III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak, Luas, Status dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran menyatu dengan Cagar Alam (CA) Pangandaran, merupakan semenanjung kecil yang terletak dipantai selatan Pulau Jawa. Semenanjung ini merupakan sebuah pulau yang dihubungkan dengan daratan utama dan dipisahkan oleh jalur sempit yang diapit antara dua teluk selebar ± 200 meter (BKSDA Jawa Barat 2006). Secara administratif pemerintahan kawasan ini berada di Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Kawasan CA/TWA Pananjung Pangandaran secara geografis terletak pada koordinat 108 39 05-108 39 43 Bujur Timur dan 7 42 03-7 42 23 Lintang Selatan (SBKSDA Jawa Barat II 2002), dengan batas wilayah sebagai berikut : 1) Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Pangandaran. 2) Sebelah Timur, berbatasan dengan Teluk Pangandaran. 3) Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia. 4) Sebelah Barat, berbatasan dengan Teluk Parigi. Kawasan konservasi Pangandaran secara keseluruhan memiliki luasan sebesar ± 530 ha, yang terdiri dari kawasan Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran seluas ± 492,3 ha dan Taman Wisata Alam (TWA) Pananjung Pangandaran seluas 37,7 ha, (SBKSDA Jawa Barat II 2002). Sejarah terbentuknya kawasan konservasi di Pangandaran dimulai pada saat Residen Priangan (Y.Eycken) berkuasa tahun 1922, dengan mengusulkan untuk menjadikan kawasan yang semula tempat perladangan menjadi taman buru, yang kemudian pada tahun 1934 dilaksanakan penunjukan kawasan Pananjung Pangandaran seluas 457 ha menjadi Suaka Margasatwa berdasarkan GB No. 19 Stbl 669 yang dikeluarkan oleh Director Van Scomishe Zoken, tanggal 7 Desember 1934. Pada tahun 1961, Perubahan status dari Suaka Margasatwa menjadi Cagar Alam Pangandaran seluas ± 457 ha berdasarkan SK Mentan No.34/KMP/1961, tanggal 20 April 1961 dengan ditemukannya bunga Rafflesia patma. Pada tahun 1978 terjadi Perubahan fungsi sebagian kawasan CA Pangandaran menjadi TWA seluas 37,7 ha, sehingga luas CA Pangandaran menjadi 419,3 ha, berdasarkan SK
17 Mentan No. 170/Kpts/Um/1978 tanggal 10 Maret 1978. Berdasarkan SK Menhut No.225/Kpts-II/1990 tanggal 8 Mei 1990, pada tahun 1990 dilakukan Penunjukkan Perairan Pantai di sekitar CA dan TWA Pangandaran seluas 470 ha menjadi Cagar Alam Laut. Peta kawasan Cagar Alam/Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Peta CA/TWA Pananjung Pangandaran.
18 B. Keadaan Fisik Kawasan 1. Topografi Topografi Kawasan Taman Wisata Pangandaran terdiri dari 70% datar, 30% berbukit, jadi dapat dikatakan landai dan sedikit berbukit dengan rata rata ketinggian < 50 m dpl. Daerah tertinggi mencapai ± 50 m dpl terletak di atas Gua Lanang, sedangkan keadaan berbukit di temukan dibagian selatan Taman Wisata Alam Pangandaran, memanjang di sepanjang perbatasan wilayah tersebut mulai dari Ciborok (Barat) sampai Cirengganis (Timur), keadaan bukit tersebut dalam bentuk tonjolan tonjolan batu karang terjal dan terpisah-pisah. 2. Geologi Pembentukan Semenanjung Pangandaran bersamaan dengan terbentuknya dataran Pulau Jawa yakni pada periode Miocene, kondisi ini ditandai dengan batuan Breccia dan susunan kapur hal ini dapat dilihat pada bagian pantai. Susunan Miocene ini tertutup oleh karang dan endapan aluvial yang berasal dari laut, endapan tersebut terdiri dari pasir dan tanah yang kondisinya hampir menutupi seluruh areal pantai TWA Pangandaran. 3. Tanah Jenis tanah, yang berada dikawasan ini antara lain : Podsol merah kuning, Podsol kuning, Latosol coklat, dan Litosol, sedangkan yang berbentuk endapan aluvial terdapat di antara pantai sebelah Utara Semenanjung yang berbentuk karang karang terjal. 4. Iklim Kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran mempunyai curah hujan rata rata 3.196 mm/tahun dengan suhu berkisar 25 30 C dan kelembaban udara antara 80 90%. Musim basah atau hujan terjadi pada Oktober sampai dengan Maret bersamaan dengan bertiupnya angin barat/barat laut, sedangkan musim kering terjadi pada Juli sampai dengan September selama periode musim angin tenggara.
