BAB I PENDAHULUAN. Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) merupakan seseorang,

dokumen-dokumen yang mirip
LESSON LEARNED PENGIMPLEMENTASIAN UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2016 DI TINGKAT PROPINSI

BAB I PENDAHULUAN. jaminan sosial. Jaminan Sosial adalah salah satu program pemerintah dibidang

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

Dirjen. Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial RI 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas umum Pemerintahan dan pembangunan dibidang kesejahteraan sosial dan keagamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Menteri Sosial tentang Rencana Program, Kegiatan, Anggaran, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Lingkup Kementerian Sosial

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN SEKADAU TAHUN

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat,

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menghabiskan waktu mereka di jalanan baik dalam menghabiskan waktu seharihari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PENDUDUK RENTAN

Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) , Fax (0370) Kode Pos TELAAHAN STAF

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan Sosial (PMKS) melalui usaha bersama pemerintah dan masyarakat.

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 88 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN DINSOS JABAR BAB I PENDAHULUAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

REKAPITULASI DATA PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) PER PROVINSI TAHUN 2012 SUMBER DATA : DINAS SOSIAL PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dalam bentuk( penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan. dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan publik.

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

Penjelasan Teknis Jenis dan Mutu SPM Rehabilitasi Sosial

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LANDAK TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

Khofifah Indar Parawansa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

EFEKTIVITAS PELATIHAN PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (TKSM)

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENT ANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KOTA MOJOKERTO

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA NOMOR : TAHUN 2013 TENTANG

PERUBAHAN RENSTRA (PERENCANAAN STRATEGIS) DINAS SOSIAL KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

REDESAIN KANTOR DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) merupakan seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani dan sosial secara memadai dan wajar. (Kemensos, 2011) Hambatan, kesulitan dan gangguantersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan atau keterpencilan dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana. Dari 27 jenis penyandang masalah kesejateraan sosial, salah satunya ialah anak jalanan. Faktor yang mendasari munculnya anak jalanan dikarenakan faktor ekonomi (kemiskinan), masalah keluarga, broken home, perceraian orang tua atau keluarga sering cekcok, dalam diri anak itu sendiri dan lingkungan tempat tinggal 1. Berdasarkan Data Kementerian Sosial RI pada tahun 2009 terdapat 85.013 anak jalanan tersebar di berbagai pulau di Indonesia dan meningkat 11% menjadi 94.356 anak jalanan pada tahun 2010 kemudian pada tahun 2011 meningkat sebesar 44% menjadi 135.983 anak jalanan. 1 Eko Darmanto, Perlindungan anak jalanan di rumah singgah Yogyakarta, 2007,hlm x 1

Gambar 1. 1 Sebaran Rata-Rata Jumlah Anak Jalanan di Indonesia Tahun 2009-2011 Sumatera 1622,048 Kalimantan 1029,675 Sulawesi 1598,283 Papua&Maluku 1614,25 Jawa 5723,867 Bali & Nusa Tenggara 11811,67 Sumber: Kemensos, diolah Pulau Jawa merupakan pulau dengan rata-rata jumlah anak jalanan terbesar kedua dengan rata-rata jumlah anak jalanan 5.723,867. Sedangkan DIY merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa dengan jumlah anak jalanan terkecil. Berdasarkan data Kementerian Sosial jumlah anak jalanan di DIY pada tahun 2009 sebanyak 1.200 anak jalanan, pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 448 anak jalanan dan pada tahun 2011 kembali menurun menjadi 312 anak jalanan. Provinsi DIY memiliki 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. 2

