BAB I PENDAHULUAN. menggunakan suatu alat. Perkembangan adalah bertambahnya keterampilan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yaitu Kelompok B1 dan Kelompok B2. Kelompok B1 sebagai kelompok kontrol

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila

PERMAINAN KARTU HURUF DI TAMAN KANAK-KANAK AGAM ELIFIA

Bantu Anak Belajar Membaca

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sejak dini. Menurut Enny Zubaidah (2001: 1) bahasa berfungsi sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SATU ATAP JOGOBOYO PURWODADI PURWOREJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk. mengungkapkan berbagai keinginan dan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN PERMAINAN KARTU KATA PADA ANAK KELOMPOK B TK MASYITHOH NGASEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini ialah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK CEMPAKA KEBON GULO MUSUK TAHUN AJARAN

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB I PENDAHULUAN. terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar. ragam. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa, mula-mula anak pada

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

Membangun Kreatifitas dengan Mainan Edukatif 'Building Block'

*Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan 0 Universitas Negeri Padang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DI KELOMPOK B1 TK PEDAGOGIA GUGUS III KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA

PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI TERHADAP CAPAIAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 001 RIMBA SEKAMPUNG DUMAI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Program Studi PGPAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas IV SDN Salunggadue

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang dalam mencapai tujuan kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

I. PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan. selanjutnya. Masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

Widi Prastiwi 1, Samidi 2, Lies Lestari 2 PENDAHULUAN

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA LAPTOP MAINAN DI TAMAN KANAK-KANAK FATHIMAH BUKAREH KECAMATAN TILATANG KAMANG ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan otak diusia balita akan berdampak pada usia dewasanya nanti,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar,1998).

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING HURUF BERGAMBAR DI TK NEGERI PEMBINA AGAM NIKE PRANSISKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

Peningkatan Kemampuan Membaca Awal Dengan. Metode Flash Card Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Muldaniah 1, Evy Fitria 2

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Program Sarjana S -1 Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI METODE IQRO

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Anak Usia Dini

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PERMAINAN PANGGUNG BONEKA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KREATIF ZAID BIN TSABIT NGLEGOK BLITAR

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangann berpikir anak-anak usai Taman Kanak-Kanak atau

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang dilahirkan di dunia pastilah mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah perubahan yang dapat diukur menggunakan suatu alat. Perkembangan adalah bertambahnya keterampilan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan sel, jaringan, organ dan sistem sehingga dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 1995: 1). Pertumbuhan dan perkembangan ini sudah dimulai sejak manusia dalam kandungan atau rahim seorang ibu. Perkembangan anak usia dini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: perkembangan fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, sosial, bahasa, dan kreativitas (Slamet Suyanto, 2005: 50). Namun pada hakikatnya perkembanganperkembangan tersebut saling berpadu satu dengan yang lain. Perkembangan bahasa merupakan salah satu perkembangan yang berperan penting dalam kehidupan anak usia dini. Perkembangan bahasa anak usia dini yaitu perkembangan struktur yang melibatkan sel, jaringan, organ, dan sistem yang berkaitan dengan komunikasi anak. Ibnu Jinni (Syakir Abdul Azhim, 2002: 3) mendefinisikan bahwa bahasa yaitu suara-suara yang digunakan oleh setiap bangsa untuk mengungkapkan maksudnya. Badudu (Nurbiana Dheni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, & Nany 1

Kusniaty, 2005: 1.8) mengatakan bahwa bahasa adalah komunikasi yang terjadi dalam masyarakat yang menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya. Suhartono (2005: 8) menjelaskan bahwa bahasa anak adalah bahasa yang dipakai oleh anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, perasaan, permintaan, dan lain-lain untuk diri anak sendiri agar orang di sekitar anak paham terhadap apa yang dia inginkan. Merujuk pada berbagai pendapat ditas dapat dikatakan bahwa bahasa adalah komunikasi yang terjadi pada masyarakat untuk menyampaikan pikiran, keinginan, dan lain sebagainya. Komunikasi bahasa dalam masyarakat sebagai ungkapan perasaan, pikiran, keinginan, dan lain sebagainya dibedakan menjadi 4 yaitu mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bromley (Nurbiana Dhieni, dkk., 2005: 1.15) yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak usia dini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bromley (Nurbiana Dhieni, dkk., 2005: 1.15) juga menjelaskan bahwa perkembangan bahasa anak usia dini hakikatnya dibedakan menjadi dua yaitu bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bahasa reseptif disebut juga dengan keterampilan anak dalam menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya, sedangkan bahasa ekspresif disebut juga dengan keterampilan anak dalam menggungkapkan suatu informasi kepada orang lain. Salah satu perkembangan bahasa yang penting bagi anak usia dini adalah membaca. Membaca termasuk dalam bahasa reseptif karena membaca merupakan kegiatan menangkap informasi yang berada pada lingkungan sekitar. Hal ini juga dikemukakan oleh Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996: 49) bahwa membaca 2

sebagai salah satu kegiatan yang bersifat reseptif karena dengan membaca seseorang akan mendapatkan informasi, pengetahuan, dan pengalaman baru. Senada dengan Nurbiana Dhieni, dkk. (2005: 5.3) mengatakan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai keterampilan, karena membaca merupakan kegiatan terpadu yang meliputi beberapa kegiatan yaitu mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, dan menarik kesimpulan dari bacaan. Membaca memang sudah dilakukan anak sejak lahir, namun terdapat tahapan-tahapan dalam membaca. Menurut Cochrane (dalam Slamet Suyanto, 2005: 168) tahapan perkembangan membaca anak dibagi dalam lima tahap yaitu: tahap magis (magical stage), tahap konsep diri (self-concept stage), tahap membaca peralihan (bridging reader stage), tahap membaca lanjut (take-off reader stage), dan tahap membaca mandiri (independent reader). Berdasarkan pada tahapan di atas anak usia 5-6 tahun termasuk dalam membaca peralihan (bridging reader stage) sampai tahap membaca lanjut (take-off reader stage) yaitu anak sudah dapat mengenal huruf yang sering dia jumpai dan juga anak mulai tertarik pada bacaan pada lingkungan sekitar, seperti bungkus susu dan lain sebagainya. Membaca merupakan salah satu perkembangan bahasa yang penting untuk dikembangkan, dengan membaca kita dapat memperoleh informasi yang ada di lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan pendapat Farida Rahim (2008: 1) yang menjelaskan bahwa membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat, karena setiap aspek kehidupan ini melibatkan kegiatan membaca. Setelah 3

mendapat informasi kita dapat memperoleh pengetahuan yang tidak kita dapat melalui bahasa lisan, hal ini sesuai dengan pendapat Twain (Masri Sareb Putra, 2008: 7) yang menjelaskan bahwa seseorang yang senang membaca memiliki keunggulan komparatif dibanding dengan orang yang tidak membaca. Selain itu dengan membaca akan membuka wawasan, dapat melakukan refleksi juga meditasi sehingga terarah pada budaya intelektual. Membaca merupakan hal yang kompleks sehingga membaca terkadang membuat anak kesulitan dalam belajar membaca. Menurut Munawir Yusuf (2005: 104) terdapat beberapa kesulitan dalam belajar membaca yaitu: kesalahan anak dalam membedakan huruf, bunyi huruf, kesalahan dalam arah membaca, ganguan persepsi, dan gangguan konsentrasi dalam membaca. Penting bagi orang dewasa untuk mengembangkan keterampilan membaca anak, karena membaca sangat penting bagi kehidupan anak selanjutnya, hal ini seperti yang telah dikemukakan oleh Anna Yulia (2005: 2) bahwa membaca sangatlah penting bagi anak usia dini karena membaca dapat dijadikan fondasi bagi kehidupan anak selanjutnya. Membaca sangatlah penting maka perlu adanya pengembangan membaca anak usia dini yang dapat dikembangkan melalui beberapa kegiatan atau salah satunya dengan cara menggunakan media pemberian stimulasi yang menarik bagi anak. Untuk itu perlu adanya stimulasi membaca dengan berbagai media yang ada seperti buku juga sarana lain yang dapat digunakan dalam belajar membaca. Media pemberian stimulasi yaitu segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menyalurkan informasi. Dalam dunia pendidikan anak usia 4

