BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

STUDI TENTANG PERAN DAN MANFAAT KURIKULUM NON AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN SIKAP DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

akan memberikan seseorang keterampilan hidup (life skill) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran itu penting untuk menciptakan karekter pribadi yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PMR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan kesempatan dan pencapaian mutu pendidikan akan membuat warga Negara Indonesia memiliki ketrampilan hidup (life skill) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungan, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Depdiknas 2005-2009 menekankan bahwa perspektif pembangunan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan intlektual saja, melainkan juga watak, moral, social dan fisik peserta didik, atau dengan kata lain menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya

2 manusia, terutama bagi perkembangan dan perwujudan diri individudalam pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada cara kebudayaan bangsa tersebu mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dan dalam hal ini berkaitan erat dengan kualias pendidikan yang diberikan kepada masyarakatnya, yaitu kepada peserta didik. Pada umumnya pendidikan bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa didik untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai potensi yang berbeda-beda dan oleh karenanya membutuhkan layanan pendidikan yang berbeda pula. Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu, memupuk potensi-potensi tersebut secara utuh. Pengembangan potensi yang diperoleh peserta didik sangat mempengaruhi perkembangannya pada tahap berikutnya, dan meningkatkan produktivitas kerja di masa dewasa. Namun perlu disadari bahwa siswa haruslah diberi rangsangan, bimbingan, bantuan dan atau perlakuan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu dalam proses pembelajarannya, pemahaman terhadap keunikan dan tingkat pertumbuhan serta perkembangan pada diri sendiri siswa merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh para pendidik.

3 Mengingat pada pada proses dan taraf perkembangan yang menekankan pada terjadinya perubahan, proses pembelajaran di sekolah seharusnya memperhatikan kebermaknaan dalam belajar, artinya apa yang bermakna bagi siswa menunjuk pada dunia minatnya (center of interest). Pembelajaran di sekolah saat ini harus bertujuan mengembangkan potensi siswa melalui : (1) Olah hati, untuk memperteguh keimanan dan ketaqwaan, meningkakan akhlak mulia, budi pekerti, atau moral, membentuk kepribadian unggul, membangun kepemimpinan dan entrepreneurship; (2) Olah pikir untuk membangun kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) Olah rasa untuk meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya; dan (4) Olah raga untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan, dan kesiapan fisik serta ketrampilan kinestetis. (Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009). Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009;163) sebagaimana hasil penelitian Daniel Goleman menyimpulkan bahwa pencapaian kerja ditentukan hanya 20 % dari hasil IQ, sedangkan 80 % ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ / Emotional Qoutient). Begitu pula disimpulkan oleh Joan Beck bahwa IQ sudah berkembang 50 % sebelum usia 5 tahun, 80 % sebelum usia 8 tahun dan hanya 20 % sampai akhir masa remaja; sedangkan kecerdasan emosi (EQ) dapat dikembangkan tanpa batas waktu.

4 Peserta didik diharapkan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dengan menunjukkan rasa persatuannya sebagai generasi muda yang layak untuk melanjutkan perjuangan bangsa. Gerakan nasional yang lahir dan mengakar di bumi nusantara merupakan bagian dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia di mana kaum muda sebagai potensi bangsa dalam kelangsungan bangsa dan negara mempunyai kewajiban untuk melanjutkan perjuangan tersebut (Bachsan, 2010:2). Salah satu upaya dalam menyelenggarakan upaya pendidikan bagi kaum muda melalui kegiatan pramuka dengan sasaran meningkatkan sumber daya kaum muda, untuk mewujudkan masyarakat madani, dan dapat melestarikan keutuhan dari : 1. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-bhinneka Tunggal Ika 2. Ideologi Pancasila 3. Kehidupan Rakyat yang Rukun dan Damai Upaya meningkatkan dan melestarikan hal di atas, maka kegiatan pramuka menjadi salah satu kegiatan di sekolah yang akan membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti yang luhur. Pengembangan kegiatan pramuka lebih mengandalkan inisiatif sekolah (Yuri,2008:2). Secara Yuridis, pengembangan kegiatan pramuka memiliki landasan hukum yang kuat, karena diatur dalam surat Keputusan Menteri yang harus dilaksanakan oleh sekolah, salah satu keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 125/U/2002 tentang kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif di

5 sekolah pengaturan kegiatan pramuka dalam keputusan ini terdapat pada Bab 5 pasal 9 ayat 2 pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olahraga dan seni (porseni), karya wisata, pramuka, lomba kreatifitas atau praktek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan seutuhnya. Tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan pendidikan di sekolah selama ini lebih menekankan hafalan konten/isi pelajaran yang kurang bermakna bagi dirinya. Hegemoni Ujian Nasional dan status sekolah saat ini semakin mendorong proses belajar mengajar di sekolah lebih mengejar kuantisasi aspek kognitif saja. Pembinaan dan penyediaan sarana pengembangan aspek afektif (nilai moral dan sosial) dan psikomotor (ketrampilan) kurang mendapat perhatian. Artinya perwujudan tujuan pendidikan yang membentuk manusia yang seutuhnya akan semakin jauh untuk dapat tercapai. Kondisi ini susuai dengan adanya hasil survai dan penelitian yang menunjukkan bahwa pendidikan formal terlalu menekankan pada perkembangan mental intelektual semata-mata, dan kurang memperhatikan perkembangan afektif (sikap dan perasaan) serta psikomotor (ketrampilan) (Munandar, 1992:87). Kegiatan pramuka kurang mendapat tempat di mata masyarakat. Banyak persepsi yang menyatakan bahwa kegiatan pramuka hanyalah kegiatan senang-senang yang hanya bisa tepuk-tepuk dan nyanyi-nyanyi. Jika ditinjau dari berbagai sisi secara mendalam banyak kegiatan pramuka

