KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN,

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 241/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 09/Kpts/TP.260/1/2003 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK

j ajo66.wordpress.com 1

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG

Nama Perusahaan :... A l a m a t. Sebagai produsen atau pembuat pakan dengan bahan pakan :...

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMENTAN/PK.110/6/2017 TENTANG PENDAFTARAN DAN PEREDARAN PAKAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/SR.140/2/2007 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 239/Kpts/ot.210/4/2003 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PUPUK AN- ORGANIK MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,

Bahan Kuliah ke 6: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad. Usaha Peternakan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 404/kpts/OT.210/6/2002 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

~ 646 ~ Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perizinan di Bidang Usaha; M E M U T U S K A N:

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/Permentan/SR.140/8/2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Kpts/Tp.270/1/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 237/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGADAAN, PEREDARAN DAN PENGGUNAAN PUPUK AN-ORGANIK

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

Bab V Standar Ransum

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 695/Kpts/TN.260/8/96 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUJIAN MUTU OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Izin Usaha. Obat Hewan. Pemberian. Pencabutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56/Menhut-II/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 39/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK ALAT DAN MESIN PERTANIAN

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Obat Ikan. Peredaran. Mekanisme. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 808/Kpts/TN.260/12/94 TENTANG SYARAT PENGAWAS DAN TATACARA PENGAWASAN OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 630/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR :

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 053 TAHUN 2006 TENTANG WAJIB DAFTAR PELUMAS YANG DIPASARKAN DI DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 300/Kpts-II/2003 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

, No Undang-undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 N

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

1 of 7 02/09/09 11:26

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA PERTERNAKAN. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

Transkripsi:

307 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin agar pakan yang beredar dapat dijaga mutu dan keamanannya maka terhadap setiapjenis pakan yang diproduksi dengan maksud untuk diperdagangkan wajib didaftarkan, dan berlabel; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas maka untuk memperjelas dalam pelaksanaan pendaftaran dan labelisasi pakan bagi pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha dibidang produksi pakan, dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai pendaftaran dan labelisasi pakan dengan Keputusan Menteri Pertanian; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun l967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun l967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun l999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun l999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun l999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 5. Peraturan Pemerintah Nomor l02 Tahun 2000 tentang Standarsisasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor l999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020); 6. Keputusan Presiden Nomor l02 Tahun 200l tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 7. Keputusan Presiden Nomor 109 tahun 200l tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 8. Keputusan Presiden Nomor 228/M tahun 200l Tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; 9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts/OT.210/3/2002 Tentang Pelaksanaan Standarisasi Nasional dibidang Pertanian; 10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/OT.210/1/2001 juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 354.1/Kpts/OT.210/6/2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;

308 11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 99/Kpts/OT.210/2/2001 juncto Keputusan Menteri Pertanian Nomor 392/Kpts/OT.210/7/200l tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian. M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Pendaftaran Pakan adalah kegiatan untuk memperoleh nomor pendaftaran, agar pakan yang diproduksi dapat diedarkan. 2. Sertifikat Mutu Pakan adalah surat keterangan yang diberikan oleh Kepala Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Kepala Lembaga Pengujian Mutu Pakan yang selanjutnya dalam Keputusan ini disebut Lembaga Pengujian yang telah diakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri yang menyatakan bahwa susunan pakan yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. 3. Labelisasi Pakan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka memperoleh etiket/label pakan. 4. Etiket atau label Pakan adalah setiap keterangan mengenai pakan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang ditentukan pada pembungkus pakan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada atau merupakan bagian dari kemasan pakan, yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut label. 5. Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya. 6. Konsentrat adalah pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau imbuhan pakan. 7. Bahan Baku Pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan,peternakan atau bahan lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah. 8. Pengujian Mutu Pakan adalah kegiatan dan tatacara menguji sample pakan untuk mengetahui mutunya. 9. Laboratorium adalah tempat untuk melakukan pengujian sample pakan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dan telah diakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri. 10. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara nasional. 11. Persyaratan Teknis Minimal adalah standar mutu yang ditetapkan oleh Menteri. 12. Pembuatan Pakan adalah kegiatan mencampur dan mengolah berbagai bahan baku pakan untuk dijadikan pakan. 13. Peredaran Pakan adalah kegiatan yang meliputi pengangkutan, penyerahan, dan penyimpanan yang memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan.