dini media pemberian stimulasi sering disebut dengan alat permainan edukatif. Alat permainan edukatif yaitu alat permainan yang bernilai edukatif yang dirancang untuk mengoptimalkan perkembangan dan kecerdasan anak usia dini (Nelva Rolina, 2012: 4). Alat permainan edukatif yang digunakan untuk mengembangkan aspekaspek perkembangan anak haruslah mempunyai kriteria-kriteria tertentu sehingga layak untuk digunakan sebagai alat bantu. Kriteria-kriteria yang dibutuhkan menurut Tim Taman Balita Islam Fatimatuz-Zahra (TBIF) dan Mayke S. Tedjasaputra (dalam Nelva Rolina, 2012: 6) antara lain: 1) diperuntukan bagi anak usia dini; 2) multifungsi; 3) melatih problem solving; 4) melatih konsepkonsep dasar; 5) melatih ketelitian dan ketekunan; serta 6) merangsang kreativitas. Kriteria-kriteria yang telah disebutkan di atas haruslah menjadi titik ukur pembuatan suatu media pemberian stimulasi atau alat permainan edukatif untuk anak usia dini. Bilamana media tersebut sudah memiliki kriteria seperti yang telah disebutkan di atas, maka layak dipergunakan sebagai alat bantu dalam pemberian stimulasi sehingga dapat disebut dengan alat permainan edukatif. Berdasarkan observasi yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak Aisyah Busthanul Atfal (TK ABA) Ngabean I Tempel, yang terletak di Tempel, Sleman yang dilakukan 14-16 September 2014 ditemukan bahwa terdapat 3 kelas di TK Kelompok B yaitu Kelompok B1, Kelompok B2, dan Kelompok B3. Kelompok B3 di TK ABA Ngabean I Tempel ini terdiri dari anak yang berumur 6-7 tahun dan sudah bersekolah selama 3 tahun di TK tersebut, sehingga peneliti tidak mengobservasi lebih lanjut kegiatan yang ada pada kelompok ini. Untuk 5

Kelompok B1 terdapat 25 anak yang terdiri dari 12 laki-laki dan 13 perempuan. Sedangkan pada Kelompok B2 terdapat 23 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 14 perempuan. Pemberian stimulasi yang dilakukan pada Kelompok B1 dan Kelompok B2 tidaklah berbeda, Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang ada dibuat secara bersamaan. Pemberian stimulasi yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar masih menggunakan metode konvensional yang mana anak tidak terlibat aktif atau praktek langsung dalam kegiatan atau pemberian stimulasi. Dalam pemberian stimulasi membaca guru hanya menuliskan huruf di papan tulis dan meminta anak untuk menyebutkan huruf dan menulis pada buku masing-masing anak. Selain itu kegiatan pemberian stimulasi yang masih menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA) pada setiap kegiatan dalam satu hari. Sebagian anak TK Kelompok B1 maupun Kelompok B2 sudah dapat mengenal huruf dari a-z, dan sebagian besar anak masih kesulitan saat membaca huruf yang digabung membentuk suku kata seperti to dan pi untuk kata topi dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil observasi, pemberian stimulasi membaca di TK ABA Ngabean I Tempel ini anak tidak diajak untuk mengenal huruf melalui kegiatan bermain. Hal ini disebabkan karena kurangnya variatifnya penggunaan media atau sumber belajar yang mengembangkan aspek bahasa dapat dilihat dari hanya terdapat beberapa tempelan gambar yang ada diruang kelas. Kegiatan bermain sangat disukai anak karena dunia anak adalah dunia bermain. Jika dalam pemberian stimulasi anak disuguhkan pada kegiatan yang memaksa anak maka akan berakibat buruk pada anak di kemudian harinya. 6

