PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAGAIMANA MENGENAL DIRI ANDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

KEPEMIMPINAN SEORANG DIFFABEL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah. ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan

SUSI RACHMAWATI F

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia menggunakan fungsi panca indera dan bagian-bagian tubuh lainnya, tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak berkelainan dalam aspek mental adalah anak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

KONSEP STRIVING FOR SUPERIORITY PADA SISWA PENYANDANG TUNADAKSA DI SEKOLAH INKLUSIF ISLAM

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I. Pendahuluan. melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Siswoyo (2007) mahasiswi adalah individu yang sedang

Fitriati Endah Aryaning F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rosulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: Menuntut ilmu

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

POLA INTERAKSI GURU DALAM MEMOTIVASI ASPEK SOSIAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kecacatan bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang sangat

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

HUBUNGAN ANTARA JARAK KELAHIRAN YANG DEKAT DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDONG BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

Transkripsi:

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : YUNINGSIH F 100 050 198 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian orang memiliki ketidaksempurnaan (cacat fisik) yang dapat menghambat perkembangan psikososialnya. Kecacatan tersebut bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang berat serta dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi penyandang cacat bukan hanya kesiapannya memasuki dunia kerja namun juga, kemiskinan informasi, akses, wawasan, keberanian, daya dan prakarsa. Permasalahan yang dihadapi oleh para penyandang cacat seringkali merupakan permasalahan yang khas, terutama jika dilihat dari interaksi sosial yang hendak dibangunnya di dalam masyarakat. Pandangan negatif terhadap penyandang cacat mengakibatkan mereka sering kurang mendapat tempat di masyarakat karena anak seperti ini dianggap aneh serta merepotkan, sehingga dikucilkan. Hal ini berarti ada suatu kekhususan yang dikenakan kepada para penyandang cacat, misalnya hal-hal yang menyangkut kesempatan kerja, pendidikan dan latihan di kalangan para penyandang cacat berbeda dengan mereka yang bukan penyandang cacat. Apalagi penyediaan fasilitas sosial bagi mereka amat minimal. Menurut Soeharto, (2006). Akibat perlakuan yang diskriminatif dari pemerintah masyarakat atau keluarga, para penyadang cacat dapat mengembangkan konsep diri negatif, antara lain: 1) Peka terhadap kritik, sangat tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya dan mudah marah, 2) Responsif sekali terhadap pujian, walaupun individu tersebut berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat

antusias pada waktu menerima pujian. 3) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan oleh karena itu akan memberikan reaksi terhadap orang lain sebagai musuh sehingga tidak melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. 4) Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Orang cacat baik jasmani juga mengalami perasaan rendah diri atau perasaan harga diri kurang yang makin lama akan menjelma menjadi kompleks. Para penyandang cacat tubuh memang memiliki kekurangan pada bagian fisiknya, akan tetapi sebagian mereka memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk berprestasi. Hal ini terbukti dari keikutsertaan para penyandang cacat Indonesia pada ajang adu ketrampilan internasional, Abilympics. Pada Abilympics di New Delhi bulan November 2003 Indonesia mengirim 16 penyandang cacat. Dari 34 negara peserta, Indonesia meraih juara tiga cabang catur atas nama Adek Fahrozi, peringkat lima melukis balok, peringkat enam ketrampilan fotografi. (Pirawan dalam www.amanah.or.id, 2001) Sistiawati seorang penderita bisu tuli yang berhasil menjuari olimpiade khusus anak cacat (Special Olimpic International) di Shanghai China pada cabang lompat jauh. Secara akademis, ia menunjukkan kemajuan yang positif. Prestasi yang diraihnya, merupakan hasil dari ketekunannya. Di tingkat dunia Stevie Wonder yang buta juga dapat berprestasi dalam bidang tarik suara, Stephen Hawking yang lumpuh, tapi cerdas melahirkan teori black hole yang meramaikan lalu lintas teori yang ingin menyingkap misteri alam semesta. Bethooven yang tuli, tapi telinga musikalnya lebih tajam dari telinga orang normal. Lagu klasik karyanya dinikmati para ibu hamil demi memacu pertumbuhan syaraf otak janin. (http://pakolescenter.blogspot.com, 2008)

