BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

Vivi Oktasari a, Atih Rahayuningsih a, Mira Susanti b a Fakultas Keperawatan Universitas Andalas b RSUP Dr. M. Djamil Padang

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sendi yang menyerang sendi sendi penopang berat. (American Academy of Orthopedic Surgeons, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lapangan Komprehensif (PBLK), tujuan akhir kegiatan PBLK, manfaat bagi

Yunanik Esmi Dwi Lestari

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT Prof MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. anestesi dapat menghambat kemampuan klien untuk merespon stimulus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Murwani, 2009). Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

BAB I PENDAHULUAN. Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu. Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF CLOSE FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. (12%) wanita di Amerika akan mengembangkan kanker payudara infasif selama

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendi secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 2 Juni 2010

BAB V KESIMPULAN. Diajukan pada Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan tindakan operasi pemasangan Plate and Screw, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI IRNA B (BEDAH UMUM) RSUP DR M DJAMIL PADANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008). Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi emboli paru-paru (Roper, 2002). Terapi ambulasi yang dilakukan pada pasien pasca operasi adalah mobilisasi, latihan ROM aktif dan pasif, latihan fungsional dan rekreatif, latihan duduk dan keseimbangan, latihan aktifitas kegiatan sehari-hari serta latihan berjalan menggunakan alat-alat mekanik (Carpenito, 2000). Manfaat ambulasi adalah: (1) mencegah infeksi paru (2) mencegah kehilangan mobilitas sendi (kontraktur) dan kehilangan tonus otot dan tulang (3) mencegah konstipasi dan dekubitus (4) membantu mempertahankan kekuatan dan fungsi otot dan sendi (5) meminimalkan kerusakan kardiovaskuler (6) mencegah osteoporosis disuse (Brunner & Suddarth, 2002; Wahyuningsih, 2005). Dari hasil survey awal yang dilakukan bulan Oktober 2009, diperoleh data bahwa jumlah pasien pasca operasi ekstremitas bawah adalah 210 orang dari bulan Januari September 2009. Data ini diperoleh dari rekam medik RB3 RSUP Hj. Adam Malik Medan. Dari data yang diperoleh, tindakan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) yang paling banyak dilakukan pada pasien.

Pasien yang membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi, maka pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan (Kozier, 1987). Keterlambatan ambulasi dini pada pasien akan menyebabkan kontraktur yang permanen, kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan penurunan aktifitas (Wahyuningsih, 2005). Jika hal di atas tidak ditanggulangi maka akan memperpanjang proses pemulangan pasien dan berakibat fatal pada pembedahan kembali (Potter & Perry, 2006). Kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan ortopedi (Brunner & Suddarth, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat untuk melakukan ambulasi secara dini disebabkan oleh rasa nyeri yang dirasakan, kekhawatiran kalau tubuh yang digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang belum sembuh, robekan di tempat luka serta pembedahan kembali jika terjadi pergeseran struktur tulang (Kusmawan, 2008). Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi juga menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan ambulasi dini (Potter & Perry, 2006). Ketidaktahuan dan rendahnya pengetahuan pasien tentang ambulasi diharapkan dapat diatasi oleh perawat selaku educator yaitu dengan memberikan edukasi yang seharusnya menjadi bagian dari setiap fungsi pemberi asuhan. Perawat diharapkan mampu memberikan edukasi itu dengan baik kepada pasien sehingga pasien mengetahui pentingnya ambulasi dini dan meningkatkan kepatuhannya terhadap terapi ambulasi. Pengaruh perawat yang besar pada

kepatuhan melakukan ambulasi dini berupa penjelasan, latihan, dukungan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2006). Edukasi merupakan suatu usaha atau cara yang efektif untuk mempengaruhi psikologi sasaran sehingga mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan. Edukasi juga memberikan keterampilan dan kemampuan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003). Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan RB3 RSUP H. Adam Malik Medan, didapat informasi bahwa edukasi selalu diberikan kepada pasien. Edukasi dilakukan oleh perawat dan dokter yang sedang bertugas. Beliau juga mengatakan bahwa ambulasi selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien dan berkolaborasi dengan keluarga pasien. Pasien yang diberikan edukasi ada yang patuh untuk melakukan ambulasi dini tetapi ada juga yang tidak patuh untuk melakukan ambulasi dini. Banyaknya resiko yang timbul akibat kurangnya edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini menuntut perawat atau petugas kesehatan mampu memberikan edukasi bagi pasien pasca operasi khususnya pasien pasca operasi ekstremitas bawah agar kejadian-kejadian tersebut di atas dapat dihindari (Potter & Perry, 2006). Dengan adanya edukasi khususnya di bangsal orthopaedic mampu mempersiapkan pasien melakukan terapi ambulasi secara dini. Tetapi sampai sekarang belum ada penelitian tentang sejauh mana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

Berdasarkan hal-hal yang dijabarkan di atas, peneliti tertarik untuk mencoba mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.2 Tujuan Penelitian Mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah. 1.3 Pertanyaan Penelitian Sejauhmana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah? 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan untuk memberikan edukasi dalam meningkatkan kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi.

1.4.2 Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berharga bagi peneliti. Sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa mendatang. Selain itu juga menyediakan informasi awal untuk penelitian keperawatan di bagian medikal bedah khusunya di bangsal orthopaedic.