Tabel 1. 1 Data Anak Jalanan Provinsi DI Yogyakarta (dalam Orang) Tahun Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Yogyakarta DIY 2008 157 174 110 68 205 714 2009 189 232 127 257 395 1.200 2010 93 83 80 50 142 448 2011 76 78 54 19 85 312 2012 64 68 50 91 70 343 2013 21 58 52 19 54 204 Sumber : Dinas Sosial Provinsi DIY Menurut data Dinas Sosial tahun 2008-2013Provinsi DI. Yogyakarta jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman fluktutif dibandingkan dengan kabupaten lain yang berada di Provinsi DI Yogyakarta. Pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman naik sebanyak 186 anak jalanan, pada tahun 2010 terjadi penurunan hingga 81% menjadi 50 anak jalanan. Kemudian pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan sebanyak 31 anak jalanan. Sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 72 anak jalanan dan pada tahun 2013 jumlah anak jalanan menurun 79% menjadi 19 anak jalanan. Anak Jalanan menjadi permasalahan sosial yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus dari pemerintah dan masyarakat, karena anak harus mendapatkan perlindungan baik pendidikan, kesehatan, keamanan, bebas dari kekerasan dan eksploitasi dan lainnya.keberadaan anak jalanan dianggap masalah bagi masyarakat, sehingga pemerintah dituntut agar dapat menangani anak jalanan. Anak jalanan dikenal memiliki watak dan perilaku yang kasar, keras dan kerap dianggap mengganggu ketertiban umum, perilaku ini terbentuk karena berada pada lingkungan yang kasar dan keras. Dalam mengatasi masalah anak jalanan, sudah 3

merupakan tugas pemerintah tentang pembinaan dan kesejahteraan anak dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Dampak dari anak jalanan adalah mengganggu ketertiban umum dan lalu lintas. Bagi anak jalanan dan komunitasnya rentan pada penyimpangan seksual (prostitusi) dan penyakit menular, tanpa identitas, perkawinan dini dan mengabaikan kelembagaan keluarga, pendidikan yang terputus, masa depan keluarga dan komunitas yang buruk 2. Permasalahan ini memicu muncul berbagai kebijakan yang diciptakan pemerintah. Kebijakan dan aturan hukum yang melandasi berbagai program tentang anak, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejateraan Anak Pasal 2 ayat (3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik sesama dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan dan ayat (4) anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar. Penanganan anak jalanan semestinya bertujuan memenuhi hak-hak anak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, menjamin atas hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan ataupun diskriminasi. Perlunya pendekatan keamanan dan ketertiban serta menjangkau pencegahan dan pelarangan apa dan siapa yang menjadi penyebab dan menyuburkan anak jalanan dan mengembalikan 2 Badan Perencanaan Pembangunan daerah (Bappeda) Sleman, 2014, Workshop Penanganan Masalah Anak Jalanan. 4

mereka pada harkat dan martabat yang sejatinya sebagai seorang anak sesuai dengan Perda DIY No 11 Tahun 2011 Tentang Perlindungan Anak di Jalan 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial berupaya melakukan berbagai program penanangan anak jalanan mulai dari pemenuhan berbagai hak yang seharusnya mereka dapatkan hingga pengambilan anak jalanan ke keluarga masing-masing. Program menanggulangi anak jalanan pada tahun 2011-2015 pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) ialah Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial 4. Program-program yang disusun dalam dokumen perencanaan setiap lima tahun sekali mengalami perubahan nama program namun memiliki target yang sama, sehingga kajian dari penelitian ini akan memperdalam program yang diadakan pemerintah untuk menanggulangi anak jalanan di Kabupaten Sleman. Program ialah sebagai penentuan tindakan untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi, sehingga program adalah suatu jenis rencana yang disusun lebih konkrit, di dalamnya terkandung sekumpulan kegiatan yang berbeda-beda akan tetapi menuju pada satu tujuan yang sama 5.Program yang tertulis dalam dokumen perencanaan setiap lima tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) akan dijabarkan didalam Dokumen tahunan, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Didalam RKPD akan dijabarkan kegiatan apa saja yang dilakukan dinas tenaga kerja dan sosial dalam menanggulangi jumlah anak jalanan yang ada di Kabupaten Sleman. Sehingga dapat diketahui bagaimana 3 Badan Perencanaan Pembangunan daerah (Bappeda) Sleman, 2014, Workshop Penanganan Masalah Anak Jalanan. 4 Bappeda Sleman, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015, hal VII-9 5 Bappeda Sleman, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006-2010, hlm 109 5