19 5. Hidrologi Di dalam kawasan TWA Pangandaran terdapat 2 (dua) buah sungai yang panjangnya tidak lebih dari 500 m 2 km. Sungai terbesar adalah sungai Cikamal yang mempunyai muara di pantai barat dan sungai Cirengganis yang bermuara di pantai timur. C. Keadaan Ekosistem dan Biologi 1. Ekosistem Kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran mempunyai beberapa tipe ekosistem, antara lain: a) Ekosistem pantai didominasi oleh butun (Baringtonia asiatica), ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), pandan (Pandanus tectorius). b) Ekosistem hutan dataran rendah, didominasi oleh jenis laban (Vitex pubescens), kondang (Ficus variegata), marong (Cratoxylon formosum), kisegel (Dilenia excelsa). c) Ekosistem hutan tamanan, didominasi oleh jati (Tectona grandis) dan mahoni (Swietenia macrophyla). 2. Biologi 2.1 Flora Lebih dari 642 jenis tumbuhan hidup di dalam kawasan TWA Pangandaran dari berbagai tingkatan pohon, herba, perdu, tumbuhan bawah, liana, epipit, dan 80 jenis diantaranya merupakan jenis tumbuhan obat. Jenis Flora yang ada di Kawasan TWA Pangandaran diantaranya kelompok pohon 249 species, perdu 71 species, liana 65 species, semak 193 species, rumput 53 species, Epyphyt 26 species, parasit 10 species. Tumbuhan yang paling mendominasi di dalam kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran dan merupakan hutan tanaman yaitu jenis jati (Tectona grandis) dan mahoni (Swietenia macrophylla) mencapai luas ± 20 ha. Hampir 30% dari seluruh kawasan TWA Pangandaran ditutupi oleh hutan sekunder tua yang didominasi oleh laban (Vitex pubescens), kisegel (Dillenia excelsa) dan marong (Cratoxylon formosum). Selebihnya terdiri dari
20 hutan primer yang didominasi oleh jenis ohpohan (Buchanania arborescens), kondang (Ficus variegata), kokosan monyet (Dysoxylum caulaostachyum) (BKSDA Jawa Barat 2006). 2.2 Fauna TWA Pangandaran selain terdapat flora juga banyak terdapat jenis fauna yang cukup menarik dan perlu adanya upaya penanganan yang lebih serius dan upaya perlindungan. Jenis-jenis fauna tersebut yaitu: Kelompok Mamalia 30 jenis, Amphybia 5 jenis, Reptilia 16 jenis, Aves 99 jenis. Beberapa satwa yang dapat dijumpai di kawasan konservasi Pangandaran dari kelompok mamalia antara lain: banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis), mencek (Muntiacus muntjak), trenggeling (Manis javanica), lutung (Trachypitecus auratus), kera (Macaca fascicularis), tando (Cynocephalus variegatus), jelarang (Ratufa bicolor); kelompok aves antara lain kangkareng (Antracoceros convexus), ayam hutan (Gallus g.varius), tulung tumpuk (Megalaima lineata). Sedangkan kelompok Reptilia antara lain biawak dan berbagai jenis ular (BKSDA Jawa Barat 2006). 2.3 Keunikan kawasan Salah satu jenis flora langka dan juga dapat dikatakan unik yang hidup di TWA dan CA Pangandaran adalah Bunga Raflesia (Rafflesia padma). Bunga ini pertama kali ditemukan Di Cagar Alam Pangandaran oleh Mr. Apelman pada tahun 1939. Penemuan bunga ini telah mengubah status kawasan konservasi dari Suaka Margasatwa menjadi Cagar Alam pada tahun 1961. Rafflesia padma merupakan tumbuhan bersifat endemik parasit sejati pada tumbuhan liana Kibarera (Tetrastigma lanceolairum). Cara yang paling mudah untuk menemukan kuncup Rafflesia patma adalah dengan mencari tumbuhan inangnya terlebih dahulu. Di TWA Pangandaran bunga Raflesia dapat ditemukan di Blok Wisma Wana dan Blok Gua Lanang. Di TWA Pangandaran, perkembangan maksimum bunga Raflesia patma adalah antara Bulan Juli sampai September, bertepatan dengan datangnya musim hujan. Karena sifatnya yang endemik, khas dan unik menjadikan jenis bunga Rafllesia ini menjadi maskot Kabupaten Ciamis.