BAB I. PENDAHULUAN. (BPS, 2010). Oleh karena beras bersifat strategis, maka Pemerintah secara sengaja

dokumen-dokumen yang mirip
KARYA TULIS ILMIAH JARINGAN FORMAL PELAYANAN PUBLIK PERUM BULOG DIVRE DIY TERKAIT STABILISASI HARGA BERAS DI KOTA YOGYAKARTA

BAB V. PENUTUP. ketentuan peraturan Pemerintah (buffer stock policy) untuk pemenuhan kebutuhan

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan tipe kualitatif. Moleong (2011:6)

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

BAB III METODE PENELITIAN. a. Pasar Niten yang beralamat di Jalan Raya Bantul Km 5 Kabupaten Bantul.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar. Tugas pokok BULOG sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No 50 tahun

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 927, ,10

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sebagaimana dalam pasal 27 Undang-undang Dasar Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya Undang-undang No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan perekonomian di Indonesia. Perum BULOG Divisi Regional Sumbar adalah salah satu perusahaan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini berusaha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bertipe deskriptif, dengan

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

BAB II METODE PENELITIAN. perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ekonomi dan industri yang saling bersingungan satu sama lain.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. subyek penelitian, data dan jenis data, teknik pengumpulan data, instrumen

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Kulon Progo dikarenakan badan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI. Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967, dengan tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Pamotan Rembang yang

BAB II PERUM BULOG DIVRE SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

Andalan Ketahanan Pangan

KELIMA : Semua pengeluaran keuangan yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan ini, dibebankan pada anggaran dari masing-masing unit kerja.

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. akan diterapkan atau dengan memperbaiki sistem transportasi yang sudah

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena tujuan pokok

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB III METODE PENELITIAN. memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Muhammadiyah Jatim yang

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Kebun Agung Jl. Satsui tubun No. 28 Kota Malang. Obyek adalah karyawan

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (Field

BAB I PENDAHULUAN. RASKIN berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012 tentang kebijakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan pokok penduduk Indonesia adalah beras. Hal ini terbukti dari 95% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras dan mencapai 139,5 kilogram per tahun (BPS, 2010). Oleh karena beras bersifat strategis, maka Pemerintah secara sengaja turut serta dalam mengatur ekonomi perberasan nasional. Campur tangan Pemerintah dalam ekonomi perberasan dituangkan di dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. Inti sari Kebijakan Perberasan adalah stabilisasi harga beras oleh Pemerintah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Parsons dan Smelser di dalam Damsar (2009:103), yaitu pasar bukan hanya dipenuhi oleh kepentingan-kepentingan ekonomi tetapi juga oleh kepentingan Pemerintah. Dengan kata lain, pasar tidak hanya dipengaruhi oleh hukum penawaran dan permintaan tetapi juga oleh campur tangan Pemerintah. Pemerintah menunjuk Perum Bulog yang berfungsi sebagai buffer stock policy yaitu menjalankan kebijakan penyangga untuk menjamin stabilitas persediaan dan stabilitas harga beras (Syamsi, 2007:29). Tugas pokok Perum Bulog, antara lain; pembelian gabah / beras oleh Pemerintah di daerah, penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah, penyediaan dan penyaluran beras untuk menjaga stabilitas harga beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana dan rawan pangan (Perum Bulog, 2010:2). 1

Pelaksanaan tugas pokok tersebut membuat posisi Perum Bulog sebagai distributor dari petani (produsen) ke masyarakat (konsumen) di dalam tata niaga beras di Indonesia. Hal ini terlihat dari bagan di bawah ini: Bagan 1. Tata Niaga Beras di Indonesia Petani Pedagang Pengumpul Desa KUD Penggilingan Padi Grosir: Misal Pasar Induk Bulog: Raskin Operasi Pasar Beras Berkualitas Konsumsi Umum Pengecer Konsumen Konsumen Sumber: Kompas, Sabtu 21 Juli 2007 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi dimaksudkan sebagai penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau beberapa tempat. Bagi sosiolog, distribusi dimengerti sebagai suatu perangkat hubungan sosial yang melaluinya orang mengalokasikan barang dan jasa yang dihasilkan. Ada tiga jenis distribusi, yaitu resiprositas, redistribusi dan pertukaran. Resiprositas menunjuk pada gerakan diantara kelompok-kelompok simetris yang saling berhubungan. Redistribusi merupakan gerakan appropriasi ke arah pusat kemudian dari pusat didistribusikan kembali. Pertukaran (exchange) merupakan distribusi yang 2