program pemerintah dalam menanggulangi anak jalanan berjalan. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai pelaksana fungsi eksekutif yang harus berkoordinasi agar penyelenggaraan program pemerintahan berjalan dengan baik 6. Dalam rangka memberikan pelayanan kesejahteraan sosial khususnya terhadap anak jalanan maka diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, organisasi sosial, organisasi masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang kegiatannya berkaitan erat dengan pengelolaan penyandang masalah kesejahteraan khususnya usaha-usaha kesejahteraan sosial 7. Sehingga dapat dikaji lebih mendalam bagaimana proses penyusunan program, hambatan yang terjadi dalam program tersebut dan upaya penanganannya oleh pemerintah. Penyusunan program penanganan anak jalanan erat kaitannya dengan anggaran yang diperlukan. Jumlah anggaran yang diusulkandalam proses penyusunan program tersebut digunakan sebagai pelaksana kegiatan dalam menangani anak jalanan. Anggaran yang di usulkan untuk program penanganan anak jalanan tiap tahun berbeda-beda walaupun nama program yang digunakan tetap sama. Sehingga diperlukannya kajian hubungan antara anggaran pengadaan program tersebut dengan dampak jumlah anak jalanan yang ada di Kabupaten Sleman. Jumlah dana yang dianggarakan untuk melaksanakan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial untuk menangani anak jalanan yang berada di Sleman dapat diketahui hubungan antara kedua variabel tersebut apakah 6 Satuan Kerja Perangkat Daerah 7 Fridrik Librata Damanik, Interaksi Aktor Dalam Implementasi Program Penanganan Anak Jalanan Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta, 2013, hlm 18 6

berpengaruh besar atau tidak sehingga penelitian ini juga akan membahas hubungan antara jumlah anggaran yang di keluarkan dengan jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil rumusan masalah seperti berikut: 1. Bagaimana hubungan antara anggaran dana program dengan jumlah anak jalanan? 2. Bagaimana penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman? 3. Apa saja hambatan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman dan upaya penanganannya? 1.2 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan adalah: 1. Mengetahui hubungan antara anggaran dana program dengan jumlah anak jalanan. 2. Mengetahui bagaimana penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman. 3. Mengetahui hambatan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman dan upaya penanganannya. 7

1.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Mahasiswa a. Mengembangkan pengetahuan mahasiswa dalam hal penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anaka jalanan di Kabupaten Sleman. b. Menambah wawasan mahasiswa secara non-teori tentang keadaan nyata dalam dunia kerja. 2. Bagi Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi a. Meningkatkan mutu kegiatan perguruan tinggi dalam dunia kerja. 3. Bagi Instansi Terkait a. Membangun relasi dengan perguruan tinggi maupun dengan mahasiswa. b. Dapat memanfaatkan Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu sumber informasi terkait dengan tempat praktek tersebut sehingga dapat menjadi acuan untuk meminimalisir kendala. 8

1.5 Kerangka Penulisan Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 1. 2Kerangka Penulisan 1. Anak jalanan merupakan salah satu Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). 2. Jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat dari tahun 2009-2011. 3. Pulau Jawa merupakan pulau dengan rata-rata jumlah anak jalanan terbesar kedua. 4. Provinsi DIY termasuk dalam salah satu provinsi yang ada di pulau jawa dengan jumlah anak jalanan terkecil. 5. Kabupaten sleman merupakan salah satu kabuapten dengan jumlah anak jalanan yang fluktuatif. 6. Pada penelitian ini akan di uji tentang hubungan antara anggaran dana pemerintah dengan jumlah anak jalanan dan akan menjelaskan proses penyusunan program kemudian hambatan serta upaya yang dilakukan. 1. Mengetahui hubungan antara anggaran dana program dengan jumlah anak jalanan. 2. Mengetahui bagaimana penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak 1. jalanan Bagaimana di Kabupaten hubungan Sleman. antara anggaran dana program dengan jumlah 3. Mengetahui anak hambatan jalanan? program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di 2. Bagaimana penyusunan program pemerintah dalam menanggulangi Kabupaten jumlah Sleman anak dan jalanan upaya penanganannya di Kabupaten Sleman? 3. Apa saja hambatan program pemerintah dalam menanggulangi jumlah anak jalanan di Kabupaten Sleman dan upaya penanganannya? Alat analisis : Korelasi Pearson dan Deskriptif Hasil 9