BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular. Hal ini dimanifestasikan dengan anuria (haluaran urin kurang dari 50 ml per hari), oliguria (haluaran urin kurang dari 400 ml per hari), atau volume urin normal. Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) atau End-Stage Renal Disease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2002). Penderita GGK menurut estimasi World Health Organization (WHO) secara global lebih dari 500 juta orang dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hemodialisis (Nawawi, 2013). Hasil penelitian menyebutkan bahwa di Yordania, GGK tumbuh dengan cepat beberapa tahun terakhir ini. Statistik terakhir pada tahun 2010 menunjukkan perkiraan dari enam juta penduduk Jordan lebih dari 577 per juta orang menerima hemodialisis, meningkat 1,1% dari tahun sebelumnya (Tarawneh & Al-Qaisi, 2011). Populasi penderita gagal ginjal di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data yang dikeluarkan PT. Askes pada 1
2 tahun 2009 jumlah pasien gagal ginjal kronis sebanyak 70 ribu orang, kemudian pada tahun 2010 jumlah pasien gagal ginjal kronis adalah 17.507 orang, dan meningkat lagi pada tahun 2011 sekitar lima ribu orang. Pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan meskipun tidak sebanyak pada tahun 2012. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia jumlah pasien gagal ginjal diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk (Nawawi, 2013). Hasil survey komunitas Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) menyatakan bahwa 12,5% dari populasi sudah mengalami penurunan fungsi ginjal, yang ditandai oleh adanya proteinuria yang persisten atau penurunan laju filtrasi glomerulus. Bila jumlah penduduk Indonesia saat ini kurang lebih 240 juta, maka berarti 30 juta penduduk Indonesia sudah mengalami penurunan fungsi ginjal. Data mengenai pasien PGTA lebih banyak didapatkan dari rumah sakit dan unit pelayanan dialisis. Hasil survey dari berbagai pusat dialisis didapatkan kejadian baru PGTA yang memerlukan dialisis sebesar 30,7 per juta penduduk. Berarti setiap tahun terdapat 4700 pasien baru PGTA (PERNEFRI, 2013). Pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis adalah pasien penyakit ginjal kronis terminal (PGKT) atau ESRD. Pada tahun 1999 ditemukan pasien PGKT sekitar 340.000 dan diperkirakan terjadi peningkatan pada tahun 2010 menjadi 651.000 pasien (United State Renal Data System (USRDS), 2002 dalam IRR, 2012). Data lainnya menunjukkan adanya peningkatan tindakan hemodialisis rutin pada tahun 2008 terdapat 196.050 tindakan, tahun 2010
3 mencapai 384.469 tindakan, sedangkan pada 2012 sekitar 717.497 tindakan. Pasien baru pada 2008 tercatat 5392 & pasien aktif sebanyak 1936, tahun 2010 terdapat sejumlah 9649 pasien baru & 5184 pasien aktif, sedangkan pada tahun 2012 ada 19.621 pasien baru & 6951 psien aktif; hal ini berarti terdapat peningkatan jumlah pasien baru hemodialisis di Indonesia. Jumlah pasien baru tercatat lebih banyak karena jumlah unit hemodialisis yang melaporkan pun meningkat (IRR, 2012). Jumlah pasien hemodialisis (HD) baru di Indonesia tahun 2012 sebanyak 19.621 orang sedangkan pasien HD aktif sebanyak 9161 orang. Dari 9161 pasien HD aktif, 82,82% adalah pasien berusia 25-64 tahun, 61,15% adalah pasien laki-laki, sedangkan 38,85% adalah pasien perempuan. Diagnosa penyakit utama pada pasien hemodialisis sebanyak 83% adalah ESRD. Berdasarkan etiologi, 35% karena hipertensi, 26% karena diabetes, 15% karena nefropati obstruksi dan pielonefritis kronis, 12% karena glomerulopati primer, 10% karena lain-lain (nefritis lupus, ginjal polikistiks, nefropati asam urat), dan 2% penyebabnya tidak diketahui (IRR, 2012). Berdasarkan data tahun 2010, dari 9649 orang pasien baru, hanya 5184 pasien yang teratur secara aktif melakukan HD. Hal ini menunjukkan hampir 40% pasien HD drop out. Penyebab drop out antara lain pasien meninggal dan tidak bisa atau tidak mau melanjutkan HD (PERNEFRI, 2013). Di Yogyakarta banyak Rumah Sakit yang menyediakan layanan hemodialisis, salah satunya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates Kulon Progo. Jumlah pasien GGK di RSUD Wates dari tahun ke tahun