dilakukan atau terjadi melalui pasar (Damsar, 2009:93,104). Maka jenis distribusi yang dilaksanakan oleh Perum Bulog merupakan redistribusi. Pada institusi modern, pemungutan dalam bentuk pajak, fiskal, retribusi dan sejenisnya yang dilakukan oleh negara modern merupakan bentuk redistribusi. Selanjutnya dikembalikan lagi kepada rakyat dalam bentuk subsidi, bantuan, pelayanan publik (terutama kesehatan dan pendidikan), pembangunan infrastruktur, pemberian santunan, dan lainnya (Damsar, 2009:108). Dalam hal ini Perum Bulog sebagai Instansi Pemerintah yang berperan dalam pemberian subsidi dan pelayanan publik. Pelaksanaan tugas pokok untuk menjaga stabilitas harga beras oleh Perum Bulog disebut sebagai pelaksana fungsi pelayanan publik, karena posisi Perum Bulog sebagai Instansi Pemerintah yang melaksanakan ketentuan peraturan Pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan beras. Hal ini sesuai dengan pengertian pelayanan publik menurut Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003, yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan. Untuk mencapai tujuan pelayanan publiknya, Perum Bulog membagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di wilayah kerjanya kepada Divisi Regional (Divre), misalnya Perum Bulog Divre Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Susunan organisasi Divre terdiri dari: Kepala, Bidang Pelayanan Publik, Bidang Administrasi dan Keuangan, Gudang dan Unit Pengolahan Gabah / Beras. 3

Berdasarkan observasi peneliti selama Internship di Seksi Pengadaan dan Analisa Harga dan Pasar (Gasar) Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Divre DIY selama 40 hari, yaitu pada tanggal 9 Agustus 2006 sampai dengan tanggal 6 Oktober 2006, Bidang Pelayanan Publik memegang peran penting karena memiliki fungsi untuk melakukan dan mengkoordinasikan tugas utama Perum Bulog Divre DIY yaitu stabilisasi harga beras. Bidang Pelayanan Publik terdiri dari: Seksi Pengadaan dan Analisa Harga dan Pasar (Gasar), Seksi Persediaan dan Perawatan, Seksi Penyaluran, Seksi Perencanaan dan Pengembangan Usaha. Menurut studi jaringan, interaksi antar Seksi di dalam Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Divre DIY membentuk jaringan formal, karena ketergantungan informasi dan sumber daya manusia. Jaringan formal ini ditemukan baik secara internal maupun eksternal organisasi. Secara internal yaitu antara Kepala Perum Bulog Divre DIY (Kadivre) dan Kepala Bidang Pelayanan Publik dengan Seksi-Seksi di Bidang Pelayanan Publik, khususnya Kepala Seksi Pengadaan dan Gasar dan Kepala Seksi Persediaan dan Perawatan. Sedangkan secara eksternal yaitu antara Kepala Seksi Pengadaan dan Gasar Perum Bulog Divre DIY dengan Dinas / Instansi Pemerintah terkait dan Mitra Kerja yang disebut dengan stakeholders. Berarti jaringan formal Perum Bulog Divre DIY menunjang pelaksanaan tugas pokok yaitu stabilisasi harga beras di wilayah kerjanya. Perum Bulog Divre DIY memiliki wilayah kerja Kota / Kabupaten, antara lain: Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Pelaksanaan stabilisasi harga beras khususnya di Kota Yogyakarta 4

tidak mudah karena memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan Kabupaten lain di DIY, yakni sekitar 14.239 jiwa per km2, sedangkan di Kabupaten Sleman hanya sebesar 1.833 jiwa per km2, Kabupaten Bantul sebesar 1.820 jiwa per km2, Kabupaten Kulon Progo sebesar 640 jiwa per km2 dan Kabupaten Gunungkidul sebesar 463 jiwa per km2 (BPS, 2009:5). Oleh karena itu penting untuk dianalisis dalam Karya Tulis Ilmiah ini tentang tugas pelayanan publik Perum Bulog Divre DIY terkait stabilisasi harga beras dan jaringan formal Perum Bulog Divre DIY terkait stabilisasi harga beras di Kota Yogyakarta. 5

B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah: 1. Apa saja tugas Pelayanan Publik Perum Bulog Divre DIY terkait stabilisasi harga beras? 2. Bagaimana jaringan formal Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Divre DIY terkait stabilisasi harga beras di Kota Yogyakarta? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan rumusan masalah di atas adalah: 1. Mengetahui tugas Pelayanan Publik Perum Bulog Divre DIY terkait stabilisasi harga beras. 2. Mengetahui jaringan formal Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Divre DIY terkait stabilisasi harga beras di Kota Yogyakarta. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini memiliki manfaat secara akademis dan praktis. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang jaringan formal dengan perspektif Sosiologi Ekonomi dan Sosiologi Organisasi. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi Perum Bulog Divre DIY. 6