Dalam memberikan stimulasi membaca pada anak dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan salah satunya dengan menggunakan permainan kata dan huruf. Nurbiana Dhieni, dkk. (2005: 9.17) menjelaskan bahwa permainan kata dan huruf dapat memberikan situasi belajar yang santai dan informal, bebas, dan tidak menegangkan. Dalam melakukan kegiatan bermain, walaupun anak mengalami keterbatasan dalam menyusun kata berkali-kali namun anak tidak bosan karena pemberian stimulasi dikemas dengan cara bermain. Menanggapi permasalahan yang telah dijelaskan di atas maka perlu penggunaan media yang dapat memberikan pengaruh positif yang berkaitan dengan keterampilan membaca mengingat perkembangan bahasa merupakan penentu bagi komunikasi anak usia dini dalam memperoleh pengalamnnya. Untuk itu peneliti menggunakan media yang dapat mengembangkan perkembangan bahasa terutama dalam membaca permulaan, media yang digunakan merupakan media yang telah digunakan oleh sekolah montessori untuk mengembangkan perkembangan bahasa yaitu alat permainan huruf-huruf lepas atau filling word. Alat permainan huruf-huruf lepas ini juga memiliki kesamaan bermain dengan mencari huruf dan permainan tata huruf. Alat permainan edukatif filling word atau huruf-huruf lepas adalah alat permainan yang terdiri dari gambar dan berbagai huruf dan digunakan untuk merangkai kata. Merujuk pada alat permainan huruf-huruf lepas (Shoba Dewey Chugani, 2009: 55), maka cara bermain alat permainan edukatif filling word yaitu dengan memasukkan huruf yang belum terdapat dalam kata yang menunjukkan nama dari gambar yang ada. Misal terdapat gambar bebek, maka anak akan disuguhkan 7

huruf-huruf yang membentuk nama dari gambar tersebut. Dengan alat ini anak dapat mengenal berbagai huruf yang ada juga dapat mengenal huruf apa saja yang dapat membentuk kata dari gambar yang ada. Jika anak diberikan berbagai gambar dan juga pembiasaan dalam penggulangan yang tidak membuat anak bosan maka anak akan dapat membaca. Alat permainan edukatif filling word ini juga dapat merangsang kreativitas anak dengan ketelitian dan ketekunan anak dengan teknik problem solving, agar anak dapat memecahkan masalah yang ada dengan memasukkan huruf-huruf yang sesuai dengan nama gambar. Media ini juga dapat mengembangakan aspek kecerdasan dalam diri anak. Sangat cocok dan aman bagi anak karena media ini terbuat dari kain flanel yang tidak mudah sobek dan tidak mengandung zat yang berbahaya bagi anak. Berdasarkan konteks di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh alat permainan edukatif filling word terhadap keterampilan membaca permulaan anak Kelompok B TK ABA Ngabean I Tempel. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Anak di TK ABA Ngabean I Tempel masih mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, hal ini ditunjukkan dari belum dapatnya anak membaca suku kata seperti to dan pi untuk kata topi. 8

2. Pemberian stimulasi membaca yang masih menggunakan metode konvensional, ditunjukkan dari cara mengajar guru yang masih menggunakan Lembar Kerja Anak. 3. Belum adanya media yang mengembangkan keterampilan membaca permulaan, terlihat dari hanya terdapat tempelan yang terdapat pada dinding kelas. C. Batasan Masalah Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah teridentifikasi akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel lain. Berdasarkan hal tersebut maka variabel yang diteliti adalah penggunaan media untuk mengembangkan keterampilan membaca permulaan yaitu alat permainan edukatif filling word. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu adakah bagaimanakah alat permainan edukatif filling word terhadap keterampilan membaca permulaan anak Kelompok B di TK ABA Ngabean I Tempel?. 9

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh alat permainan edukatif filling word terhadap keterampilan membaca permulaan anak Kelompok B di TK ABA Ngabean I Tempel. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu: 1. Manfaat bagi Anak Memberikan rasa senang dan tidak bosan ketika belajar, sehingga belajar akan lebih bermakna bagi anak dan dapat menstimulasi anak dan mengoptimalkan perkembangan anak. 2. Manfaat bagi Guru Dapat dijadikan media pengajaran yang dapat digunakan untuk menstimulasi anak didik. 10