4 semakin meningkat, dari hasil survei pada 20 Oktober 2014 jumlah pasien pada bulan Agustus 2012 sebanyak 24 pasien, Oktober 2012 sebanyak 38 pasien, pada bulan Juni 2013 sebanyak 59 pasien, pada bulan Februari 2014 sebanyak 69 pasien, dan pada bulan Oktober 2014 mencapai 80 pasien, hal tersebut menunjukkan bahwa persentase jumlah pasien meningkat 58,3% pada bulan Oktober 2012, 55,3% pada bulan Juni 2013, 16,9% pada bulan Februari 2014, dan 15,9% pada bulan Oktober 2014. Pasien terdiri dari lakilaki dan perempuan dengan rentang usia remaja, dewasa, dan lansia. Jadwal terapi hemodialisis tiap pasien berbeda beda, yakni dua kali dalam seminggu dan sekali dalam seminggu. Penggolongan tersebut berdasarkan pada jumlah keluaran urin per 24 jam dan keluhan pasien. Hopelessness merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. Kondisi umum yang menjadi prioritas pada pasien dengan gagal ginjal kronis adalah mempertahankan kualitas hidup, penyelesaian hemodialisis kronis, kopin depresi kronis dan koping hopelessness (Barry, 1996). Semakin tinggi skor hopelessness mengindikasikan semakin tinggi pula tingkat keputusasaannya (Beck et.al., 1974). Hasil penelitian oleh Margianti (2009) dengan judul Hubungan Tingkat Gambaran Diri dengan Tingkat Hopelessness pada Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2009 menyatakan bahwa sebanyak 13,2% (5 pasien) mengalami hopelessness
5 sedang; 44,7% (17 pasien) mengalami hopelessness ringan; dan 42,1% (16 pasien) tidak mengalami hopelessness. Sistem pendukung seperti keluarga, teman, dan rekan kerja yang akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermanfaat bagi seseorang yang mengalami stres. Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stres dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental (Revenson et al., 1991). Rumusan Masalah Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat hopelessness pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Wates? Tujuan 1. Tujuan Umum a. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat hopelessness pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dukungan keluarga kepada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis b. Mengidentifikasi tingkat hopelessness pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis c. Untuk menganalisis hubungan aspek dukungan keluarga dengan tingkat hopelessness pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis
6 Manfaat 1. Bagi pelayanan a. Sebagai bahan masukan agar perawat memberikan asuhan keperawatan secara holistic bio-psiko-sosio-spiritual sehingga akan menurunkan tingkat hopelessnes pasien hemodialisis b. Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan intervensi keperawatan yang dapat lebih berkontribusi positif pada pasien hemodialisis khususnya masalah psikososial (dukungan keluarga) untuk dapat menurunkan tingkat hopelessness secara optimal. 2. Bagi pendidikan Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu keperawatan tentang hubungan antara aspek psikososial (dukungan keluarga) dengan tingkat hopelessness pasien hemodialisis. Selanjutnya, hal tersebut dapat menjadi informasi dasar dalam penyusunan kurikulum pembelajaran yang tepat mengenai masalah psikososial dan tingkat hopelessness dalam konteks asuhan keperawatan pasien hemodialisis pada jenjang pendidikan keperawatan. 3. Bagi penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan topik permasalahan yang sama
7 4. Bagi masyarakat / keluarga Menambah pengetahuan mengenai pentingnya aspek psikososial (dukungan keluarga) dalam perawatan pasien yang menjalani terapi hemodialisis, untuk meminimalisir keputusasaan yang dirasakan pasien. 5. Bagi pasien Dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai tingkat hopelessness masing-masing pasien, sehingga dapat meningkatkan pikiran positif dan harapan terhadap masa depan dari pasien masingmasing. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian mengenai Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Hopelessness (Keputusasaan) Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RSUD Wates belum pernah dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang mempunyai kaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain : 1. Maryanti (2005), dengan judul Efektifitas Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Hopelessness Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pendidikan kesehatan efektif untuk menurunkan hopelessness pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUP Dr. sardjito Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan pendekatan kuantitatif, desain penelitian pre and post test control