E. DEFINISI KONSEP 1. Kebijakan Stabilisasi Harga Beras Pengertian kebijakan publik menurut Thomas R. Dye seperti yang dikutip oleh Winarno (2007:15) adalah apapun yang dipilih oleh Pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Sedangkan pengertian stabilitas harga beras menurut Balitbang Departemen Perdagangan, yaitu menjaga agar harga beras dapat dipertahankan pada tingkat seimbang (price equilibrium), dalam arti di satu pihak cukup tinggi untuk memberikan imbalan yang layak bagi para petani (produsen) dan dapat merangsang kenaikan produksi, dan di pihak lain cukup rendah untuk jangkauan daya beli masyarakat (konsumen). Kebijakan stabilisasi harga beras terdapat di dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. Pemerintah melakukan stabilisasi harga beras, karena beras memiliki nilai strategis. Harga-harga beras yang termasuk sembilan bahan pokok (sembako) merupakan barometer bagi harga-harga barang lainnya, dan sekaligus merupakan barometer stabilitas keamanan nasional di dalam negeri. Oleh karena itu, jumlah persediaan dan harga sembako haruslah stabil (Syamsi, 2007:27). Hal ini sesuai dengan penjelasan Parsons dan Smelser di dalam Damsar (2009:103), yaitu pasar bukan hanya dipenuhi oleh kepentingankepentingan ekonomi tetapi juga oleh kepentingan Pemerintah. Dengan kata lain, pasar tidak hanya dipengaruhi oleh hukum penawaran dan permintaan tetapi juga oleh campur tangan Pemerintah. 7

2. Pelayanan Publik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi (orang) dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan orang; mengiyakan, menerima; menggunakan. Sementara itu, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa Indonesia Baku menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Selanjutnya menurut Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003, publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara (Sinambela, 2010:4-5). Penyelenggara negara merupakan satuan birokrasi pemerintahan yang juga dikenal dengan civil service. Diantara satuan kerja yang terdapat dalam lingkungan pemerintahan, terdapat pembagian tugas yang pada umumnya didasarkan pada prinsip fungsionalisasi. Disoroti dari pemberian pelayanan kepada masyarakat, fungsionalisasi berarti bahwa setiap instansi pemerintah berperan selaku penanggung jawab utama atas terselenggaranya fungsi tertentu, dan perlu bekerja secara terkoordinasi dengan instansi lain (Sinambela, 2010:63). 8

3. Organisasi Formal dalam Teori Sosiologi Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat memandang organisasi formal sebagai wahana jalinan hubungan kerja antarpribadi dalam suatu kelompok formal. Hubungan tersebut berada dalam kelompok formal (sering disebut organisasi) yang para anggotanya mempunyai tugas dan fungsi tertentu yang saling berkaitan. Organisasi formal biasa disebut dengan birokrasi. Menurut Liliweri : Prinsip-prinsip itu telah dikemukakan oleh Max Weber dalam Prinsip-prinsip birokrasi. Kata Weber, organisasi yang baik harus mempunyai struktur dan fungsi yang mampu menjelaskan pembagian tugas dan fungsi, spesialisasi, rentang kendali / pengawasan, pola-pola hubungan kerja antarpribadi yang bersifat rasional dan impersonalitas, serta mekanisme reward dan punishment (Liliweri, 1997:6). Teori dalam studi organisasi formal dapat menjelaskan variasi dimensi organisasi, jaringan kerja organisasi dan struktur organisasi. Sedangkan alternatif dari model birokrasi adalah model yang berorientasi pada tujuan. Menurut Thompson (1969) tujuan organisasi merupakan pikiran yang mendominasi masa depan, dominasi itu yang mendorong anggota organisasi mengadakan koalisi (Liliweri, 1997:10,35). 4. Jaringan Formal sebagai Bagian dari Jaringan Sosial Pengertian jaringan menurut Robert M.Z Lawang (2004:50-54) adalah terjemahan dari network, yang penekanannya terletak pada kerja bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja (bekerja) dalam hubungan antar simpulsimpul seperti halnya jaring (net). Sosial dimengerti sebagai sesuatu yang dikaitkan atau dihubungkan dengan orang lain atau menunjuk pada makna 9

