KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KONSUMSI DAN BIAYA ENERGI PADA MESIN PENGERING PAKAN TERNAK SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING PAKAIAN SISTEM HIBRIDA DENGAN KAPASITAS RUANG PENGERING SATU METER KUBIK

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

PERANCANGAN EVAPORATOR MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AIR CONDITIONER (AC) ½ PK DENGAN KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

PERANCANGAN KONDENSOR MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AIR CONDITIONER ½ PK SIKLUS UDARA TERTUTUP

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

Potensi Air Kondensat Sebagai Media Pendingin Untuk Aplikasi Modul Evaporative Cooling Terhadap Performansi AC Split 1 PK

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

Universitas Sumatera Utara

KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4", 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING BAHAN PERTANIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN ALAT PENUKAR KALOR DAN PRODUK YANG DIKERINGKAN ADALAH CABAI MERAH KERITING

POMPA SISTEM DEPARTE FAKULTAS TEKNIKK UTARA MEDAN 2014 SKRIPSI. Universitas Sumatera Utara

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

Pemanfaatan Panas Kondensor Ac Untuk Pengeringan Bahan Pangan: Studi Pengeringan Chips Kentang

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6)

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

POTENSI PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA KONDENSOR AC SENTRAL UNTUK PEMANAS AIR HEMAT ENERGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

ANALISA PERHITUNGAN KONSUMSI DAN BIAYA ENERGI UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

ANALISA SALURAN PENGERING BERBENTUK SILINDER PADA MESIN PENGERING PAKAN TERNAK SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING DEHUMIDIFIKASI TERINTEGRASI DENGAN PEMANAS UDARA SURYA UNTUK MENGERINGKAN TEMULAWAK

PERFORMANSI MODULAR CHILLER KAPASITAS 120 TR

PENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR OPAK SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN RUANG PENGERING BERENERGI BIOMASSA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

III. METODE PENELITIAN

Studi Awal Desain dan Pengujian Mesin Pengering Kerupuk Opak Sistem Pompa Kalor

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DUA BUAH PENUKAR KALOR DAN SEPULUH LAMPU 25 WATT SKRIPSI

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

ANALISA EKSERGI SISTEM POMPA PANAS PENGERING PAKAIAN KAPASITAS 7 KG PADA AC ¾ PK. Jl. Tamansiswa No. 261 Palembang *

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

METODE PENGERINGAN HEMAT ENERGI

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

RANCANG BANGUN KONDENSOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS

Bab III. Metodelogi Penelitian

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA Tio Vani Nesri 1, Azridjal Aziz 1 dan Rahmat Iman Mainil 1 1 Laboratorium Rekayasa Termal, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau E-mail : azridjal.aziz@gmail.com ABSTRAK Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan analisa pada karakteristik pengeringan pada mesin pengering pakaian. Karakteristik pengeringan mencakupi nilai laju ekstraksi air spesifik (SMER) dan nilai konsumsi energi spesifik (SEC). Mesin pengering menggunakan sistem pengkondisian udara. Komponen yang dimanfaatkan dari sistem pengkondisian udara tersebut adalah kondensor. Temperatur dari kondensor masih relatif tinggi sehingga bisa dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk pengeringan pakaian. Penelitian menggunakan 2 metode pengujian. Pengujian tanpa pemanasan awal dan pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit pada mesin pengering. Dari pengujian didapatkan nilai SMER 3,420 kg/kwh 4,120 kg/kwh dan nilai SEC 0,242 kwh/kg untuk pengujian tanpa pemanasan awal. Sedangkan untuk pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit didapat nilai SMER 3,689 kg/kwh 4,282 kg/kwh dan nilai SEC 0,233kWh/kg-0,271 kwh/kg Kata Kunci : pengeringan, kondensor, pemanasan, mesin pengering. ABSTRACT The main objective of this study was to analyze the characteristics of clothes drying in a dryer. Drying characteristics includes the value of specific water extraction rate (SMER) and the value of the specific energy consumption (SEC). Drying machine using the air conditioning system. The components are utilized from the air conditioning system is a condenser. The temperature of the condenser is still relatively high, therefore it can be used as a heat source for drying clothes. The study used two methods of testing. Tests without preheating and testing by preheating for 30 minutes in a dryer. SMER value of the test obtained 3,420 kg / kwh - 4.120 kg/kwh and 0.242 kwh SEC value for testing without preheating. As for testing with preheat for 30 minutes obtained value SMER 3.689 kg / kwh - 4.282 kg / kwh and SEC value 0,233 kwh/kg-0,271kwh Keywords: Clothes Dryer, Air Conditioner, Heat Pump, Vapor Compression, SMER, SEC PENDAHULUAN Mencuci pakaian adalah salah satu pekerjaan rutin masyarakat sehari-hari di dalam rumah tangga maupun di tempat-tempat pelayanan umum seperti hotel, rumah sakit, jasa pencuci pakaian dan sebagainya. Pengeringan pakaian merupakan proses yang selalu dilakukan setelah proses pencucian pakaian (Sujiono, 2014). Masalah pengeringan dengan cara menjemur umumnya disebabkan cuaca yang mendung terutama di musim hujan. Sedangakan pengeringan dengan mesin pengering yang menggunakan fosil atau listrik umumnya adalah mendapatkan energi tersebut semakin mahal. Mahalnya kedua energi tersebut sejalan dengan semakin langkanya energi fosil. Oleh karena itu banyak orang berupaya mencari alternatif lain untuk mendapatkan energi panas untuk mengeringkan pakaian. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin (Sujiono, 2014). Pada kota-kota besar di Indonesia, demi kenyamanan umumnya digunakan siklus kompresi uap untuk melakukan pengkondisian udara. Pada 63