8 group. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan meliputi : variabel bebas, subjek penelitian, dan jenis penelitian. Variabel bebas pada penelitian Maryanti adalah pendidikan kesehatan, sedangkan variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan keluarga. Subjek penelitian pada penelitian Maryanti adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, sedangkan subjek penelitian pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Wates. Jenis penelitian yang dilakukan Maryanti adalah eksperimental semu dengan desain pre and post test control group, sedangkan pada penelitian ini adalah non eksperimental dengan desain cross sectional. 2. Margianti (2009), dengan judul Hubungan Tingkat Gambaran Diri Dengan Tingkat Hopelessness Pada Pasien Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan signifikan dengan arah negative antara tingkat gambaran diri dengan tingkat hopelessness pada pasien hemodialisis di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dengan metode deskriptif korelasi, pendekatan kuantitatif, desain penelitian cross sectional. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan meliputi : variabel bebas dan subjek penelitian. Variabel bebas pada penelitian Margianti gambaran diri, sedangkan variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan keluarga. Subjek penelitian pada penelitian Margianti adalah
9 pasien hemodialisis di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, sedangkan subjek penelitian pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Wates. 3. Pertiwi (2009), dengan judul Hubungan Tingkat Harga Diri dengan Tingkat Hopelessness Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat harga diri dengan tingkat hopelessness pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan arah korelasi negative dan kekuatan korelasi sedang. Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dengan metode deskriptif korelasi, pendekatan kuantitatif, desain penelitian cross sectional. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan meliputi : variabel bebas dan subjek penelitian. Variabel bebas pada penelitian Pertiwi adalah harga diri, sedangkan variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan keluarga. Subjek penelitian pada penelitian Pertiwi adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, sedangkan subjek penelitian pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Wates. 4. Saragih (2010), dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil dari penelitian
10 tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan kriteria sampel yaitu pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa minimal dua kali seminggu, berusia 18-65 tahun. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan meliputi : variabel terikat dan subjek penelitian. Variabel terikat pada penelitian Saragih adalah kualitas hidup, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat hopelessness. Subjek penelitian pada penelitian Saragih adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan, sedangkan subjek penelitian pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Wates. 5. Chuluq, et al. (2012) dengan judul Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga secara total dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, dan pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Perbedaan dengan
11 penelitian yang akan dilakukan meliputi : variabel terikat dan subjek penelitian. Variabel terikat pada penelitian Chuluq adalah tingkat depresi, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat hopelessness. Subjek penelitian pada penelitian Chuluq adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo, sedangkan subjek penelitian pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Wates. 6. Nugrahaningtyas (2005) dengan judul Tingkat Hopelessness Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Instalasi Dialisis RS Dr Sardjito Yogyakarta dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa tingkat hopelessness yang banyak dialami oleh pasien hemodialisis adalah tingkat hopelessness ringan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non eksperimental, deskriptif analitik dengan metode kuantitatif secara cross-sectional dan pengambilan sampel dengan purposive sampling. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan meliputi : variabel bebas dan subjek penelitian. Variabel bebas pada penelitian Nugrahaningtyas adalah tingkat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat hopelessness, sedangkan variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan keluarga. Subjek penelitian pada penelitian Nugrahaningtyas adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, sedangkan subjek penelitian pada penelitian ini adalah
12 pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Wates.
13