subyektif yang mempertimbangkan perilaku atau tindakan orang lain yang berkaitan dengan pemaknaan tersebut. Studi jaringan sosial melihat hubungan antar individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul dan ikatan (Damsar, 2009:157-158). Setiap organisasi memiliki suatu mekanisme yang mengatur hubungan orang-orang yang ada di dalamnya, termasuk jaringan yang terbentuk karena adanya hubungan sosial. Jaringan organisasi dapat dianalisis atas dasar organisasi formal dan organisasi informal. Menurut Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu yang direncanakan dan disetujui atasnya, sedangkan informal berarti ikatan-ikatan yang spontan dan fleksibel diantara anggota-anggota yang dituntun oleh perasaanperasaan dan kepentingan pribadi yang tidak dapat dipertahankan oleh kegiatan formal (Damsar, 2009:180). Pengertian lain tentang jaringan atau network adalah mengacu pada konsep hubungan timbal balik antara karakteristik subsistem-subsistem (struktur) yang dalam komunikasi (formal) biasa dikaitkan dengan perhitungan terhadap arus komunikasi (formal). Fungsi utama jaringan komunikasi formal adalah meningkatkan hubungan organisasional diantara pelbagai subsistem organisasi atau jenjang-jenjang struktur. Konsep ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh Spencer (1898) dan Simmel (1903), bahwa setiap organisasi cenderung memperluas fungsi sehingga dia akan lebih mampu melaksanakan tugas-tugas yang semakin banyak dan beraneka ragam (Liliweri, 1997:290). 10

F. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut H. Hadari Nawawi (1995:63) metode penelitian deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan keadaan subyek / obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak / sebagaimana adanya. Penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungannya satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek yang diselidiki itu. Setelah pengumpulan dan penyusunan data, dilakukan analisa dan interpretasi tentang arti data itu. 2. Subyek Penelitian dan Informan Penelitian Subyek penelitian di dalam penelitian ini antara lain: Ibu Majda Yulianingrum selaku Kepala Seksi Persediaan dan Perawatan, Bapak Jurianto, S. AP selaku Kepala Seksi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Hukum, serta Ibu Suryawati Sri Sutama, SH selaku Karyawan Seksi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Hukum. Informan penelitian ini yaitu: Bapak Dedi Supriyadi, SH., selaku Kepala Bidang Pelayanan Publik dan Bapak Wahyu Widi Dinihari, S.TP., selaku Kepala Seksi Pengadaan dan Analisa Harga dan Pasar (Gasar). 11

Kepala Seksi Persediaan dan Perawatan, Kepala Seksi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Hukum, serta Karyawan Seksi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Hukum dipilih menjadi subyek penelitian karena sebagai pelaksana kegiatan yang berkaitan dengan tugas pelayanan publik Perum Bulog Divre DIY. Sedangkan Kepala Bidang Pelayanan Publik dan Kepala Seksi Pengadaan dan Analisa Harga dan Pasar (Gasar) dipilih menjadi informan penelitian ini karena mengetahui seluk beluk jaringan Perum Bulog Divre DIY. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dengan cara observasi dan wawancara. a. Observasi Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung menulis segala informasi dan data serta hal-hal yang sesuai dengan masalah penelitian. Observasi dilakukan dengan cara parsitipatif aktif, dimana penulis secara langsung berpartisipasi dalam kegiatan subyek penelitian melalui kegiatan penelitian (Sugiyono, 2009:409). Observasi terhadap sistem kerja Perum Bulog Divre DIY di Bidang Pelayanan Publik khususnya Seksi Pengadaan dan Analisa Harga dan Pasar Perum Bulog Divre DIY. 12

b. Wawancara Moleong (1998) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dilakukan ketika menjalankan Internship dan setelah Internship dilaksanakan. Wawancara kepada subyek penelitian, antara lain: Kepala Seksi Persediaan dan Perawatan, Kepala Seksi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Hukum, serta Karyawan Seksi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Hukum. Informan penelitian ini, yaitu: Kepala Bidang Pelayanan Publik dan Kepala Seksi Pengadaan dan Analisa Harga dan Pasar (Gasar). G. ANALISA DATA Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Langkah-langkah / proses analisis data secara umum dapat digunakan sebagai berikut: Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dan berbagai sumber yaitu hasil wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumentasi resmi, gambar, foto-foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan kemudian dikategorikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori ini dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis ini adalah pemeriksaan keabsahan data, 13

setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam mengelola hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode. Dalam hal ini, setelah peneliti berhasil mendapatkan data informasi dari yang diteliti, langkah yang diambil kemudian yaitu menyajikannya secara utuh tanpa melakukan penambahan maupun pengurangan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. 14