BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.


BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi. kesehatan lingkungan. (Munif Arifin, 2009)

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dari visi diatas ingin dicapai lingkungan sehat yaitu lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat dimana lingkungan yang bebas dari polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman sehat, perencanaan kawasan berwawasan kesehatan,dan kehidupan masyarakat saling tolong menolong (Depkes RI, 2010) Departemen Kesehatan RI memprioritaskan pembangunan kesehatan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 berfokuskan pada delapan fokus prioritas. Salah satu dari delapan prioritas tersebut adalah pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan. Penyakit berbasis lingkungan merupakan masalah yang belum teratasi dengan baik di Indonesia, salah satunya adalah penyakit diare yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku hidup tidak sehat di masyarakat. Dampak negatif dari keberadaan penyakit tersebut di masyarakat jika tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan kerugian yang tak terhitung nilainya baik secara materi ataupun hilangnya nyawa jika penderita tidak mendapat pertolongan dengan baik. World Bank s Water and 1

Sanitation Program for Far East Asia and Pacific (WSP-EAP)tahun 2008 mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk di Indonesia diperhitungkan mencapai Rp. 56 Triliun per tahun.kerugian ekonomi ini ditimbulkan antara lain oleh 90 juta/tahun kasus diare dan 23.000 kematian/tahun akibat diare. (Institut Teknologi Bandung, 2008) Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, yang sebagian besar disebabkan oleh sumber makanan dan air minum yang terkontaminasi disamping sanitasi lingkungan yang kurang. Di seluruh dunia terdapat 780 juta orang tidak memiliki sanitasi yang baik (WHO, 2013). Diare juga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan RI daritahun 2000 sampai dengan 2006 terlihat kecenderungan insidens ratenaik. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/ 1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1.000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1.000 penduduk dan menurun tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk, tahun 2012 angka kesakitan diare menurun di semua umur menjadi 214/1000 penduduk dan angka kesakitan balita sebesar 900/1000 penduduk serta episode diare balita 1,3 kali per tahun (Depkes RI, 2012), hal ini menunjukan bahwa angka kesakitan diare tidak stabil setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, kasus kejadian diare secara global di Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan. Sepanjang tahun 2011, kasus diare di Sumatera Utara sebanyak 215.651

kasusdengan rincian 212.729 kasus mendapat pelayanan di sarana kesehatan dan 2.922 kasus ditemukan oleh kader. Pada Tahun 2012, kasus diare sebanyak 222.682 kasus dengan rincian sebagai berikut ; 220.460 kasus di sarana kesehatan dan 2.222 kasus ditemukan oleh kader. Sementara kasus kejadian diare di Kota Medan sepanjang tahun 2011 sebanyak 29.375 kasus. Jumlah kematian akibat diare di tahun 2011sebanyak 26 kasus (CFR 0,88%) dansedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi 29.769 kasus. Jumlah kematian akibat diare di tahun 2012 sebanyak 35 kasus (CFR 1,17). Maka kalau dilihat dari target tahunan kejadian KLB angka mortalitas tahun 2012 diharapkan sebesar < 1 % tidak tercapai dimana Tahun 2012 (CFR 1,17%) melebihi dari target yang telah ditetapkan. (Dinkes Kota Medan, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Wohangara (2012), ada hubungan secara signifikan terhadap kejadian diare yaitu kebiasaan mencuci tangan (p = 0,010), tersedianya sarana air bersih (p = 0,017), dan kepemilikan jamban yang sehat (p = 0,010). Sama halnya dengan hasil penelitian Hardi (2012), ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan (p= 0.021) terhadap kejadian diare. Lubis (2002) menemukan tingkat pendidikan menunjukkan tingkat bermakna terhadap kepemilikan rumah sehat. Bila pendidikan rendah maka pengetahuan cara hidup sehat belum dipahami dengan baik. Menurut Sastra (2005), salah satu kendala dalam pembangunan perumahan dan permukiman yang terjadi di Indonesia antara lain, kondisi sosial ekonomi masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, diperparah kurang pahamnya masyarakat akan pentingnya sanitasi dasar yang

memenuhi syarat kesehatan lingkungan yaitu tersedianya sumber air bersih, jamban yang sesuai, pengelolaan sampah dan mempunyai saluran pembuangan air limbah. Kasus diare di Puskemas Helvetia dari jumlah penduduk sekitar 169.498 berjumlah 69.664 dengan insiden rate(411 per 1.000 penduduk) (Dinkes Kota Medan, 2012). Dari data 10 penyakit terbesar di Puskesmas Helvetia dari Januari s/d Desember 2013, jumlah kasus diare 1.973 (Puskesmas Helvetia, 2013) Jumlah kunjungan diare di Puskemas Helvetia dari 7 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Helvetia tahun 2013, tertinggi kunjungan pasien diare terdapat di Kelurahan Sei Sekambing C II yaitu 726 pasien dari seluruh kunjungan untuk semua umur yang berjumlah 2.573 pasien. Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kelurahan Sei Sekambing C II Medan terjadi peningkatan kasus diare pada balita (1- < 5 Tahun) pada Bulan Oktober sampai dengan Desember 2013. Bulan Oktober ada 44 balita, Bulan November menjadi 64 balita dan kembali menurun bulan Desember 6 balita. Hal ini menunjukan cukup tingginya kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan maka perlu dilakukan suatu penanganan agar jumlah kasus diare tidak menjadi semakin tinggi. Langkah awal untuk melakukan penanganan adalah melakukan identifikasi faktor-faktor yang mengarah timbulnya kejadian diare. Banyak faktor resiko yang mampu memicu timbulnya kejadian diare, beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan. Selain itu pengetahuan dan sikap mengenai diare yang akan meningkatkan kesadaran individu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat masuk