309 14. Sampel Pakan adalah sejumlah pakan yang diambil sewaktu-waktu dari lokasi produsen/pabrik pakan, distributor/agen dan peternak/pengguna untuk tujuan pengawasan mutu bahan baku pakan dan pakan. 15. Produsen atau Pembuat Pakan adalah perorangan atau badan hukum yang berusaha dibidang pembuatan dan atau peredaran pakan. 16. Cemaran Pakan adalah bahan/zat asing yang terdapat dalam bahan baku pakan dan pakan, yang dapat mengakibatkan turunnya mutu dan atau menganggu kesehatan ternak. 17. Petugas Pengawas Mutu Pakan adalah petugas yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melakukan pengawasan terhadap pembuatan dan peredaran pakan. 18. Kepala Balai adalah Kepala Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak. 19. Menteri adalah Menteri Pertanian. Pasal 2 Keputusan Menteri Pertanian ini dimasudkan untuk memberikan dasar hukum bagi pelaksanaan pendaftaran, pengujian dan labelisasi pakan dengan tujuan agar pakan yang diproduksi dan diedarkan dapat menjamin mutu yang meliputi kriteria keselamatan, keamanan, kesehatan,dan mendukung kelestarian lingkungan. Pasal 3 Ruang lingkup pengaturan dalam Keputusan Menteri Pertanian ini meliputi ketentuan mengenai syarat dan tata cara pendaftaran, pengujian, sertifikasi pakan, pemberian nomor pendaftaran, labelisasi pakan, pembinaan dan pengawasan. Pasal 4 Setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan usaha memproduksi pakan dengan maksud untuk diedarkan dan atau diperdagangkan, wajib didaftarkan dan berlabel. BAB II PERSYARATAN PENDAFTARAN Pasal 5 Setap pakan yang dibuat dan diproduksi dengan maksud untuk diedarkan harus memenuhi standar mutu dan atau persyaratan teknis minimal serta wajib didaftarkan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan. Pasal 6 Permohonan pendaftaran pakan dapat dilakukan oleh perorangan atau Badan Hukum yang memenuhi persyaratan : 1. Akte Pendirian bagi produsen pakan yang berbadan hukum; 2. Surat Izin Usaha Perdagangan/Tanda Daftar Usaha Perdagangan; 3. Nomor Pokok Wajib Pajak; 4. Surat Keterangan Domisili.

310 BAB III TATA CARA PENDAFTARAN Bagian Kesatu Permohonan Pendaftaran Pasal 7 (1) Permohonan pendaftaran pakan diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum pada lampiran 1 Keputusan ini, dan dibubuhi meterai secukupnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Pasal 8 (1) Direktur Jenderal Bina Produiksi Peternakan setelah menerima permohonan pendaftaran secara lengkap, paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja, wajib memberi jawaban secara tertulis mengenai diterima atau ditolaknya permohonan pendaftaran. (2) Apabila permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diterima, maka kepada permohonan diwajibkan untuk melakukan pengujian mutu pakan yang didaftarkan. (3) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditolak, maka dalam penolakan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan harus disertai alasan secara tertulis. (4) Apabila permohonan pendaftaran dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (l), Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan belum dapat memberikan jawaban tertulis, maka permohonan pendaftaran dianggap dapat diterima dan pemohon diwajibkan melakukan pengujian mutu pakan yang didaftarkan. Bagian Kedua Pengujian Pasal 9 (1) Pengujian mutu pakan dapat dilakukan oleh Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Lembaga Pengujian yang telah diakreditasi sesuai SNI 19-17025- 2000 atau yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian seperti tercantum pada Lampiran 2a dan 2b Keputusan ini; atau Lembaga Pengujian yang akan ditunjuk kemudian oleh Menteri Pertanian setelah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan. (2) Lembaga Pengujian yang ditunjuk oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan dilakukan evaluasi kembali dalam jangka waktu 2 tahun dan dapat berubah sesuai perkembangan dan kebutuhan di lapangan.

