum bagi Hakim 2. Tugas Hakim Perdata 3. Kewajiban Hakim Perdata 4. Peranan Hakim dalam Menyelesaikan Perkara Perdata 5. Kewajiban Para Pihak atau Kuasanya dalam Perkara Perdata 6. Peranan Para Pihak atau Kuasanya dalam Perkara Perdata BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Peranan Hakim dan Para Pihak dalam Usaha Mempercepat Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Klaten. a. Peranan Hakim b. Peranan Para Pihak 2. Faktor-faktor Penghambat dalam Penyelesaian Perkara Perdata a. Faktor Penghambat pada Hakim b. Faktor Penghambat pada Para Pihak atau Kuasanya

B. PEMBAHASAN 1. Peranan Hakim dan Para Pihak dalam Usaha Mempercepat Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Klaten. a. Peranan Hakim b. Peranan Para Pihak 2. Faktor-faktor Penghambat dalam Penyelesaian Perkara Perdata a. Faktor Penghambat pada Hakim b. Faktor Penghambat pada Para Pihak atau Kuasanya BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN