BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik

KODE ETIK JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

Etika Jurnalistik dan UU Pers

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism

11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

LAMPIRAN - LAMPIRAN. 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? untuk bersikap indipenden dalam menyikapi sebuah kasus.

Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMAHAMAN REDAKTUR BERITASATU.COM TERKAIT KODE ETIK JURNALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

MENULIS ARTIKEL ONLINE

BAB III PENUTUP. melanggar privasi seseorang adalah:

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM SURAT KABAR HARIAN SURYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

Fransiscus Asisi Aditya Yuda / Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN


PENULISAN BERITA TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, yaitu media baru atau yang lebih dikenal dengan media online.

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

KAJIAN SERTIFIKASI PADA PROFESI JURNALIS. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB I PENDAHULUAN. menandakan proses komunikasi massa berlangsung dalam tingkat kerumitan yang relatif

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan ke era reformasi menjadi awal kebebesan pers karena

Oleh : Litbang Wartapala

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, & Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, interaksi dapat terjadi

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Etika Jurnalistik dalam Media Komunitas

ANGGARAN DASAR IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

Hubungan Keanggotaan Wartawan dalam Organisasi Pers dengan Pengetahuan tentang Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan dari pemerintah terhadap media massa semenjak digulingkannya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kekerasan Seksual oleh Media dari Sudut Pandang Penyintas

Mencari, Meliput, Menulis B E R I T A

BAB IV PENUTUP. baik media cetak maupun elektronik. Demikian pula hal tersebut berlaku bagi

BAB IV PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap 45 artikel berita mengenai kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RANTAU TV (RAN TV) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS DATA. eksistensinya ditengah industri penyiaran televisi. Wawancara pun dilakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Praktik jurnalisme kloning kini menjadi kian populer dan banyak

KODE ETIK GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA ( GNPK-RI ) MUKADIMAH

BAB III PEMBAHASAN. mengetahuai kecendrungan pelanggaran kode etik jurnalistik dalam

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

KODE ETIK GERAKAN NASIONAL PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI (GN PK)

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP WARTAWAN DARI TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG SEDANG MENJALANKAN TUGAS PROFESI

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

FOTO NARASUMBER. Yusuf Anggara. Kepala Subbagian Humas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

seksual yang menimpa anak-anak. Bermula dari munculnya kasus kekerasan Indonesia. Kasus kekerasan seksual anak yang lain yaitu oleh Emon yang terjadi

BAB I. Pendahuluan. Siaran pers memiliki fungsi penting bagi setiap organisasi ataupun perusahaan

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari banyak orang dan kebanyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

Transkripsi:

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) Dalam penelitian ini disertakan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berfungsi sebagai referensi sebagai perbandingan. Perbandingan antara perbandingan ini dirangkum kedalam bentuk tabel yang berisi nama peneliti, judul, rumusan masalah, metode penelitian serta penjelasan dan hasil penelitian. Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) No. Nama Judul Rumusan Metode Penjelasan dan Peneliti Penelitian Masalah Penelitian Hasil Penelitian 1 Raynal A. Fenomena Meneliti Kualitatif Hasil penelitian Tatipang / Pelanggaran pemahaman mengungkapkan Jurnal Kode Etik wartawan bahwa wartawan Penelitian Jurnalistik terhadap Kode media online tidak Komunikasi, Pasal 12 Tahun Etik Jurnalistik memiliki dasar di Informatika 2008 Di Media bidang jurnalistik dan Media Online dan kurangnya Massa (2013) Manado Post pengawasan dari pimpinan redaksi dalam bekerja mengakibatkan banyaknya terjadi pelanggaran Kode Etik Jurnalistik. 7

8 2 Annisa Etika dan Jurnal ini Kualitatif Penelitian ini Aninditya Prinsip kesalahan menghasilkan bahwa Wibawa, Jurnalisme pemberitaan wartawan Detikcom Dadang Media Siber yang dilakukan melanggar beberapa Rahmat Detikcom oleh tentang Pasal Kode Etik Hidayat, Mengenai tewasnya WNI Jurnalistik, yaitu Dandi Mekanisme Pasal 1, Pasal 2, Supriadi / Pemberitan Pasal 3 Pasal 4 dan Jurnal Tewasnya Pasal 7. Faktor Universitas WNI di terjadinya hal Padjajaran Kerusuhan tersebut adalah (2012) Mesir karena pihak yang melakukan kesalahan hanya mementingkan kecepatan. 3 Christiany Akurasi Berita Jurnal ini Kuantiatif Hasil penelitian Juditha / dalam merupakan dapat disimpulkan Jurnal Jurnalisme penelitian yang bahwa sebagai Penelitian Online. (Kasus menggunakan media jurnalisme Komunikasi, Dugaan penelitian online, wartawan Informatika Korupsi kuantitatif detiknews.com tetap dan Media Mahkamah dalam memegang teguh Massa Konstitusi di mengkaji akurasi (2013) Portal Berita akurasi berita pemberitaannya Detiknews) dalam sesuai kode etik jurnalisme jurnalistik. online di Detiknews.