siklus ini, panas akan diserap dari ruangan yang akan dikondisikan dan bersama energi input dari kompresor akan dibuang di kondensor (Stoecker, 1992). Temperatur kondensor ini masih relatif tinggi (Ambarita, 2013, Suntivarakorn, 2010). Dari fakta ini penulis menyimpulkan bahwa panas yang terbuang dari kondensor yang masih relatif tinggi ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pengeringan terutama untuk pengeringan pakaian. Teori Pengeringan Teori pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas. Pengeringan dengan menggunakan alat pengering dimana temperatur, kelembaban udara, kecepatan udara dan waktu dapat diawasi (Mujumdar, 2004). Pengeringan menggunakan mesin pendingin dengan memanfaatkan panas buang pada mesin pendingin ruangan yang mana alat ini dirancang berupa lemari pakaian yang didalamnya terdapat kondensor. Kondensor inilah yang akan menghasilkan panas untuk proses pengeringan pakaian yang terdapat dalam lemari (Wicaksono, 2014, Kausik, 1995). Pemanfaatan panas buang mesin pendingin ruangan untuk pengeringan dapat menjadi alternatif pengering pakaian tanpa biaya tambahan pada daerah padat yang tidak memiliki halaman.laju pengeringan berkisar antara 0,56 kg/jam sampai 0,75 kg/jam (Mahlia, 2010). Skema alat pengering pakaian dengan panas buang kondensor dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Alat pengering pakaian menggunakan AC (Mahlia, 2010). Karakteristik Pengeringan Adapun hal-hal yang mencakup dalam karakteristik pengeringan dari mesin pengering pakaian adalah sebagai berikut (Ambarita, 2016) : 1. Laju Pengeringan (Dring Rate) Laju pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan tiap satuan waktu atau penurunan kadar air bahan dalam satuan waktu. Menghitung laju pengeringan dapat menggunakan persamaan berikut : ṁd = (1) 2. Laju Ekstraksi Air Spesifik (SMER) Specific Moisture Extraction Rate (SMER) merupakan perbandingan jumlah air yang dapat diuapkan dari bahan dengan energi listrik yang digunakan tiap jam atau energi yang dibutuhkan untuk menghilangkan 1 kg air. Dinyatakan dalam kg/kwh. Menghitung nilai SMER dapat menggunakan persamaan berikut ini: SMER = (2) 3. Laju konsumsi energi spesifik (SEC) Specific Energy Consumed (SEC) Perbandingan energi yang dikonsumsi dengan kandungan air yang hilang dinyatakan dalam kwh/kg. Menghitung nilai SEC dapat menggunakan persamaan berikut : SEC = (3) METODOLOGI Alat ukur digunakan untuk mengukur besaranbesaran atau parameter pada pengujian. Alat ukur dipasang pada titik-titik yang perlu diuji dan diambil datanya. Alat ukur yang digunakan seperti Load cell, Thermometer, RH meter, Volt meter dan Annemometer. Bahan yang menjadi objek penelitian atau bahan uji pengeringan adalah kain sejenis handuk. Handuk yang akan dikeringkan merupakan handuk yang umum dipakai oleh masyarakat sehari-hari yang terbuat dari bahan cotton. Pengertian cotton adalah benang yang 100% terbuat dari serat kapas alami dan bukan synthetic. Bahan uji pengeringan dapat dilihat pada Gambar 2. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen pada bahan uji dengan melakukan pengambilan data di dalam ruangan dan pengolahan data secara menggunakan persamaan karakteristik pengeringan. Pada penelitian digunakan satu unit mesin pengering pakaian, dengan siklus udara terbuka memanfaatkan panas buang kondensor. Bahan uji terlebih dulu dikurangi kadar airnya dengan proses spinning pada mesin cuci. Tahapan 64

pengujian dapat dilihat pada diagram alur pada Gambar 3. Mulai Studi Literatur Persiapan Alat Uji Pengujian Mesin dan Pengambilan Data Analisis Data dan Kesimpulan Selesai Gambar 2. Bahan uji. Gambar 3. Tahapan pengujian. Gambar 4. Skematik pengambilan data Adapun skematik mesin pengering dalam pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Proses yang dilakukan dalam pengambilan data sebagai berikut : 1. Pengambilan data dilakukan di dalam ruangan. Perubahan temperatur sekitar dan kelembaban dalam penelitian ini diabaikan, karena temperatur sekitar dan kelembabannya selalu berubah-ubah sesuai cuaca. 2. Thermocouple, hygrometer dan timbangan digital yang digunakan sudah dikalibrasi. 65

SMER Jurnal Sains dan Teknologi 15 (2), September 2016: 63-68 3. Memeriksa kipas berkerja dengan baik. Serta saluran pembuangan air tidak tersumbat. 4. Alat bantu penelitian diletakkan pada tempat yang sudah ditetapkan. 5. Kemudian mencatat massa kosong (rangka dan hanger). Selanjutnya timbang dan catat massa beban (handuk) kering. 6. Membasahi dan memeras handuk sampai air tidak menetes kembali. Kemudian timbang dan catat massa beban basah awal (w o ). Untuk percobaan selanjutnya massa beban basah awal (w f ) harus didapat hasil yang sama dengan pengujian pertama. 7. Pada pengujian pertama, dengan cara pengujian langsung tanpa pemanasan pada alat pengering. Pengujian dilakukan dengan 5 variasi beban, yaitu 5 kg, 4 kg, 3 kg, 2 kg dan 1 kg. 8. Setelah beban (handuk) dimasukan kemudian pintu ditutup dan catat data yg tertera pada alat ukur per 5 menit. 9. Pada pengujian kedua, dengan cara melakukan pemanasan pada alat pengering selama 30 menit. Pengujian juga dilakukan dengan 5 variasi beban yang sama dengan pengujian pertama. Adapun data yang dicatat dan selanjutnya akan dilakukan analisa pada pengujian antara lain sebagai berikut : 1. Berat bahan yang akan dikeringkan (w) 2. Waktu pengeringan (t) 3. Temperatur (T) 4. Kelembaban udara (RH) 5. Kecepatan aliran udara (v) 6. Daya mesin pengeringan (W) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian tanpa pemanasan awal massa 5 kg membutuhkan waktu selama 165 menit untuk pengeringan, dengan laju pengeringan sebesar 1,330 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 4,006 SEC adalah 0,249 kwh/kg. massa 4 kg membutuhkan waktu selama 130 menit untuk pengeringan, dengan laju pengeringan sebesar 1,157 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 3,465 SEC adalah 0,288 kwh/kg. massa 3 kg membutuhkan waktu selama 100 menit untuk pengeringan, dengan laju pengeringan sebesar 1,200 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 3,582 SEC adalah 0,279 kwh/kg. massa 2 kg membutuhkan waktu selama 70 menit untuk pengeringan dengan laju pengeringan sebesar 1,372 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 4,120 kg/kwh dan nilai konsumsi listrik spesifik atau SEC adalah 0,242 kwh/kg. Pada pengujian tanpa pemanasan awal dengan massa 1 kg membutuhkan waktu selama 40 menit untuk pengeringan dengan laju pengeringan sebesar 1,156 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 3,420 SEC adalah 0,292 kwh/kg. Grafik perbandingan nilai SMER dan nilai SEC setiap variasi massa terhadap waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. 4.4 4.3 4.2 4.1 4 3.9 3.8 3.7 3.6 3.5 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Gambar 5. Grafik perbandingan nilai SMER setiap pengujian tanpa pemanasan awal Pengujian dengan pemanasan awal 30 menit Pada pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit dengan massa 5 kg membutuhkan waktu selama 155 menit untuk pengeringan dengan laju pengeringan sebesar 1,413 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 4,282 66

