BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan global. Saat ini, peningkatan mutu pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI SMA YP Unila Bandar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebut juga sains merupakan ilmu yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

Skripsi. Oleh: Alanindra Saputra K

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Siti Maemunah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

I. PENDAHULUAN. tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya dalam menghasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Pendidikan harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

Transkripsi:

1 BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam persaingan global. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga dapat mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif dalam tatanan masyarakat lokal dan global. Peningkatan mutu pendidikan melalui sistem pendidikan di sekolah merupakan upaya dalam menghadapi persaingan global. Saat ini, peningkatan mutu pendidikan semakin memperhatikan pengembangan kecerdasan intelektual dalam rangka memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Depdiknas, 2005) tak terkecuali dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA yang merupakan bagian ilmu pengetahuan memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Hasil belajar yang diharapkan dari IPA yaitu pengetahuan sains dan pengetahuan mengenai sains. Pengetahuan sains antara lain adalah konsep, prinsip, dan teori. Sedangkan pengetahuan mengenai sains adalah pengetahuan mengenai cara memperoleh pengetahuan sains yang terdiri dari metodologi dan epistemologi. Metodologi adalah ilmu yang diperoleh secara empiris mengenai cara memperoleh pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu yang diperoleh secara

2 nalar. Hal itu sejalan dengan hakikat IPA yang memiliki tiga unsur yaitu sikap, proses, dan produk yang tidak dapat dipisahkan. (Darliana,2007) Kimia merupakan salah satu cabang ilmu IPA dimana selama proses pembelajaran siswa dituntut untuk dapat mengembangkan pengetahuan sains dan pengetahuan mengenai sains. Pengetahuan sains dapat ditunjukkan dengan kemampuan kognitif, sedangkan pengetahuan mengenai sains berkaitan dengan proses ilmiah seperti mengamati, melakukan eksperimen, memecahkan masalah, dan sebagainya yang dapat menimbulkan sikap ilmiah. Sehingga pembelajaran kimia di sekolah harus dapat melibatkan proses aktif siswa dalam mempelajari dan menemukan konsep-konsep kimia. Dengan demikian, hasil belajar yang diharapkan tidak hanya berupa kemampuan kognitif tetapi juga kemampuan keterampilan proses sains. Akan tetapi, pembelajaran kimia yang dilakukan selama ini lebih menekankan pada aspek pengembangan kemampuan kognitif. Pengembangan tersebut hanya berupa pemberian konsep, prinsip dan teori tanpa menekankan aplikasi penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari dan keterampilan proses ilmiah. Pembelajaran yang dilakukan pun ternyata belum mampu untuk mengembangkan kemampuan kognitif karena pelajaran kimia masih dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Hal itu terlihat dari hasil belajar kimia di salah satu SMA yang masih rendah dengan nilai rata-rata ulangan harian sebesar 53,32 dalam skala 100. Padahal kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa dalam mata pelajaran kimia adalah 65.

3 Hasil belajar kimia yang masih rendah salah satunya dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang belum efektif dan efisien. Hal tersebut karena proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih didominasi dengan pembelajaran teacher oriented. Dalam pembelajaran tersebut, siswa hanya berperan sebagai penerima informasi, bersifat pasif, tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran, aktivitas antara guru dan murid jarang terjadi, tidak menekankan dalam penanaman konsep terlebih dahulu serta tidak menekankan pengembangan keterampilan dan sikap ingin tahu. Sehingga pembelajaran tersebut menyebabkan siswa merasa bosan dengan pelajaran di kelas dan keinginan siswa untuk belajar menjadi rendah. Selain itu, pembelajaran yang menekankan pada teacher oriented tidak sejalan dengan prinsip dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu tentang pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga pembelajaran kimia dalam KTSP harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Berdasarkan uraian di atas, salah satu inovasi pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi kimia dan sesuai dengan prinsip KTSP diantaranya pendekatan inkuiri. Menurut Dewey, proses inkuiri merupakan proses aktif dengan hati-hati dan penuh pertimbangan sebagai implikasi dari adanya keyakinan atau perkiraan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dalam upaya pemecahan masalah yang diajukan dalam pembelajaran (Arifin, A, 2006). Menurut Arifin (2000), dalam pembelajaran inkuiri, cara berfikir berkembang

