BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB V PENUTUP. dengan kesimpulan oleh guru. 2. hasil belajar siswa menggunakan metode diskusi ini tidak memuaskan

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu, potensi manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2009, Hlm. 1 2 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hlm.339

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan lingkungan non formal atau masyarakat. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali, yang berasal dari luar maupun dari dalam. Tujuan. pembangunan sebagaimana dimuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk lainnya. Al-Qur an merupakan bukti tanda. kebesaran/kemahaluasan ilmu Allah bagi orang-orang yang berilmu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. 1 Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

WAHYU INDRIANI PUTRI A.

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nazili Saleh Ahmad, Pendidikan dan Masyarakat, Sabda Media,Yogyakarta, 2011, hlm. v.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. manusia itulah menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti TPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mashri Pangkalan Balai

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mutu pendidikan dirasakan masih sangat kurang, terutama pada. pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran merupakan gaya mengajar yang menjadikan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan. baru seperti internet, media elektronik, media cetak dan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Sebaliknya peserta didik juga dituntut keaktifannya dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan yang lengkap, media dan lain sebagainya). materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu manusia berpacu meningkatkan sumber daya dalam rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis. Di sisi lain pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia kapan dan di manapun. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Manusia diberikan kelebihan akal oleh Allah Swt. Untuk berfikir dan berkembang serta berkebudayaan yang tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena itu pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sehingga manusia itu tumbuh dan berkembang menjadi makhluk yang dianugerahi kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Di Indonesia pendidikan menjadi salah satu program utama dalam pembangunan nasional. Maju dan berkembangnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dilaksanakan oleh bangsa tersebut. Pemerintah telah membuat undang-undang yang mengatur pelaksanaan pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: 1

2 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan nuansa dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Tujuan pendidikan nasional sejalan dengan pendidikan Islam, sebab tujuan keduanya mencakup pengembangan berbagai aspek yang tidak berbeda serta proses pembelajaran yang sama sebagaimana yang diterangkan oleh Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Ahmad Syar i: Tujuan akhir pendidikan Islam ialah terbentuknya kepribadian muslim, yang didahului pencapaian tujuan sementara, antara lain; kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca menulis, pengetahuan dan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan dan keagamaan, kedewasaan jasmani dan rohani. 2 Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, diperlukan dukungan metode pendidikan yang tepat, diharapkan dapat memperlancar keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Roestiyah N.K, menerangkan: Bila guru memerlukan beberapa tujuan untuk mencapainya, maka ia perlu mengenal dan menguasai dengan baik sifat-sifat dari setiap metode penyajian sehingga ia mampu pula mengkombinasikan penggunaan beberapa metode penyajian tersebut, sekaligus untuk mencapai beberapa tujuan yang telah dirumuskannya itu, dan tidak terasa kalau antara perubahan dari metode yang satu ke metode yang lain. 3 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003, h. 9. 2004, h. 28. 2 Dikutip dari Ahmad Syar i, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 3 Roestivah N.K., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. 1991, h. 3.

3 Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Menurut Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa: Pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara-cara mengajar 4 Ketiga kompetensi tersebut harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Sehingga diharapkan dengan memiliki tiga kompetensi dasar tersebut seorang guru dapat mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara profesional dan efektif. Mengenai kompetensi dalam mengajar, seorang guru dituntut untuk mampu merencanakan atau mampu menyusun setiap program satuan pelajaran, mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih metode yang bervariatif dan efektif. Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya ketidaktepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran, maka akan dapat 1995, h. 263. 4 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

4 menimbulkan kegagalan dalam mencapai pembelajaran yang efektif yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam pemilihan metode pengajaran ada beberapa faktor yang harus jadi dasar pertimbangan yaitu: berpedoman pada tujuan, perbedaan individual anak didik, kemampuan guru, sifat bahan pelajaran, situasi kelas, kelengkapan fasilitas dan kelebihan serta kelemahan metode pengajaran. 5 Sehingga dengan memperhatikan beberapa faktor pertimbangan tersebut guru dapat menentukan metode mana yang tepat untuk digunakan ketika akan menyampaikan suatu materi pelajaran kepada muridnya, mungkin ia akan menggunakan satu metode saja atau mungkin menggunakan kombinasi dari beberapa metode pengajaran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan suatu metode mengajar tersebut tidal asal-asalan, tetapi harus disesuaikan dengan mata pelajaran. Karena tiap-tiap mata pelajaran mempunyai tujuan masingmasing. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus mampu memilih dan menggunakan metode mengajar yang sangat tepat. Pada madrasah aliyah selain memuat bahan kajian pelajaran umum juga memuat bahan kajian pelajaran yang berciri khas Agama Islam yang termuat dalam mata pelajaran agama. Salah satu mata pelajaran yang tertuang dalam kajian pelajaran Agama Islam tersebut adalah Aqidah Akhlak. Mengingat mata pelajaran aqidah akhlah pada kelas 2 banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan tasawuf, perilaku terpuji 5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, h. 191-193.