311 Pasal 10 Lembaga Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus mempunyai fasilitas kemampuan untuk melakukan analisa mutu pakan dengan persyaratan sebagai berikut : a. memiliki bangunan laboratorium yang memenuhi persyaratan; b. memiliki peralatan pengujian mutu pakan; c. memiliki tenaga ahli peternakan dan analisis di bidang pengujian mutu pakan; d. mampu melakukan analisis mutu pakan berdasarkan metode analisa yang ditetapkan. Pasal 11 (1) Permohonan pengujian mutu pakan diajukan secara tertulis kepada Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Kepala Lembaga Pengujian dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/Kota. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilengkapi persyaratan sebagai berikut : a. Surat permohonan sertifikat mutu pakan dengan mencantumkan : 1) nama dan alamat produsen atau pembuat pakan; 2) nama dan jenis pakan yang akan dibuatkan sertifikatnya; 3) bahan baku pakan dan imbuhan pakan yang dipergunakan; 4) nama dokter hewan penanggung jawab (bagi pakan yang mempergunakan bahan baku pakan yang termasuk obat hewan). b. Melampirkan copy surat izin usaha atau surat pendaftaran usaha dari instansi yang berwenang. (3) Disamping persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus memenuhi pula persyaratan teknis sebagai berikut : a. Bahan baku pakan yang dipakai untuk menyusun formula pakan tersebut tidak tercemari oleh zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan hewan; b. Komposisi zat-zat makanan dalam pakan yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dan atau Persyaratan Teknis Minimal yang ditetapkan. c. Khusus untuk pakan ayam dan babi, tidak diperbolehkan menggunakan urea atau nitrogen yang bukan protein (non protein nitrogen) sebagai campuran bahan bakunya. Pasal 12 (1) Kepala Dinas Peternakan atau Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/Kota selambat-lambatnya dalam 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) telah menugaskan Petugas Pengawas Mutu Pakan di Kabupaten/Kota untuk melakukan pengambilan sample pakan.

312 (2) Petugas Pengawas Mutu Pakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya penugasan sudah melakukan pengambilan sample pakan ditempat produsen/pembuat pakan sesuai ketentuan yang berlaku di bidang pengambilan sample pakan. (3) Sampel pakan yang telah diambil oleh Petugas Pengawas Mutu Pakan disegel dan dibungkus sedemikian rupa selanjutnya diserahkan kepada produsen/pembuat pakan untuk disampaikan kepada Kepala Balai atau Kepala Lembaga Pengujian yang telah diakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri untuk dilakukan pengujian. Pasal 13 (1) Kepala Balai atau Kepala Lembaga Pengujian sebagaimana diamksud dalam Pasal 12 ayat (3) dalam melakukan pengujian menggunakan metode pengujian mutu pakan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 Keputusan ini. (2) Penilaian terhadap hasil uji mutu didasarkan pada SNI dan atau Persyaratan Teknis Minimal sebagaimana tercantum pada Lampiran 4 Keputusan ini. (3) Persyaratan Teknis Minimal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat ditinjau kembali dan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan industri pakan dan keamanan lingkungan berdasarkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. (4) Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak dan Lembaga Pengujian wajib membuat laporan perkembangan pelaksanaan pengujian kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Propinsi dan di Kabupaten/Kota. Bagian Ketiga Pemberian Nomor Pendaftaran Pasal 15 Formula pakan yang telah mendapat sertifikat mutu pakan dari Balai Pengujian Mutu Pakan atau Lembaga Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) sebelum diproduksi dan atau diedarkan harus mendapat nomor pendaftaran dari Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan. Pasal 16 (1) Untuk memperoleh nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, pemohon menyampaikan sertifikat mutu pakan, Laporan Hasil Pengujian dan konsep label pakan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan. (2) Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan berdasarkan sertifikat mutu pakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya sertifikat mutu pakan, wajib menerbitkan penetapan nomor pendaftaran.

313 Pasal 17 (1) Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya sepanjang masih memenuhi persyaratan mutu dan atau Persyaratan Teknis Minimal, yang dibuktikan dengan sertifikat mutu hasil uji dan dilakukan pemantauan setiap tahun atau sewaktu-waktu apabila ada pengaduan dari konsumen. (2) Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila setelah diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya berakhir, maka pemegang nomor pendaftaran harus memperbaharui. (3) Pembaharuan Nomor Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan sesuai ketentuan mengenai syarat dan tata cara pendaftaran dan labelisasi pakan. Pasal 18 (1) Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Lembaga Pengujian mempunyai kewajiban menjaga kerahasiaan formula pakan yang telah diuji. (2) Petugas yang melayani permohonan pendaftaran pakan wajib menjaga kerahasiaan formula pakan sebelum diterbitkan nomor pendaftaran. (3) Kepala Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Kepala Lembaga Pengujian wajib menyampaikan laporan Hasil Pengujian kepada Direktur Jenderal Bina Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Propinsi dan Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi Peternakan di Kabupaten/Kota. Pasal 19 Pemegang nomor pendaftaran wajib menyampaikan laporan produksi dan penyaluran pakan setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan menggunakan formulir seperti tercantum dalam Lampiran 7 Keputusan ini. BAB IV LABELISASI Pasal 20 (1) Produsen Pakan bertanggung jawab atas mutu produknya dan wajib mencantumkan nomor pendaftaran pada label ditempat yang mudah dilihat dan dibaca serta tidak mudah terhapus. (2) Nomor pendaftaran yang dicantumkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku untuk komoditas yang didaftarkan. (3) Pemegang Nomor Pendaftaran wajib melaporkan setiap perubahan subyek pemegang nomor pendaftaran untuk dicatat dalam buku nomor pendaftaran, dan dilakukan perubahan keputusan pemberian nomor pendaftaran. Pasal 21 (1) Label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) berisikan nomor pendaftaran untuk setiap jenis pakan serta keterangan mengenai pakan yang bersangkutan.

314 (2) Keterangan mengenai pakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya mengenai : a. nama/merk pakan; b. alamat perusahaan; c. nomor izin usaha atau nomor pendafataran; d. nomor izin produksi; e. nama dan jenis pakan; f. berat (kg); g. kandungan zat-zat makanan; h. bahan baku pakan yang digunakan; i. imbuhan pakan (feed additive) yang digunakan; j. waktu kadaluarsa; k. cara menggunakan pakan tersebut. (3) Keterangan pada label, ditulis atau dicetak dengan menggunakan Bahasa Indonesia, angka arab dan huruf latin. (4) Untuk memudahkan pengenalan jenis-jenis pakan, etiket atau label pakan tersebut diberi warna dasar dan kode pengenal sebagai berikut : a. Pakan ayam ras petelur (layer) dengan warna dasar kuning muda, kode pengenal untuk layer starter (P1), dara atau layer grower (P2), petelur atau layer (P3), konsentrat layer grower (KP2) dan konsentrat layer (KP3). b. Pakan ayam ras pedaging dengan warna dasar biru muda, kode pengenal untuk broiler starter (BR1), broiler finisher (BR2), dan konsentrat broiler (KBR). c. Pakan ayam bukan ras (buras) dengan warna dasar kuning tua, kode pengenal BRS dan konsentrat ayam buras dengan kode KBRS. d. Pakan itik petelur dengan warna dasar hijau muda, kode pengenal untuk meri atau itik starter (IP1), itik dara atau grower (IP2) dan itik petelur atau layer (TP3). e. Pakan burung puyuh dengan warna dasar hijau tua, kode pengenal untuk puyuh pemula atau starter (PP1), dara atau grower (PP2) dan petelur atau layer (PP3). f. Pakan burung berkicau dengan warna dasar orange, kode pengenal BK. g. Pakan babi dengan warna dasar merah muda, kode pengenal untuk anak babi masa menyusu atau pig prestater (B1), anak Babi sapihan atau pig starter (B2), pembesaran atau pig grower (B3), penggemukan atau pig finisher (B4), babi induk (B5), dan babi pejantan (B6), konsentrat babi grower (KB3), konsentart babi finisher (KB4), dan konsentrat babi induk (KB5). h. Pakan sapi perah dengan warna dasar putih, kode pengenal untuk pengganti air susu (KSP1), konsentrat pemula atau calf starter (KSP2), konsentrat sapi perah dara (KSP3), konsentrat sapi perah laktasi (KSP4), konsentrat sapi perah laktasi produksi tinggi (KSP5), konsentrat sapi perah kering bunting (KSP6) dan konsentrat sapi perah pejantan (KSP7). i. Pakan sapi potong dengan warna dasar coklat, kode pengenal untuk konsentrat sapi potong penggemukan (KSPT1) dan konsentrat sapi potong induk (KSPT2)

315 BAB V BIAYA PENDAFTARAN DAN PENGUJIAN Pasal 22 (1) Biaya Pendaftaran dan Pengujian Mutu Pakan dibebankan pada pemohon yang merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PBBP) yang harus disetorkan ke kas negara yang besar dan tatacaranya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Biaya pengujian mutu pakan yang dilakukan oleh lembaga pengujian swasta, ditetapkan oleh lembaga pengujian yang bersangkutan. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 23 Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/Kota melakukan pembinaan terhadap produksi/pembuatan dan atau peredaran peredaran pakan di wilayahnya. Pasal 24 Pengawasan terhadap kesesuaian mutu pakan yang beredar dengan yang tertera pada etiket atau label pakan dilakukan oleh petugas Pengawas mutu pakan sesuai ketentuan yang berlaku dibidang pengawasan mutu pakan. Pasal 25 (1) Petugas pengawas mutu pakan melaporkan hasil pengawasannya setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/kota dengan tembusan disampaikan kepada Bupati/Walikota. (2) Kepala Dinas Peternakan atau Dinas Teknis yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/kota mengirimkan laporan hasil pengawasan tersebut kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan tembusan disampaikan kpada Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Propinsi. BAB VII KETENTUAN SANKSI Pasal 26 Terhadap Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak dan Lembaga Pengujian yang terbukti tidak bertanggung jawab atas hasil uji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) dilakukan teguran tertulis oleh pejabat yang berwenang dan dilaporkan kepada petugas yang berwenang untuk dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

316 Pasal 27 Terhadap Petugas pelayanan permohonan yang terbukti tidak menjamin kerahasiaan formula pakan, sebelum ditetapkan nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) dikenakan sanksi pegawai oleh pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 28 (1) Terhadap produsen/pembuat pakan yang terbukti tidak mencantumkan nomor pendaftaran pada label pakan dan tidak menjamin mutu produknya atau tidak melaporkan adanya perubahan pemegang nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan dan diusulkan kepada pejabat yang berwenang agar izin produksinya dicabut dan pakan yang beredar harus ditarik dari peredaran. (2) Penarikan kembali pakan yang beredar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh dan atas beban produsen/pembuat pakan. (3) Terhadap produsen/pembuat pakan yang telah mendapat nomor pendaftaran, apabila selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak melakukan produksinya serta tidak menyampaikan laporan pengadaan dan penyaluran pakan dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran oleh Direktur jenderal Bina Produksi Peternakan. Pasal 29 Produsen/pembuat pakan yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 8 ayat (2), Pasal 17 dan Pasal 20 disamping dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 keputusan ini, dapat dikenakan sanksi administratif dan sanksi pidana menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. BAB VIII KETENTUAN LAIN Pasal 30 Produsen/pembuat pakan dapat melayani pakan pesanan dengan formula khusus dalam bentuk fisik pakan sesuai yang didaftarkan dan dipergunakan langsung oleh pemesan. Pasal 31 Pakan dengan formula khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sebelum digunakan pemesan harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal bina Produksi Peternakan untuk mendapatkan pemantauan dan pengawasan. Pasal 32 Pakan dengan formula khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilarang untuk diedarkan dan digunakan untuk kepentingan umum.

317 BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 (1) Pakan yang pada saat Keputusan ini ditetapkan telah terdaftar, nomor pendaftaran tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa nomor pendaftaran selanjutnya harus dilakukan pendaftaran kembali sesuai dengan ketentuan ini. (2) Pakan yang pada saat Keputusan ini ditetapkan sedang atau sudah dilakukan pengujian, tetap dilakukan proses pendaftaran sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. (3) Pakan yang pada saat Keputusan ini ditetapkan sedang dalam proses pendaftaran tetapi belum dilakukan pengujian, diberlakukan ketentuan dalam Keputusan ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di J a k a r t a pada tanggal 28 April 2003 MENTERI PERTANIAN, ttd. PROF.DR.IR. BUNGARAN SARAGIH, Mec.