SEC SEC SMER Jurnal Sains dan Teknologi 15 (2), September 2016: 63-68 SEC adalah 0,233 kwh/kg. Pada pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit dengan massa 4 kg membutuhkan waktu selama 125 menit untuk pengeringan dengan laju pengeringan sebesar 1,320 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 3,952 kg/kwh dan nilai konsumsi listrik spesifik atau SEC adalah 0,253 kwh/kg. Pada pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit dengan massa 3 kg membutuhkan waktu selama 90 menit untuk pengeringan dengan laju pengeringan sebesar 1,333 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 3,967 kg/kwh dan nilai konsumsi listrik spesifik atau SEC adalah 0,252 kwh/kg. 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 mass 5 kg 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Gambar 6. Grafik perbandingan nilai SEC setiap pengujian tanpa pemanasan awal Pada pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit dengan massa 2 kg membutuhkan waktu selama 70 menit untuk pengeringan dengan laju pengeringan sebesar 4,120 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 3,967 SEC adalah 0,242 kwh/kg. Pada pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit dengan massa 1 kg membutuhkan waktu selama 35 menit untuk pengeringan dengan laju pengeringan sebesar 1,320 kg/jam. Untuk nilai ekstraksi air spesifik atau SMER sebesar 3,689 kg/kwh dan nilai konsumsi listrik spesifik atau SEC adalah 0,271 kwh/kg. Grafik perbandingan nilai SMER dan nilai SEC setiap variasi massa terhadap waktu pengeringan dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. 5.5 5.3 5.1 4.9 4.7 4.5 4.3 4.1 3.9 3.7 3.5 Gambar 7. Grafik perbandingan nilai SMER setiap pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Gambar 8. Grafik perbandingan nilai SEC setiap pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit KESIMPULAN mass 5 kg 0 20 40 60 80 100 120 140 160 mass 5 kg Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit pada alat pengering lebih cepat laju pengeringan dari pada pengujian langsung tanpa pemanasan. Laju pengeringan untuk setiap pengujian dan setiap variasi massa berkisar antara 1,156 kg/jam 1,413 kg/jam. 67

Hasil perhitungan nilai SMER untuk pengeringan setiap pengujian dan setiap variasi massa diperoleh jumlah uap air yang mampu dihilangkan dari bahan uji (handuk) tiap 1 kwh berkisar antara 3,420 kg 4,281 kg. Perhitungan nilai SEC untuk pengeringan setiap pengujian dan setiap variasi massa diperoleh energi yang dikonsumsi untuk menghilangkan 1 kg uap air dari bahan uji (handuk) antara 0,242 kwh 0,292 kwh. DAFTAR PUSTAKA Ambarita, Himsar, 2013. Kajian awal Sistem Pengeringan Yang Digunakan Di Kota Medan, Laporan Akhir, Teknik Mesin USU, 2013. Ambarita, Himsar. 2016 Kinerja Lemari Pengering Pakaian dengan Pemanfaatan Panas Buang Pengkondisian Udara Tipe Split Perumahan. Universitas Sumatera Utara. Medan Kausik, S.C., Singh, M., 1995. Feasbility and design studies for heat recover from a refrigeration system with a canopus heat exchanger, heat recovery & CHP, Vol 15, p:665-673. Mahlia, T.M.i, Hor, C.G., Masjuki, H.H., Husnawan, M., Varman, M., Mekhilef,S., 2010. clothes drying from room air conditioning waste heat: thermodynamics investigation, the Arabian journal for science and engineering, vol 35, no 1b, pp:339-351. Mujumdar, A.S. 2004. Research and Development in Dring: Recent Trends and Future Prospect, Drying Technology. Mujumdar, A.S. 2004. Research and Development in Dring: Recent Trends and Future Prospect, Drying Technology. Stoecker,W.J, Jerold, J.W., 1992. Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara, Erlangga, Jakarta. Sujiono, Adventus. 2014. Studi Eksperimental Karakteristik Pengeringan Pakaian Dengan Memanfaatkan Panas Buang Mesin Pendingin Suntivarakorn, P., Satmarong, S., Benjapiyaporn, C.,Theerakulpisut, S., 2010. An Experimental Study on Clothes Drying Using Waste Heat From Split Type Air Conditioner, International Jurnal of Aerospace and Mechanical Engineering. Wicaksono, Bartholomeus Damar Adi. 2014. Pemanfaatan Panas Buang Mesing Pendingin Untuk Pengering Pakaian. Jurnal Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 68