Para penyandang cacat tubuh seringkali merasa merasa tertekan batinnya dan malu bergaul bersama anak-anak atau orang-orang yang tidak menderita cacat. penyandang cacat tubuh dipenuhi rasa rendah diri, malu, ketakutan dan keragu-raguan. Penyandang cacat tubuh tersebut selalu merasa gagal dalam segala usahanya dan dibayangi ketakutan karena mereka menyangka orang lain mampu melakukan tugas sedangkan mereka tidak mampu, perasaan kurang percaya diri ini seringkali mematahkan semangat sehingga anak yang cacat fisik merasa tidak sanggup mandiri dan akhirnya merasa tidak mampu mencapai suatu prestasi tanpa bantuan orang lain serta takut menghadapi kenyataan hidup. Seseorang termasuk penyandang cacat tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya secara sendirian. Individu membutuhkan dukungan terutama dari orang-orang terdekat. Demikian diperlukan adanya dukungan moril maupun materiil dari lingkungan sesama penyandang cacat, lingkungan keluarga terutama orang tua. Afiatin (1998) mengungkapkan dukungan dari orangtua serta lingkungan sekitar ini sangat dibutuhkan bagi penyandang cacat agar mereka tidak merasa terabaikan, tidak berguna serta tidak mempunyai rasa dendam. Bentuk dukungan sosial dapat berupa bantuan, nasehat, kesempatan dan perlindungan baik secara fisik maupun psikologis. Penderita cacat yang mendapat dukungan sosial di keluarga terutama sang ibu, akan merasakan berkurangnya kelelahan emosional dan menjadi bersikap positif. Dukungan sosial ini dapat mencegah perasaan tertekan yaitu stressor yang diterima, sehingga dapat memberikan arti bagi individu dalam mengatasi permasalahannya. Dukungan sosial yang diterima oleh penyandang cacat seperti perasaan memperoleh bantuan, perasaan dicintai, dihargai atau dinilai tinggi merupakan faktor yang dapat menahan akibat-akibat yang ditimbulkan dari stress yang bersifat merusak. Dukungan

sosial yang tinggi tidak hanya mengalami stres yang rendah, tetapi juga dapat mengatasi stress secara lebih berhasil apabila dibandingkan dengan mereka yang kurang memperoleh dukungan sosial. Penyandang cacat yang mendapat dukungan sosial merasa tidak sendiri dalam penderitaannya, karena lingkungan sosial akan menjadi stimulan untuk mengurangi rasa takut dan menolong penyandang cacat dalam membangun kepercayaan dirinya. (Pramudiani dkk, 2001) Harapan orang tua yang dibebankan pada anak cacat yang diikuti dengan pengertian dan perlakuan yang menyadari bahwa anak cacat tersebut bukan merupakan kekurangan yang membuat malu keluarga akan mampu memotivasi anak yang bersangkutan dalam menjalani aktifitas belajarnya, hingga akhirnya akan meningkatkan prestasi akademisnya. Menurut Hidayat (1998) orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak-anaknya yang mempunyai kelainan tersebut. Kekhususan yang dimilikinya tentunya memerlukan perhatian yang khusus bagi orang tua sehingga ada kesatuan cara pandang antara orang tua di rumah maupun dengan guru di sekolah. Peran ibu yang sangat berpengaruh dalam perkembangan anak, bahwa ibu merupakan tempat persemaian generasi manusia dan tempat menghasilkan ASI (Air Susu Ibu) sebagai makanan terbaik di awal kehidupan seorang anak. Seorang ibu memiliki peran yang sangat vital dalam proses pendidikan anak sejak dini, sebab ibulah sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anak, sosok pertama yang memberi rasa aman, dan sosok pertama yang dipercaya dan didengar perkataannya. Karenanya ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Kedekatan fisik dan emosional ibu dengan anak sudah terjalin secara ilmiah mulai masa mengandung, menyusui dan pengasuhan. Kasih sayang