5 dan tercela juga akhlak dalam pergaulan remaja maka dalam hal ini metode diskusi dapat diterapkan dalam rangka mencapai tujuan yang hendak dicapai dari proses pembelajaran. Karena dalam diskusi, proses interaksi terjadi antara dua individu atau lebih yang terlibat. Saling menukar pengalaman informasi dalam memecahkan masalah. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan metode diskusi khususnya dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya mendorong siswa untuk berani berbicara dan mengemukakan pendapatnya, mendorong mereka untuk lebih siap dalam mendalami materi-materi pelajaran melalui berbagai sumber, melatih bersikap demokrasi serta mendorongnya berpartisipasi secara aktif dalam memecahkan suatu masalah. Akan tetapi dalam diskusi biasanya hanya dikuasai oleh siswa yang suka berbicara. Disamping itu, ada kemungkinan penyimpangan dalam pembicaraan sehingga membutuhkan waktu yang panjang. Namun dalam hal ini bukan berarti metode diskusi merupakan metode mengajar yang paling baik digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran disamping metode mengajar yang lainnya. Karena masing-masing metode mempunyai kebaikan dan kelemahan. Pada dasarnya semua metode itu baik, asalkan saja orang yang menggunakan metode tersebut menguasai teknik pelaksanaannya. Lebihlebih pada pelaksanaan metode diskusi harus benar-benar sesuai dengan langkah dan perencanaan pelaksanaanya.

6 Mengingat pentingnya metode diskusi ini, maka seharusnyalah kegiatan belajar mengajar banyak menggunakan metode ini terlebih lagi kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan di mana siswa dan siswi dituntut untuk lebih proaktif dalam pembelajaran sedang guru bertindak sebagai pengarah. Tidak hanya pada mata pelajaran umum yang diajarkan di Madrasah Aliyah, pada mata pelajaran agama (PAI) pun dianjurkan untuk menerapkan metode diskusi dalam proses belajar mengajar terlebih lagi pada mata pelajaran yang mengutamakan kepada pemahaman penghayatan siswa terhadap materi yang diajarkan, salah satunya adalah mata pelajaran Aqidah Akhlak. Pendidikan Aqidah Akhlak merupakan komponen yang internal dari pendidikan agama. Di samping pendidikan Islam lainnya, pendidikan Aqidah Akhlak memiliki pembahasan pendidikan aqidah di satu sisi dan pendidikan akhlak pada sisi lain. Tetapi keduanya sangat sinergis, keduanya memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tapi secara substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai keyakinankeyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul qarimah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penerapan di MTs dan Madrasah Aliyah keduanya merupakan satu mata pelajaran dari kurikulum yang ada. Dalam kurikulum pendidikan aqidah akhlak tahun 1975, 1984 dan 1994 lebih menekankan pada materi pokok dan lebih bersifat memaksakan target bahan ajar sehingga tingkat kemampuan peserta didik terabaikan. Hal ini kurang sesuai dengan prinsip

7 pendidikan yang menekankan pengembangan peserta didik lewat fenomena bakat, minat serta dukungan sumber daya lingkungan. Sedangkan kita tahu bahwa pengertian Pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayatii dan mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan al-qur an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 6 Metode diskusi atau bertukar pikiran sudah diterapkan oleh para Nabi dan Rasul dalam menyampaikan kebenaran pada masa-masa lampau. Firman Allah dalam surat Thoha ayat 42-44 sebagai berikut: Artinya : Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat- Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-ku. Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia Telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". 7 Kemudian dalam surat Al-Ankabut ayat 46 Allah berfirman: 6 Departemen Agama, Kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah, Jakarta: DEPAG, 2003, h. 2. 7 Depag RI, Qur an dan Terjemahannya, surah Thoha [20]: 42-44.

8 Artinya : Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka dan Katakanlah: "Kami Telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami Hanya kepada-nya berserah diri". 8 Ayat di atas menentukan bahwa berdiskusi atau bertukar pikiran bahkan berdebat diperbolehkan dalam rangka mencari dan menyampaikan kebenaran. Menurut observasi awal peneliti, salah satu lembaga pendidikan yang ikut berperan dalam upaya peningkatan metode diskusi pada mata pelajaran aqidah akhlak adalah di Madrasah Aliyah Muslimat NU Palangka Raya khususnya di kelas XI, di sini metode diskusi pada mata pelajaran aqidah akhlak sudah digunakan oleh guru untuk proses pembelajaran. Diharap para siswa dalam menerima pelajaran bukan hanya sekedar menerima, namun diharapkan lebih dari itu mereka mampu untuk memecahkan suatu permasalahan dalam mencari suatu kebenaran yang sering terjadi pada dinamika kehidupan sosial. Apalagi para siswa Madrasah Aliyah telah berpikir kritis dalam menerima pelajaran, tidak hanya menerima begitu saja, tetapi banyak kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga sebagai hasilnya kadang-kadang bahkan tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh teman dan gurunya. Untuk itulah 8 Depag RI, Qur an dan Terjemahannya, surah Al-Ankabut [29]: 46.

9 pentingnya melaksanakan metode diskusi yang baik dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran aqidah akhlak guna memberikan pemahaman yang benar-benar pada siswa. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH MUSLIMAT NU PALANGKA RAYA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas penerapan metode diskusi dalam proses belajar pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas XI di Madrasah Aliyah Muslimat NU Palangka Raya? 2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan metode diskusi di Madrasah Aliyah Muslimat NU Palangka Raya? C. Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mendeskripsikan secara jelas tentang efektivitas penerapan metode diskusi dalam proses belajar pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas XI di Madrasah Aliyah Muslimat NU Palangka Raya;

10 2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan metode diskusi di Madrasah Aliyah Muslimat NU palangka Raya. D. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada guru dan calon guru dalam meningkatkan mutu pelajaran mata pelajaran aqidah akhlak; 2. Sebagai bahan informasi bagi lembaga terkait dalam upaya mengambil langkah-langkah membina dan mengembangkan penerapan metode mengajar guru; 3. Sebagai bahan acuan dalam penelitian yang lebih mendalam dan relevan di masa yang akan datang; 4. Sebagai bahan bacaan ilmiah dan memperkaya khazanah perpustakaan STAIN Palangka Raya, khususnya pada jurusan Tarbiyah.