4 dari pengamatan pada masalah tertentu kepada generalisasi sehingga terjadi pengembangan intelektual. Dengan tujuan pembelajaran untuk mempelajari proses obyek atau konsep tertentu sampai generalisasi tentang obyek tersebut dan siswa memberikan reaksi terhadap data, materi, obyek untuk menemukan pola hubungan berdasarkan pengamatan. Pendekatan inkuiri menekankan pengembangan keterampilan proses dan pemecahan masalah. Pendekatan ini merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa dilibatkan secara aktif dalam memperoleh pengetahuan dan lebih menekankan bagaimana suatu konsep diperoleh (Exline, 2004). Dengan demikian, inkuiri dapat membantu meningkatkan keterampilan proses sains di samping kemampuan kognitif. Keterampilan proses yang dimiliki siswa akan membantu siswa dalam belajar dan mengembangkan pengetahuannya tentang konsep-konsep sains dan memanfatkan konsep tersebut dalam kehidupan seharihari. Selain itu, pembelajaran inkuiri dapat menumbuhkan rasa penasaran siswa terhadap suatu masalah sehingga meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Motivasi dan minat merupakan hal yang paling mendasar dan utama pada diri siswa untuk dapat mempelajari suatu materi sehingga proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai. Penelitian-penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan beberapa aspek keterampilan proses sains yaitu hasil penelitian Mumtaz dengan judul skripsi Analisis Hasil Belajar Siswa SMA kelas XI pada Pembelajaran Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia Menggunakan Pendekatan Inkuiri dengan hasil penelitian

5 yaitu penguasaan konsep siswa meningkat secara signifikan dan aspek keterampilan proses sains yang dikembangkan meliputi aspek mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, mengkomunikasikan, dan menerapkan konsep. Mumtaz menyarankan bahwa pembelajaran inkuiri perlu diterapkan pada materi pokok yang berbeda. Selain itu, penelitian yang telah dilakukan oleh Hasyim (2008) terhadap keterampilan proses sains menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Dengan merujuk pada beberapa hasil penelitian tersebut, peneliti ingin mengembangkan penelitian tentang pembelajaran inkuiri pada materi kimia dengan materi pokok yang berbeda. Materi pokok yang diteliti memiliki karakteristik yang hampir sama dengan pokok bahasan kesetimbangan kimia yaitu hidrolisis garam yang melibatkan konsep-konsep abstrak yang saling berkait serta melibatkan rumus matematik dan hitungan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan penelitian berjudul Penerapan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Materi Pokok Hidrolisis Garam.

6 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini, secara garis besar berkaitan dengan Bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa SMA kelas XI pada materi pokok hidrolisis garam. Masalah tersebut diuraikan menjadi beberapa rumusan yaitu : 1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran inkuiri dalam peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi pokok hidrolisis garam? 2. Keterampilan Proses Sains manakah yang dapat dikembangkan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri pada materi pokok hidrolisis garam? 3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri pada materi pokok hidrolisis garam? 4. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap penerapan pembelajaran inkuiri pada materi pokok hidrolisis garam? C. BATASAN MASALAH Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah, efektif, dan dikaji lebih mendalam, maka penelitian ini difokuskan pada : 1. Hasil belajar yang diukur terbatas pada penguasaan konsep dalam aspek kognitif. 2. Pendekatan inkuiri yang diterapkan dibatasi pada keterampilan proses sains yang terdiri dari aspek mengamati, menafsirkan pengamatan, mengklasifikasi, meramalkan, dan menerapkan konsep.

7 3. Jenis pembelajaran inkuiri yang digunakan adalah inkuiri terbimbing. 4. Pendekatan inkuiri yang diterapkan dibatasi pada materi pokok bahasan hidrolisis garam untuk siswa SMA. D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui peningkatan hasil belajar siswa SMA kelas XI pada materi pokok hidrolisis garam melalui pembelajaran inkuiri. Secara khusus, tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut : 1. Memperoleh informasi mengenai peningkatan penguasaan konsep dan proses belajar pada materi pokok hidrolisis garam dengan menggunakan pembelajaran inkuiri. 2. Memperoleh informasi mengenai jenis keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan melalui penerapan pembelajaran inkuiri pada materi pokok hidrolisis garam. 3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan dan sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri pada materi pokok hidrolisis garam. 4. Memperoleh informasi mengenai tanggapan guru terhadap penerapan pembelajaran inkuiri pada materi pokok hidrolisis garam. Dengan adanya hasil penelitian mengenai pembelajaran inkuiri pada materi pokok hidrolisis garam, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi mengenai pembelajaran inkuiri sebagai alternatif bagi guru untuk menentukan pendekatan dan metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam menyampaikan materi pokok kimia.

8 2. Sebagai pijakan awal untuk melakukan pengembangan lebih lanjut penerapan berbagai jenis pendekatan inkuiri. 3. Memberikan informasi tentang karakteristik materi pokok, jenis dan bentuk alat evaluasi yang diperlukan pada pembelajaran inkuiri. 4. Memberikan informasi mengenai jenis keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan oleh penerapan pembelajaran inkuiri pada materi pokok hidrolisis garam sehingga dapat diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut oleh guru di kelas. 5. Memberikan kemudahan bagi siswa dalam penguasaan konsep dan pengembangan keterampilan proses sains materi pokok hidrolisis garam sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. E. ANGGAPAN DASAR Anggapan dasar yang dipakai sebagai acuan pemikiran dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Pembelajaran inkuiri dapat memupuk sikap ilmiah siswa, meningkatkan keingintahuan siswa yang secara otomatis dapat meningkatkan motivasi belajar dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Nilai rata-rata dari tiga kali ulangan harian siswa sebelum penelitian dilakukan, dianggap dapat menggambarkan prestasi belajar siswa yang sesungguhnya. 3. Nilai pretes dan postes menggambarkan hasil belajar siswa.

9 4. Jawaban yang diberikan siswa pada pengisian angket merupakan pendapat dan pengalaman yang optimal. 5. Jawaban yang diberikan siswa dan guru pada saat wawancara terhadap pembelajaran inkuiri mencerminkan pengetahuan, pengalaman, dan pendapatnya. F. PENJELASAN ISTILAH Berikut ini adalah penjelasan beberapa istilah yang terdapat dalam penelitian untuk menghindari salah tafsir pada istilah-istilah yang digunakan yaitu: a. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari adanya kegiatan siswa berupa pengalaman belajar. Pengalamannya yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar. (Arifin,2000) b. Inkuiri adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa menemukan dan menggunakan sejumlah informasi dan ide untuk meningkatkan pemahaman mengenai masalah, topik, atau isu (Kuhlthau,2007). Pendekatan inkuiri diidentikan juga dengan pendekatan penemuan dengan orientasi pembelajaran pada pengolahan informasi dengan tujuan melatih pembelajar memiliki kemampuan berfikir untuk dapat menemukan dan mencari sesuatu secara ilmiah. c. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah siswa mengalami pengalaman belajar yang meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Hasil belajar kimia selain meliputi ketiga aspek tersebut juga meliputi aspek

10 keterampilan proses sains yang tidak terpisahkan dari ilmu kimia sebagai ilmu pengetahuan alam. d. Keterampilan proses sains adalah keterampilan intelektual yang digunakan oleh semua saintis untuk memahami fenomena alam. (Gagne, dalam Dahar 1989) e. Inkuiri Terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang direncanakan, disusun, dan diawasi secara penuh oleh guru untuk memandu/membimbing siswa dalam melakukan tahapan inkuiri sehingga menemukan konsep serta memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai suatu konsep dan secara perlahan-lahan siswa belajar mandiri (Kuhlthau,2007). Dalam hal ini guru memberikan tuntunan dan bimbingan, menyediakan peralatan dan bahanbahan yang akan ditangani oleh masing-masing siswa.