9 4 Tamara Journalism: A Mengkaji Kualitatif Penelitian ini Witschge dan Profession bagaimana menghasilkan bahwa Gunnar Under jurnalis memang benar Nygren / Pressure? bekerja dengan dengan era media Journal of memahami baru mengubah Media peran dan peran, aktivitas dan Business otonomi profesionalisme Studies: jurnalis dalam jurnalis berubah. Goldsmiths era media baru (2009) yang dianggap mengubah cara bagaimana sebuah berita diproduksi. 5 Melita Poler Credibility of Penelitian ini Kuantitatif Hasil penelitian ini Kovacic, Traditional vs. perbandingan (Survey menjelaskan bahwa Karmen Online News antara berita di mengguna jurnalis di Slovenia Erjavec, Media: A portal media kan masih menganggap Katarina Historical online dengan random bahwa berita yang Štular / Change in media massa sample ke paling kredibel Academic Journalists konvensional. 106 adalah berita yang Journal of Perceptions? Didasari jurnalis di berasal dari media Media asumsi era Slovenia) konvensional Research media baru (2010) mengubah persepsi jurnalis terhadap kredibilitas sebuah media atau berita.

10 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Media Baru (New Media) Istilah media baru (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi yang semakin berkembang dan beragam. Dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, McQuail menjelaskan bahwa Media Baru atau New Media adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi. Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2011:43) ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana. Beragam media baru (new media) yang penyiarannya menggunakan kabel, satelit atau jaringan telekomunikasi masih menunggu definisi yang jelas terhadap kebebasan politik mereka yang layak. Media baru yang utama ini adalah internet. Kebebasan dari kontrol mungkin diakui sebagai hak privasi atau fakta bahwa ini merupakan media yang tidak mendiskriminasi distribusi massal, tetapi diantarkan langsung kepada pengguna secara khusus. Mereka juga disebut sebagai pembawa umum yang menghindari kontrol atas konten karena mereka terbuka bagi semua dan berimbang yang terutama untuk keperluan bisnis dan personal daripada masalah publik. Mereka juga semakin menambah tugas komunikasi yang sama sebagaimana media dengan kekuasaan editorial yang sudah ada (McQuail, 2011). Klaim status paling utama sebagai media baru dan mungkin juga sebagai media massa adalah internet. Meskipun demikian, ciri-ciri massal bukanlah karasteristik utamanya. Castells dalam Teori Komunikasi Massa (McQuail, 2011) berpendapat bahwa pada awalnya, internet dimulai sebagai alat komunikasi nonkomersial dan pertukaran data antara profesioanal, tetapi perkembangan selanjutnya adalah internet sebagai penyedia barang dan jasa, dan sebagai alat komunikasi pribadi dan antarpribadi. Karakteristik kunci untuk membedakan media lama dengan media baru dari perspektif pengguna (McQuail, 2011):

11 a. Interaktivitas (interactivity): sebagaimana ditunjukkan raiso respons atau inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap sumber/pengirim b. Kehadiran sosial (sociability): kontak personal dengan orang lain dapat dimunculkan oleh penggunaan media c. Kekayaan media (media richness): jangkauan di mana media dapat menjembatani kerangka referensi yang berbeda d. Otonomi (autonomy): derajat di mana seorang pengguna merasakan kendali atas konten dan penggunaan e. Unsur bermain-main (playfullness): kegunaan untuk hiburan dan kesenangan f. Privasi (privacy): berhubungan dengan kegunaan media atau konten tertentu g. Personalisasi (personalization): derajat di mana konten dan penggunaan menjadi personal dan unik. Adapun perbedaan media baru dari media lama, yakni media baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan memungkinakan terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek budaya, mengganngu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari hubungan kewilayahan dan modernitas, menyediakan kontak global secara instan, dan memasukkan subjek modern/akhir modern ke dalam mesin aparat yang berjaringan. (Poster, dalam McQuail, 2011:151). Perubahan utama yang berkaitan dengan munculnya media baru yakni: a. Digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media. b. Interaksi dan konektivitas jaringan yang makin meningkat. c. Mobilitas dan deklokasi untuk mengirim dan menerima. d. Adaptasi terhadap peranan publikasi khalayak. e. Munculnya beragam bentuk baru pintu (gateway) media. f. Pemisahan dan pengaburan dari lembaga media. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang diberikan media online dalam hal ini Beritasatu. ditujukan untuk mempermudah pemakainya dalam mengakses semua hal, terutama dalam mendapatkan informasi

12 yang masih baru. Sebagaimana Beritasatu.com menyajikan berita yang dapat diakses oleh khalayak dengan mudah. Sebagai media baru pun Beritasatu.com juga memberikan kebebasan bagi pengguna untuk dapat langsung memberikan respon langsung terkait dengan pemberitaan yang telah dibuat. 2.2.2 Media Online Bersamaan dengan teknologi yang terus berkembang, industri media melebarkan sayapnya untuk mengikuti kebutuhan masyarakat yang terus meningkat dalam keinginan mereka untuk mendapatkan informasi dengan mudah. Media online bisa menampung berita teks, image, audio dan video. Berbeda dengan media cetak, yang hanya menampilkan teks dan image. Online sendiri merupakan bahasa internet yang berarti informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja selama ada jaringan internet. Industri media hadir sebagai salah satu bentuk media baru yatu jurnalistik media online. Jurnalisme online memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya. Kemudian memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience. (Suryawati, 2014) dalam bukunya Jurnalistik Suatu Pengantar menuturkan keunggulan media online sebagai berikut: 1. Informasinya bersifat up to date (senantiasa terbaru) Media online dapat melakukan upgrade suatu informasi dalam waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena media online memiliki proses penyajian informasi dan berita yang lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. 2. Informasinya bersifat real time Media online dapat menyajikan informasi dan berita pada saat peristiwa sedang berlangsung (live). Sebagian besar wartawan media online dapat mengirimkan informasi langsung ke meja redaksi dari lokasi peristiwa. 3. Informasinya bersifat praktis Media online dapat diakses di mana dan kapan saja, sejauh didukung oleh fasilitas teknologi internet. Pengguna internet dapat mengakses di manapun selama mereka memiliki koneksi pada internet.

13 Sesuai dengan keunggulan media online di atas, Beritasatu.com selalu memberikan tautan berita tentang peristwa yang masih berbuhungan. Hal itu dilakukan untuk memudahkan khalayak dalam mengkuti berita tentang isu yang sedang terjadi. Di samping itu sebagai media online, proses kerja Beritasatu.com menjadi lebih sederhana,. Peran teknologi dan komunikasi mempengaruhi proses kerja Beritasatu.com menjadi lebih ringkas, di mana jurnalis di lapangan dapat secara langsung mengirimkan informasi langsung ke meja redaksi. 2.2.3 Kode Etik Jurnalistik Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Atas dasar itu, praktisi jurnalistik Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan bagi sebuah profesi. Dalam hal ini pekerjaan jurnalis selain dibatasi oleh ketentuan hukum seperti contohnya Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, jurnalis juga memiliki Kode Etiknya sendiri. Hal itu dikenal dengan Kode Etik Jurnalistik yang juga dijadikan oleh sebagai landasan yang bersifat mengikat sebagai aturan dan tata cara mereka dalam bekerja untuk menghindari praktek-praktek yang akan merugikan suatu pihak dan bagi kepentingan organisasi lain. Kode Etik Jurnalistik yang akan dijadikan bahan landasan penelitian ini adalah Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers. Dalam Kode Etik Jurnalistik tersebut ada sebelas pasal yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah bunyi dan penafsiran Kode Etik Jurnalistik tersebut: Tabel 2.2 Pasal, Bunyi dan Penafsiran Kode Etik Jurnalistik Pasal Bunyi Penafsiran 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

14 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan sematamata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. Cara-cara yang profesional adalah: a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b. Menghormati hak privasi; c. Tidak menyuap; d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara; g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing- masing pihak secara proporsional. c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

15 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. 5 Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. 6 Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. a. Menyalah-gunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai

16 belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. 8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. 10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. 11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. dengan permintaan narasumber. c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan. a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhatihati. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar. b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers,

17 baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. Sumber: Website Dewan Pers Pada penelitian ini, digunakan Kode Etik Jurnalistik yang akan dijadikan bahan landasan penelitian ini adalah Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, setiap praktisi jurnalistik harus menghormati hak asasi setiap orang, karena itu mereka dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk memenuhi hak publik dalam memperoleh informasi, praktisi jurnalistik memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu mereka harus menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. 2.2.4 Teori Peran Peranan yang dimaksud dalam penelitiaan ini adalah prilaku seseorang sesuai dengan status kedudukannya dalam masyarakat. Pengertian Peranan diungkapkan oleh Soerjono Soekanto adalah peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan (Soerjono Soekanto, 2014: 210).. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial. Berdasarkan pengertiaan diatas, peranan dapat diartikan sebagai suatu prilaku atau tingkah laku seseorang yang meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi dalam masyarakat. Bruce J Cohen dalam Sosiologi Suatu Pengantar (Soerjono Soekanto, 2014) merujukkan bahwa Peranan adalah suatu prilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu. Setiap peranan bertujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan tadi dengan orang-orang di sekitarnya yang tersangkut, atau, ada hubungannya dengan peranan tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati oleh kedua belah pihak. Peranan mencakup tiga hal, yaitu bahwa:

18 a. Peranan meliputi norma norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto, 2014: 211). Dari perannya sebagai redaktur di sebuah media massa, mereka diharapkan dapat melakukan perannya dengan baik. Dalam hal ini redaktur sebagai gatekeeper di BeritaSatu.com harus memiliki dasar utama akan pemahamannya terhadap aturan yang melandasinya saat mereka bekerja yaitu Kode Etik Jurnalistik. Karena nantinya pekerjaan mereka akan dikonsumsi langsung oleh masyarakat luas. Pemahamannya akan aturan tersebutlah yang akan menjadikan norma dasar sesuai dengan posisinya dalam masyarakat. 2.2.5 Etika Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat istiadat (kebiasaan). Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Nasrullah dalam bukunya Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi, dijelaskan mengenai pentingnya etika atau tata nilai yang diterapkan dalam komunikasi di dunia siber, yaitu: 1. Latar belakang maupun lingungkan media sosial yang heterogen dan berbeda-beda. Perbedaan ini tentu membawa kebiasaan maupun aturan yang berbeda pula. Belum lagi jika berkaitan dengan norma yang berlaku di masyarakat. 2. Komunikasi yang terjadi di media siber cenderung lebih didominasi oleh teks semata. Teks tentunya memerlukan upaya pembentukan (encoding) dari pengguna maupun upaya penafsiran (decoding) dari pengguna lainnya dan ini adalah proses yang berlangsung secara terus menerus. 3. Media sosial tidak serta-merta dianggap sebagai media yang berbeda di dunia nyata. Hubungan antarpengguna dengan perantara teknologi

19 di dunia maya online pada kenyataannya merupakan transformasi dari hubungan di dunia nyata offline. 4. Etika yang ada di media sosial diperlukan bagi institusi pengembangan media sosial untuk menarik minat orang lain agar menggunakan media sosial mereka. Sifat media internet yang terbuka tetap memiliki peluang bagi penggunanya terhadap pelanggaran dan perbuatan-perbuatan yang tidak membangun. Sebagai praktisi jurnalistik harus memiliki etika dalam bekerja. Pekerjaan yang mereka laksanakan harus berlandaskan etika, hal ini ditunjukan supaya dapat tercipta kenyamanan bagi institusi media maupun pengguna dalam media online manapun, termasuk Beritasatu.com.

20 2.3 Kerangka Konseptual New Media Beritasatu.com Berhasil Peran Redaktur Tidak Berhasil Kode Etik Jurnalistik 1. Independensi, Keakuratan dan Keberimbangan Berita 2. Profesionalisme Dalam Melaksanakan Tugas Jurnalistik 3. Verifikasi Berita dan Tidak Mencampurkan Fakta dan Opini 4. Pemberitaan Yang Tidak Bohong, Fitnah, Sadis dan Cabul 5. Penyebutan dan Penyiaran Identitas Korban dan Pelaku Kejahatan 6. Penyalahgunaan Profesi dan Tidak Menerima Suap 7. Hak Tolak dan Off The Record 8. Diskriminasi Atas Dasar SARA 9. Pemberitaan Terkait Kehidupan Pribadi Narasumber 10. Perbaikan Berita dan Permintaan Maaf 11. Hak Jawab dan Hak Koreksi Gambar 2.1 Kerangka Konseptual