seorang ibu merupakan jaminan awal untuk tumbuh kembang anak dengan baik dan aman. Para ahli berpendapat bahwa kedekatan fisik dan emosional merupakan aspek penting keberhasilan pendidikan. Di sinilah arti penting peran ibu terhadap pendidikan anak usia dini. Dukungan ibu terhadap anak cacat yang dilandasi sikap penuh cinta kasih dan dapat menerima terhadap keadaan anak merupakan hal yang dibutuhkan oleh anak. Orangtua yang menerima anak apa adanya, akan memberikan perlindungan dan kasih sayang dengan menghargai perasaan dan keunikan serta mengakui adanya kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri anak. Dukungan yang diberikan oleh orangtua terhadap anak dengan mengajarkan pada anak untuk dapat melakukan tugas-tugas keseharian yang sederhana, seperti makan dan berpakaian sendiri dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat bersosialisasi. Harapan lebih jauh lagi mereka dapat tumbuh menjadi anggota masyarakat yang baik dan dapat hidup mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Pada kenyataannya justru seringkali orang tua merasa malu apabila mempunyai anak yang menderita cacat fisik dan melarang anaknya untuk bergaul atau berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan dari segi ekonomi, orang tua yang sebenarnya mampu tapi tidak memberikan kesempatan kepada anaknya untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin dan mereka memilih memasukan anaknya ke dalam yayasan atau pantipanti yang menampung anak-anak cacat. Padahal dengan memasukkan ke sekolah akan membuat anak tersebut mempunyai rasa percaya diri dan tidak merasa malu oleh lingkungannya. Hal tersebut membantu untuk mendapatkan motif berprestasi yang tinggi. Sedangkan untuk orang tua yang berekonomi kurang mampu terkadang merasa sayang mengeluarkan biaya pendidikan, perawatan maupun ketrampilan untuk anaknya yang

menderita cacat fisik karena merasa malu dan membiarkan anaknya dengan keadaan apa adanya. Penelitian ini memfokuskan kajian pada variabel dukungan sosial ibu, di dasari dengan pertimbangan teoretis dalam konsep perkembangan, bahwa ibu biasanya lebih memiliki kedekatan secara emosional. Peran ibu sangat besar dalam perkembangan anaknya dari masa menyusui sampai dewasa. Selain itu pula Ibu memiliki waktu yang lebih fleksibel dalam memberikan asuhan dan perhatian kepada anak karena lebih sering berada di rumah dibandingkan ayah sebagai kepala keluarga yang umumnya bertugas mencari nafkah keluarga. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengajukan suatu pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah peran dukungan sosial ibu bagi penyandang cacat tubuh dalam mencapai prestasi? Berdasarkan pertanyaan tersebut, penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Peran Dukungan Sosial Ibu pada Pencapaian Prestasi Penyandang Cacat Tubuh. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bentuk-bentuk dukungan sosial ibu pada pencapaian prestasi penyandang cacat tubuh 1. Bagi penyandang cacat tubuh C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memberi informasi mengenai dukungan sosial ibu terhadap pencapaian prestasi penyandang cacat tubuh, sehingga para penyandang cacat

diharapkan dapat termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi melalui dukungan sosial ibu 2. Bagi lembaga rehabilitasi penyandang cacat Bagi lembaga rehabilitasi penyandang cacat penelitian ini memberikan wacana pemikiran untuk membuat konsep pengembangan program bimbingan sosial dan bimbingan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan penyandang cacat serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan program pemberdayaan penyandang cacat pada pusat-pusat rehabilitasi penyandang cacat 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan informasi ilmiah yang dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu psikologi khususnya berkaitan dukungan sosial ibu bagi pencapaian prestasi pada penyandang cacat tubuh