6 mengandung banyak manfaat bagi anak didik (Isriyanah, 2006: 19). Diantaranya adalah kegiatan pramuka akan menanamkan sikap ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kesadaran berbangsa dan bernegara, Pengamalan Moral Pancasila, Pemahaman Sejarah Perjuangan Bangsa, Rasa Percaya Diri, Tanggung Jawab dan Disiplin, Melatih kecakapan khusus, serta Menjaga kebersihan dan ketertiban serta penyuluhan kesehatan dan menjaga keindahan, kelestarian lingkungan hidup (Bachsan, 2010: 8). Sekolah harus menyediakan sarana dan kesempatan bagi pengembangan potensi siswa secara maksimal melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka, walaupun beban belajar siswa sangat besar dan terbatasnya ketersediaan waktu efektif belajar di sekolah. Ekstrakurikuler kegiatan pramuka dapat menjadi salah satu pilihan untuk mengembangkan potensi non akademik siswa, sehingga penanaman dan pemupukan aspek afektif dan psikomotorik dapat terakomodir. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang diselenggarakan diluar jam pelajaran, selain membantu siswa dalam mengembangkan bakat dan minatnya, juga membantu siswa agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan tangung jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Miller Mayeer yang dikutip oleh Tim Dosen IKIP Malang yang menyatakan bahwa : Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat

7 baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama, dan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan mandiri (1988;124) Kegiatan ektrakurikuler pramuka diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran yang pada saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan pengalaman-pengalaman yang bersifat nyata yang dapat membawa siswa pada kesadaran atas pribadi, sesama, lingkungan dan Tuhan-nya, dengan kata lain bahwa keiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan Emotional Qoutient (EQ) siswa yang di dalamnya terdapat aspek kecerdasan social. Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dapat digunakan sebagai salah satu mediator antara partisipasi kegiatan ekstrakurikuler dan remaja dalam perubahan komposisi jaringan social (Darling, 2010:37) Namun pada kenyataannya belum semua sekolah secara berkesinambungan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga terjadi kesenjangan kebutuhan siswa antara pengembangan potensi akademik maupun non akademiknya. Di sebagian besar sekolah, kegiatan ekstrakurikuler belum dikelola secara baik. Perencanaan (progam, pengampu dan dana), Pelaksanaan dan Evaluasi (proses dan produk) kurang mendapat perhatian.

8 B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada bagaimana mendiskripsikan karakteristik pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah. Fokus permasalah tersebut dirinci menjadi 3 pertanyaan rumusan masalah dalam penelitian. 1. Bagaimana karakteristik aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka? 2. Bagaimana karakteristik kegiatan guru selaku Pembina dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah? 3. Bagaimanakah karakteristik pembinaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka? C. Tujuan Penelitian 1. Mendiskripsikan karakteristik aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. 2. Mendiskripsikan karakteristik kegiatan guru selaku Pembina dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah 3. Mendiskripsikan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dan sumber informasi tentang pengelolaan ekstrakurikuler pramuka dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa.

9 2. Manfaat praktis a. Manfaat bagi sekolah Hasil penelitian ini bagi lembaga pendidikan (sekolah) serta instansi-instansi yang terlibat dalam pembinaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan model dalam pengelaloan program ekstrakurikuler pramuka sebagai salah satu media alternatif dalam meningkatkan karakter siswa. b. Manfaat bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukkan untuk lebih mendorong pengembangan bakat dan minat terhadap mata pelajaran tertentu ataupun kegiatan-kegiatan yang dapat menambah kemandirian siswa dalam kehidupan sehari-hari. E. Daftar Istilah 1. Pengelolaan : Pengelolaan menurut Terry (2011) adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Sehingga pengelolaan diartikan suatu kegiatan, pelaksanaannya yang diamabil dari istilah manajemen 2. Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler menurut zaenal Aqib (2011) adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka dalam rangka

10 memperluas pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta normanorma social, baik local, nasional maupun global untuk untuk membentuk insane yang paripurna. 3. Pramuka Pramuka menurut Andri Bob Sunardi (2001:4) adalah nama organisasi yang merupakan suatu wadah proses pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. 4. SMP Negeri 3 Purworejo SMP Negeri 3 Purworejo adalah suatu lembaga pendidikan menengah tingkat pertama yang terletak di Jl. Mardihusodo No. 3 Kutoarjo kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo yang termasuk sekolah yang terkemuka di tingkat SMP di lingkungan kabupaten Purworejo.