juga kedalam faktor risiko yang harus diperhatikan, selain itu karakteristik masyarakat juga menjadi faktor risiko dari timbulnya penyakit ini. Berdasarkan pernyataan yang ada, dilakukan penelitian untuk melihat gambaran, pengaruh, faktor risiko dan upaya pencegahan yang paling dominan dilakukan masyarakat terhadap kejadian diare terutama pada balita yang umumnya sangat rentan terkena diare di Kelurahan Sei Sekambing C II sehingga dapat dilakukan tindakan meminimalisasi kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan. Berdasarkan data profil Kelurahan Sei Sekambing C II yang mempunyai jumlah KK 3909,kepemilikan perumahan dan sarana sanitasi terdapatjenis rumah 2.509 permanen, 313 semi permanen, 80 darurat,jenis jamban Septik tank 3.264 (81,62%), penggunaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tertutup 2661(66,54%) dan terbuka 603 (15,07%), penyediaan air bersih PDAM 2589 (64,74%) sumur gali 675 (16,87%) (Puskesmas Helvetia,2013). Komponen ketersediaan sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat sebagai faktor resiko terjadinya diare meliputi ketersediaan sumber air bersih/air minum, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah. Upaya pencegahan penyakit dapat diatasi dengan memahami tentang sanitasi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melalui promosi kesehatan, yaitu (1.)Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih adalah 3 tidak, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. (2.) Memasak air sampai mendidih sebelum

diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit. (3.) Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan dan sesudah buang air besar (BAB) (4.) Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun(5.) Menggunakan jamban yang sehat. (6.) Membuang tinja bayi dan anak dengan benar ( Widoyono, 2008) 1.2. Permasalahan Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2012 menunjukan angka kejadian diare di wilayah Puskesmas Helvetia dari jumlah penduduk sekitar 169.498 berjumlah 69.664 didapat Insiden Rate (411 per 1.000 penduduk). Hal ini menunjukan bahwa angka diare masih cukup tinggi dimana indikator insiden rate tahun 2012 yang diharapkan adalah315 per 1.000 penduduk.kunjungan untuk semua umur yang berjumlah 2.573 pasien. Begitu juga di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kelurahan Sei Sekambing C II Medan terjadi peningkatan kasus diare pada balita (1 - < 5 Tahun) pada Bulan Oktober sampai dengan November 2013. Bulan Oktober ada 44 balita, Bulan November menjadi 64 balita dan kembali menurun Desember ada 6 balita. Hal ini menunjukan cukup tingginya kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Kelurahan Sei Sekambing C II Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita ( 1 - <5 Tahun ), apakah ada perbedaan faktor resiko pada masyarakat yang

mengalami kejadian diare dengan masyarakat yang tidak mengalami kejadian diare serta faktor resiko yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kelurahan Sei Sekambing C IIKecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui faktor-faktor risiko yangberpengaruh terhadap kejadian diare pada balita ( 1 - < 5 Tahun ), untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan faktor resiko pada masyarakat yang mengalami kejadian diare dengan masyarakat yang tidak mengalami kejadian diare ditinjau dari karakteristik masyarakat, ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan serta upaya pencegahan/preventif yang dominan dilakukan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kelurahan Sei Sekambing C II Medan. 1.4.Hipotesis 1.4.1. Ada pengaruhkarakteristikibu rumah tangga (umur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap, pekerjaan, pendapatan,serta suku bangsa) terhadap kejadian diare pada balita di wilayah Puskesmas Helvetia Kelurahan Sei Sekambing C II Kecamatan Medan Helvetia. 1.4.2. Ada pengaruh faktor risiko ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi (sumber airbersih/minum, jamban, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air limbah) yang memenuhi syarat kesehatan terhadap kejadian diare pada

balita di wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kelurahan Sei Sekambing C II Kecamatan Medan Helvetia. 1.4.3. Ada pengaruh upaya pencegahanoleh masyarakat terhadap kejadian diarepada balita di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kelurahan Sei Sekambing C II Kecamatan Medan Helvetia. 1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Helvetia sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan dan sosialisasi upaya pencegahan kejadian diare serta menurunkan angka kejadian diare yang termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan. 1.5.2. Bagi petugas kesehatan lingkungan di puskesmas agar dapat bekerjasama lintas program sehingga dapat melaksanakan program klinik sanitasi di dalam gedung puskesmas dan di lapangan untuk penyelesaian masalah lingkungan dan perilaku dalam mengatasi penyakit berbasis lingkungan di wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan. 1.5.3. Bagi masyarakat, merupakan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya upaya pencegahan diare terhadap lingkungan sekitar mereka sehingga menimbulkan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam mengatasi kejadian diare di Rumah Tangga. 1.5.4. Bagi mahasiswa untuk mengetahui perbedaan faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap masyarakat yang mengalami kejadian diare dan

masyarakat yang tidak mengalami diare dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri yang berkaitan dengan kejadian diare di wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan.