DIALEK BAHASA JAWA DI KELURAHAN SAMBIKEREP KECAMATAN SAMBIKEREP DI WILAYAH SURABAYA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN STATUS DIALEK GEOGRAFIS BAHASA JAWA SOLO-YOGYA (KAJIAN DIALEKTOLOGI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya masing-masing. Setiap wilayah

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka yang dikerjakan di sini terbatas pada hasil-hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman bahasa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tak

Pemetaan Bahasa di Wilayah Cagar Budaya Betawi Condet: Sebuah Kajian Dialektologi

VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR. Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah alat komunikasi yang sangat penting bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makhluk hidup yang paling sempurna derajatnya adalah manusia, manusia

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. Dialek merupakan khazanah kebudayaan suatu bangsa yang perlu dipelajari, dikaji, serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rumus-rumus perhitungan tingkat kekerabatan serta usia bahasa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

ROSI SUSANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

PRONOMINA OF CENTRAL JAVA LANGUAGE SOLO DIALECT

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berusaha

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh

PENGENALAN INOVASI LEKSIKAL BAHASA MELAYU RIAU PADA MASYARAKAT LIMBUNGAN KECAMATAN RUMBAI PESISIR

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dialek berasal dari bahasa Yunani dialektos. Pada mulanya istilah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku)

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang

UNIVERSITAS INDONESIA BAHASA-BAHASA DI KEPULAUAN SERIBU SKRIPSI. Ridwan Maulana

BAB 5 SIMPULAN. Studi kasus..., Kartika, FIB UI, 2010.

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

BAB I PENDAHULUAN. oleh Joseph Priestley ( ): Language is a method of conveying our ideas

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku)

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. dalam aplikasinya. Ini sejalan dengan gagasan Bailey (2007: 8): Different

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Arikunto (2006:130) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devy Elfayanti Karmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. proses pemunculan variasi bahasa. Dalam kajian variasi bahasa diperlukan

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

DIALEKTOLOGI BAHASA MELAYU DI BAGIAN TENGAH ALIRAN SUNGAI KAPUAS MELIPUTI KABUPATEN SANGGAU DAN SEKADAU KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. kajian yang luas. Salah satu bidang kajian tersebut merupakan variasi fonologis. Penelitianpenelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

PENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

IDENTIFIKASI DIALEKTOLOGIS BAHASA JAWA DI KABUPATEN TRENGGALEK DIALEKTOLOGIS IDENTIFICATION OF THE JAVANESE LANGUAGE IN TRENGGALEK.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu

VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi,

ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki jumlah penutur yang cukup besar, bahkan dapat dikatakan paling

LEKSIKON NOMINA BAHASA GAYO DALAM LINGKUNGAN KEDANAUAN LUT TAWAR: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS. Oleh DEWI SUKHRANI /LNG

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. bentuk kosakata dasar bahasa Sunda di Kecamatan Sagaranten maka dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara

PENELITIAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI. Di Desa Baosan Kidul dan Desa Cepoko Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo

BAB III METODE PENELITIAN

DAERAH ASAL DAN ARAH MIGRASI ORANG MINANGKABAU DI PROVINSI JAMBI BERDASARKAN KAJIAN VARIASI DIALEKTAL

Transkripsi:

Dialek Bahasa Jawa di Kelurahan Sambikerep (Roely Ardiansyah) 31 DIALEK BAHASA JAWA DI KELURAHAN SAMBIKEREP KECAMATAN SAMBIKEREP DI WILAYAH SURABAYA BARAT Roely Ardiansyah Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Email: ardiansyah_roely@yahoo.co.id Abstrak: Dialek merupakan seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama. Berdasarkan fenomena ini, variabel yang digunakan, yakni variabel pendidikan dan variabel usia. Akan tetapi, pendeskripsian perbedaan unsur kebahasaan Jawa di wilayah Surabaya Barat dibatasi pada kajian leksikal dan peta. Pelaksanaan penelitian langsung mewawancarai responden dan menyimak berian informan dengan mencatat dan merekam mengajukan daftar pertanyaan berjumlah 200 glos kosakata Swadesh. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, bentuk leksikal dan peta bahasa Jawa khususnya di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep. Setelah dilakukan penelitian, data yang diperoleh berupa beda leksikal, yakni lima belas kata. Dengan demikian, pengajian variasi ini dilakukan pemetaan untuk melihat variasi yang muncul di tiap tempat dalam satu Keluruhan yang diamati. Pemetaan ini dapat dilakukan dengan metode berkas isoglos. Peta yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk penyuluhan pendidikan sosial, dan dapat pula untuk melokalisasi konsep budaya tertentu yang tercermin dari kosa kata. Kata kunci: Leksikal, dialek, peta, pemetaan, isoglos Abstract: Dialect is a set of local form of speech different, which have common traits and each more like each other than any other form of speech of the same language. Based on this phenomenon, the variables used, the variables education and age variables. However, the description of the difference in the Java language elements West Surabaya area is limited to the study of lexical and maps. Implementation of direct research and listen to interview respondents giving of informants to record and record submitted a list of questions totaling 200 Swadesh vocabulary glosses. The results obtained in this study, the lexical form and map the Java language, especially in the Village District of Sambikerep. After doing research, the data obtained in the form of different lexical, fifteen words. Thus, this variation of the mapping study to see variations that appear in each place in a generous nature observed. This mapping can be done by methods Isogloss file. The resulting maps can be useful for social education counseling, and can also to localize the concept of a particular culture that is reflected from the vocabulary. Keywords: lexical, dialect, map, mapping, isogloss PENDAHULUAN Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Ibukota DKI Jakarta. Kedua kota tersebut masing-masing memiliki penduduk yang padat. Kepadatan penduduk, khususnya di

32 EDU-KATA, Vol. 2, No. 1, Februari 2015: 31 40 Surabaya disebabkan oleh urbanisasi, baik dari luar kota Surabaya maupun dari luar provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, penyebaran penduduk di kota Surabaya hampir merata hingga keseluruh lima wilayah antara lain, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Utara, dan Surabaya Tengah. Dari masing-masing wilayah tersebut memiliki Kecamatan, lalu di tiap-tiap Kecamatan memiliki Kelurahan. Tetapi, di tiap Kelurahan memiliki jumlah penduduk yang tidak sama. Jumlah penduduk yang paling padat adalah Surabaya Tengah atau pusat. Berdasarkan hal ini bahasa seharihari yang dipakai oleh masyarakat Surabaya adalah bahasa Jawa atau disebut bahasa Suroboyoan. Sering kali masyarakat di luar Surabaya mengatakan bahasa Jawa di Surabaya memang dikenal sangat kasar, tetapi masalah itu hingga saat ini tetap menjadi ikon dan ciri khas kota Surabaya. Misalnya, ketika penduduk asli Surabaya atau pendatang berbicara, maka tampak gaya bicaranya tidak sama dengan masyarakat asli Surabaya. Meskipun demikian, bahasa Jawa tersebut tetap dipakai oleh masyarakat Surabaya untuk berkomunikasi sehari-hari. Berdasarkan pada kenyataan di depan, maka timbul rasa ingin tahu penulis serta tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan leksikal dalam dialek bahasa Jawa yang berada di Surabaya. Untuk itu perbedaan leksikal dialek bahasa Jawa dapat diidentifikasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini melibatkan penutur asli yang bertempat tinggal di Surabaya dan tidak berpergian ke luar kota atau di luar kota Surabaya dengan jangka waktu terlalu lama kurang lebih lima bulan sampai satu tahun. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di wilayah Surabaya Barat, khususnya di Sambikerep. Sumber data yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah menggunakan dua variabel yang terdiri atas variabel usia (tua dan dewasa) dan variabel pendidikan (SMP dan Starata I). Berikut penjelasan dari masing-masing variabel. Variabel usia (dewasa dan tua) adalah tingkat usia yang dijadikan sebagai informan antara dewasa dan tua. Seseorang dianggap dewasa, menurut Undang Perkawinan No. 1/1974 dan KUHP perdata, jika sudah berusia 21 tahun atau sudah (pernah) menikah (http://irmadevita.com/2008/05/23/batasusia-dewasa/). Sedangkan dalam Undang-Undang menyatakan bahwa seseorang dianggap tua atau lanjut usia adalah orang berumur 56 tahun ke atas (http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuh artiniunairbab2.pdf). Variabel pendidikan (SMP dan Strata I) adalah tingkat pendidikan akhir yang diperoleh sesuai dengan tingkat kemampuan individu itu sendiri. Dengan demikian, setiap orang memiliki keterbatasan kemampuan yang maksimal, terutama dalam memperoleh pendidikan, baik dari segi kemauan individu, ekonomi, dan tingkat itelejensi. Oleh karena itu, keterbatasan kemampuan dalam menempuh pendidikan yang dijalaninya bisa berakhir pada tingkat tertentu. Jika individu mempunyai kemauan dan kemampuan dari segi ekonomi dan tingkat itelejensi dalam menempuh pendidikan, maka bisa dilanjutkan sesuai dengan keinginan atau tidak terbatas dalam memperoleh pendidikan. Namun, semua itu bergantung pada individu masing-masing dalam mencari ilmu. Pendidikan merupakan hal penting bagi manusia untuk meraih kehidupan yang lebih baik serta memajukan pola pikir seseorang. Menurut Muchlas (2006) menyatakan bahwa pendidikan adalah kebutuhan

Dialek Bahasa Jawa di Kelurahan Sambikerep (Roely Ardiansyah) 33 individu manusia dalam kehidupan yang mengarah pada perubahan pola pikir dan kemajuan hidup. Dalam variabel pendidikan ini, yang dijadikan sebagai informan adalah tingkat lulusan SMP dan Strata I. Berdasar penjelasan di depan yang dijadikan informan, yaitu dua variabel, baik variabel pendidikan (SMP dan Strata I) maupun variabel usia (dewasa dan tua). Masing-masing variabel empat orang. Jadi, jumlah seluruhnya delapan informan. Tetapi, jumlah berian berupa data yang diperoleh penulis bisa lebih dari satu, sehingga tampak adanya variasi leksikal dari dua variabel tersebut. Usaha itu dilakukan, karena sebagai perbandingan di tiap berian. Berdasarkan uraian di depan, maka dialek bahasa Jawa di wilayah Surabaya Barat, khususnya di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Karena sejauh pengamatan yang dilakukan oleh penulis, belum ada penelitian mengenai masalah tersebut. Dengan demikian, masalah dialek bahasa Jawa, khususnya di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep, untuk selanjutnya menjadi sasaran dalam pembahasan ini. FOKUS PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah di depan, maka penelitian ini difokuskan pada, a. bentuk leksikal bahasa Jawa di Sambikerep di wilayah Surabaya Barat. b. peta berupa berkas isoglos bahasa Jawa di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep di wilayah Surabaya Barat. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di depan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut. a. Menghasilkan diskripsi tentang beda leksikal bahasa Jawa di wilayah Surabaya Barat, khususnya di Sambikerep. b. Menghasilkan peta berupa berkas isoglos di wilayah Surabaya Barat, khususnya di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep. MANFAAT PENELITIAN Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan teori tentang bahasa Jawa, khususnya berada di Sambikerep. Selain itu dapat munculkan dialektologis. Pengembangan teori tentang bahasa Jawa dihasilkan melalui kajian leksikal yang diperoleh dalam penelitian. Melalui kajian leksikal, dapat diketahui perkembangan bahasa Jawa, khususnya di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep dan dialeknya. Berkaitan dengan perkembangan bahasa Jawa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan teori tentang tata bahasa Jawa terutama beda leksikal dan berkas isoglos leksikal. Manfaat Praktis Menghasilkan peta bahasa di wilayah Surabaya Barat, khususnya di Sambikerep. Peta tersebut digunakan untuk mempermudah rekonsrtuksi bahasa, sehingga dapat membantu dibidang linguistik komparatif. Selain itu, peta yang dihasilkan juga dapat bermanfaat untuk penyuluhan pendidikan sosial, dan dapat melokalisasi konsep budaya tertentu yang tercermin dari kosa kata. Melalui kajian dialektologis,

34 EDU-KATA, Vol. 2, No. 1, Februari 2015: 31 40 masalah ini dapat diatasi. Paling tidak berian pada masing-masing glos dalam penelitian ini dapat dijadikan gambaran awal tentang kosakata yang ada pada masing-masing daerah. KAJIAN TEORI Dialek Menurut Kisyani (2002:11) menyatakan bahwa dialek merupakan variasi bahasa yang memiliki sistem lingual yang tersendiri, lalu dipakai oleh sekelompok penutur di tempat tertentu, tetapi di antara kelompok penutur itu dengan kelompok lainnya (yang terikat dalam satu bahasa) masih terdapat pemahaman timbal balik (dengan catatan sepanjang daerah itu terdapat dalam mata rantai yang sama dan relatif berdekatan). Menurut Meillet (dalam Ayatrohaedi, 1983) ada dua ciri lain yang dimiliki dialek, yaitu (1) dialek adalah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih menyerupai antarsesama berbanding lurus dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, dan (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa (http://sosiolinguistik%20dialek/20mei20 08.html) Variasi Leksikal Leksikal memiliki arti yang sama dengan pengertian leksikon. Menurut Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa leksikon ialah komponen bahasa yang memuat informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa (http://sosiolinguistik%20dialek/20mei20 08.html). Sedangkan Mahsun (1995) berpendapat, suatu perbedaan disebut sebagai perbedaan dalam bidang leksikal jika leksikon-leksikon yang digunakan untuk merealisasikan suatu makna yang sama tidak berasal dari satu etimon prabahasa (http://sosiolinguistik%20dialek/20mei20 08.html). Semua perbedaan bidang leksikal selalu berupa variasi. Dalam penelitian ini, perbedaan yang dimaksud ialah perbedaan leksikal yang ada di wilayah Surabaya Barat, khususnya di Sambikerep. PEMETAAN Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengertian pemetaan adalah proses, cara, perbuatan membuat peta. Pemetaan dalam dialek bahasa berperan penting untuk memvisualisasikan data lapangan ke dalam bentuk peta berdasar pada perbedaan-perbedaan yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan variasivariasi dialek berdasar pada perbedaan dalam wilayah bahasa. Pemetaan Variasi Leksikal Pembuatan peta ini berdasarkan pada perbedaan yang bersifat leksikal saja. Pemetaan ini dilakukan pada tiap berian (leksikal) yang muncul. Di tiap berian diberi simbol (β; ; Ο; ; ). Simbol tersebut berfungsi sebagai tanda peta leksikal, sehingga mempermudah dalam pemetaan. Peta-peta ini pula dikumpulkan berdasarkan pada medan makna yang sama, sehingga menjadi peta berkas isoglos leksikal. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dialektologi dengan metode pupuan lapangan. Ini berarti pengambilan data dilakukan secara langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan informan sebagai sumber data. Berdasarkan data pada yang diperoleh dapat disusun asumsi dan hipotesis.

Dialek Bahasa Jawa di Kelurahan Sambikerep (Roely Ardiansyah) 35 Dengan demikian, orientasi penelitian ini adalah penemuan. Kondisi penelitian ini adalah alamiah dan menggunakan sudut pandang orang dalam (insider). Ini berarti, realitas yang diperoleh adalah segala sesuatu yang dirasakan, dilakukan, dan dipahami oleh penutur bahasa Jawa di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep di wilayah Surabaya Barat. Dalam hal ini, tidak diberikan suatu tindakan terhadap informan maupun objek penelitian. Ini berarti kondisi penelitian bersifat alamiah tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Berdasarkan pada karakteristik tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah bahasa Jawa di wilayah Surabaya Barat, khusus Sambikerep yang terdiri atas: (1) variasi leksikal bahasa Jawa di wilayah Surabaya Barat, (2) pemetaan bahasa Jawa di wilayah Surabaya Barat. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah penutur asli bahasa Jawa di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep di wilayah Surabaya Barat. Yang dimaksud penutur asli ialah orang Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep yang lahir dan dibesarkan di wilayah Surabaya Barat, orang tua dan suami atau istinya serta anaknya adalah asli orang Surabaya Barat. Sedangkan sampel penelitian ini diambil dari satu Kelurahan berlokasi di Surabaya Barat yang dianggap mampu mewakili penutur bahasa Jawa di wilayah Surabaya lainnya. Satu Kelurahan terdiri atas jalan Dukuh Bungkal RT 11/RW 03, Banjar Sugihan no.20, Kandangan Rejo V/10, Dukuh Bungkal RT 11/RW 03, Dukuh Bungkal RT 06 /RW 03, Dukuh Bungkal RT 02 /RW 03, dan Bumi Indah I/8B RT 06 /RW 05, Dukuh Bungkal RT 11 /RW 03. Teknik Pengumpulan Data Pelaksanaan penelitian diawali dengan penyediaan data dilakukan dengan metode simak dan metode cakap (Sudaryanto, 1988: 131 143). Dalam hal ini, peneliti langsung mewawancarai responden dan menyimak berian mereka dengan mencatat dan merekam (teknik rekam dan catat). Berian dari informan merupakan hasil pemancingan terjadwal yang dilakukan peneliti berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada informan dengan menggunakan 200 glos. Selanjutnya, dilakukan perekaman. Perekaman ini digunakan sebagai pengecek data pada saat dijumpai kebimbangan mengenai data yang ada (yang telah dicatat) (Kisyani, 2002). Bahasa yang digunakan dalam wawancara, yaitu bahasa Indonesia. Akan tetapi, pada tahap sebelumnya (tahap perkenalan) sengaja digunakan bahasa daerah (bahasa mereka) dengan maksud supaya mereka merasa akrab dan tidak merasa asing. Tatkala peneliti mengucapkan kata tertentu, kemudian informan menjawab. Jawaban yang diperoleh dari informan berupa kata yaitu, bahasa Jawa yang berasal dari Sambikerep wilayah Surabaya Barat. Setelah data diperoleh, lalu diklasifikasi beda leksikal. Dalam mengelompokkan variasi tersebut menggunakan metode isoglos. Maksudnya, isoglos-isoglos yang searah dikelompokkan dan berkas isoglos digunakan untuk mengetahui jumlah dialek yang dimiliki oleh bahasa Jawa di wilayah Surabaya Barat, khususnya di Sambikerep.

36 EDU-KATA, Vol. 2, No. 1, Februari 2015: 31 40 Instrumen yang digunakan adalah human instrument dan daftar tanyaan. Human instrument atau peneliti sebagai instrumen berarti peneliti melakukan cara keterlibatan langsung dengan penutur asli setempat dan mengunakan teknik elisitasi untuk memancing jawaban informan/ penutur yang dapat dijadikan data penelitian. Instrumen kedua adalah daftar tanyaan yang terdiri atas 200 glos kosakata Swadesh. Penganalisisan data menggunakan teknik deskriptif komparatif. HASIL ANALISIS DATA Tabel Beda Leksikal Hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah beda leksikal yang terdiri atas lima belas kata. Data itu, diambil dari variabel pendidikan dan variabel usia. Dari masing-masing kata diperoleh dua variabel tersebut terdiri atas dua atau tiga berian yang merupakan variasi leksikal. Setelah variasi leksikal, lalu dilakukan pengkategorian yang termasuk beda leksikal. Sebagaimana yang terdapat pada tabel berikut. Tabel 1. Beda Leksikal No. Kata D : T D : SMP D : Strata I T : SMP T : Strata I SMP : Strata I 1. Kotor (10) + + + 2. Debu (11) + + + 3. Makan (37) + + + 4. Minum (40) + + + 5. Mendengar (44) + + + + 6. Tidur (48) + + + 7. Anak (56) + + + + + 8. Menikam (71) + + + 9. Tumpul (82) + + + + 10. Sayap (100) + + + + 11. (di) dalam (174) + + + 12. Itu (178) + + + 13. Saya (182) + + + + + 14. Lain (190) + + + 15. Kalau (193) + + + Jumlah 14 5 3 11 14 5 Dalam penghitungan data beda leksikal yang terdiri atas 15 kata pada tabel 1 di atas, peneliti menghubungkan antardua variabel yakni, variabel pendidikan (SMP dan Stara I) dan variabel usia (Tua dan Dewasa). Berikut hasil penghitungan secara keseluruhan. a. D : T 14 x 100 % = 93,33 % 15 b. D : SMP 5 x 100 % = 33,33 % 15 c. D : Strata I 15 3 x 100 % = 20 % 11 d. T : SMP x 100 % = 73,33% 15 14 e. T : Strata I x 100 % = 93,33 % 15 f. SMP : Strata I 15 5 x 100 % = 33,33% Keterangan: a. Beda leksikal L : 15 b. Beda fonologis F : 20 c. Tanpa beda Ø : 162 d. Tanpa berian : 3 Setelah dilakukan penghitungan beda leksikal secara keseluruhan, peneliti akan mengkategorikan dari hasil

Dialek Bahasa Jawa di Kelurahan Sambikerep (Roely Ardiansyah) 37 penghitungan beda leksikal (D : T, D : SMP, D : Strata I, T : SMP, T : Strata I, SMP : Strata I) yang diperoleh di depan yang berupa prosentase. Berikut kriteria perbedaan dalam tataran leksikal. 81% ke atas : perbedaan bahasa 51% 80% : perbedaan dialek 31% 50% : perbedaan subdialek 21% 30% : perbedaan wicara di bawah 20% : tidak ada perbedaan Sesuai dengan kriteria perbedaan dalam tataran leksikal di depan, maka hasil penghitungan beda leksikal (D : T, D : SMP, D : Strata I, T : SMP, T : Strata I, SMP : Strata I) dapat digolongkan atau dikategorikan, seperti penjelasan di bawah ini. DEBU ( dəbu, dəbu, dəbu, awu) Gambar 1. Peta Beda Leksikal Dewasa : Tua : perbedaan bahasa Dewasa : SMP : perbedaan subdialek Dewasa : Stara I : perbedaan wicara Tua : SMP : perbedaan dialek Tua : Stara I : perbedaan bahasa SMP : Stara I : perbedaan subdialek Gambar Peta Beda Leksikal Setelah penghitungan selesai, kemudian peneliti melakukan penggambaran peta beda leksikal di tiap kata yang terdiri atas 15 kata sebagaimana yang tercantum pada tabel 1. Berikut gambar peta beda leksikal dapat dilihat di bawah ini. KOTOR ( rəgət, rəgət, rəgət, *kotor) 1 2 1 2 3 4 MAKAN (δ ma an, nədho, dhahar, Ω maem, Ω maem, Ω maem) * MENDENGAR (Ψ mire, ж əru okno, ж eru okno, ж əru okno) δ 1Ω 2 1 ж 2 Ψ 3 Ω 4 Ω 3 ж 4 ж

38 EDU-KATA, Vol. 2, No. 1, Februari 2015: 31 40 MINUM ( ombe, ombe, ombe, φ unju ) ANAK ( arek, bocah, yugo, tole, are, are ) 1 2φ 1 2 3 4 3 4 TIDUR (@ τuru, @ τuru, @ τuru, $ sare, tiləm) TUMPUL (Ξ bundel, Σ tumpul, Љ ketul, ώ udel, Ξ bundel, Ξ bundel) 1@ 2 $ Σ 1 Ξ ώ 2 Љ 3 @ 4 @ 3 Ξ 4 Ξ MENIKAM ( nikam, nikam, nikam, n ud ) DI DALAM ( (ni ) jəro, ζ i ləbət, ζ ni jəro, ζ ni jəro) 1 2 1 ζ 2 3 4 3 ζ 4 ζ SAYAP (ɤ sayap, À əlar, છ swiwi, ɤ sayap, ɤ sayap) SAYA ( aku, aku, daləm, kulo, kulo) 1 ɤ À 2 છ 1 2 3 ɤ 4 ɤ 3 4

Dialek Bahasa Jawa di Kelurahan Sambikerep (Roely Ardiansyah) 39 ITU ( iku, iku, iku, ý kuwi) KALAU ( be e, be e, be e, yen) 1 2ý 1 2 3 4 3 4 LAIN ( liyo, seje, bedo, lint, seje, seje) 1 2 3 4 Setelah digambar satu persatu hingga berjumlah 15 gambar peta leksikal. Selanjutnya, peneliti menggambar secara keseluruhan untuk dijadikan satu yang terdiri atas 15 gambar peta leksikal sehingga terwujud menjadi peta berkas isoglos yang memiliki tujuh daerah perbedaan bahasa. Berikut gambar berkas isoglos dapat dilihat di bawah ini. Gambar Berkas Isoglos Gambar 1. Berkas Isoglos 1 2 3 4

40 EDU-KATA, Vol. 2, No. 1, Februari 2015: 31 40 SIMPULAN Setelah dilakukan pembahasan di antara dua, yakni variabel pendidikan (SMP dan Stara I) dan variabel usia (Tua dan Dewasa). Dengan demikian, dapat simpulkan bahwa hasil perbedaan yang termasuk beda leksikal dalam dialek bahasa Jawa yang berada di wilayah Surabaya Barat, khususnya di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep dapat digolongkan sebagai berkut. Dewasa : Tua : perbedaan bahasa Dewasa : SMP : perbedaan subdialek Dewasa : Stara I : perbedaan wicara Tua : SMP : perbedaan dialek Tua : Stara I : perbedaan bahasa SMP : Stara I : perbedaan subdialek Hasil penghitungan beda leksikal yang tertinggi secara prosentase adalah berjumlah 93,33 % yang terdapat pada (Dewasa : Tua) dan (Tua : Strata I). Dengan demikian dapat digolongkan atau termasuk dalam tataran perbedaan bahasa. DAFTAR PUSTAKA http://education.blogspot.com/20080301a rchivehtml) diakses pada 10 tanggal Juli 2008. http://irmadevita.com/2008/05/23/batasusia-dewasa/) diakses pada tanggal 10 Juli 2008. http://sosiolinguistik%20dialek/20mei20 08.html) diakses pada 10 tanggal Juli 2008. http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuha rtiniunairbab2.pdf) diakses pada tanggal 10 Juli 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005 Edisi III Laksono, Kisyani. 2002. "Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan Blambangan: Kajian Dialektologis". Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM. Moleong, Lexi J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian II: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press.