Topik 9 Genetika Kuantitatif

dokumen-dokumen yang mirip
Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

Rerata. Variance = Ragam. Varian/ragam (S 2 ) : Standar Deviasi : s = s 2

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

Prof..Dr. Ir. Kuswanto, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

TINJAUAN GENETIKA. BY Setyo Utomo

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer

Universitas Gadjah Mada

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

Pengaruh satu gen Apabila terjadi interaksi antar alel pada gen tertentu, maka genotip dapat digunakan untuk menduga penotipnya. Apabila dapat diketah

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN MATERI INTERAKSI GEN

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN. Ir. Wayan Sudarka, M.P.

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

VII. PEMBAHASAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

KERAGAMAN KUANTITATIF

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN

KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL

Alel Ganda Suhardi, S.Pt.,MP

Interaksi Antar Gen-Gen. Suhardi, S.Pt.,MP Peternakan, Universitas Mulawarman Genetika

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan tanaman berumah

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

JURNAL GENETIKA PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) PANJANG BADAN TERNAK SAPI PO

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

Definisi Genetika. Genetika Sebelum Mendel. GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) LINGKAR DADA TERNAK SAPI PO

XII biologi. Kelas PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I. Kurikulum 2006/2013. A. Pola-Pola Hereditas. Tujuan Pembelajaran

BAB III: PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SILANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen

SIMBOL SILSILAH KELUARGA

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

BAB IV ANALISIS GENETIK ADAPTASI KEDELAI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA RENDAH BERDASARKAN KARAKTER MORFO-FISIOLOGI DAUN

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun seleksi tidak langsung melalui karakter sekunder. Salah satu syarat

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF TOMAT SITI ZAMROH

AKSI GEN DAN HERITABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN BERAS MERAH PADA HASIL PERSILANGAN GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH TOLERAN KEKERINGAN X KALA ISI TOLO

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1978) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L.) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) termasuk dalam famili

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

Transkripsi:

Topik 9 Genetika Kuantitatif 9.1. Sifat Kuantitatif Sejauh ini pembicaraan tentang suatu fenotipe diasumsikan menggambarkan fenotipenya. Fenotipe sifat-sifat demikian mudah dibedakan, misalnya wama kulit buncis bersifat altematif yaitu putih atau abu-abu, tanamannya tinggi atau rendah, sehingga mudah dibedakan. Sifat-sifat demikian dikenal dengan istilah sifat diskontinyu (discontinue traits). Pada sifat-sifat demikian terdapat hubungan yang sederhana antara genotipe dengan fenotipenya. Dalam banyak kasus suatu gnotipe hanya menghasilkan satu macam fenotipe, sebaliknya suatu fenotipe merupakan hasil aktivitas suatu genotipe. Namun demikian telah kita maklumi bahwa hubungan antara genotipe dengan fenotipe dipengaruhi oleh fenomena-fenomena, misalnya ekspresivitas, penetrasi dan pleiotropi. Dengan kata lain suatu genotipe dapat menghasilkan beragam fenotipe karena genotipe berinteraksi dengan lingkungannya selama proses pertumbuha/perkembangan. Sifat-sifat seperti bobot bayi fahir, tinggi orang dewasa, kandungan protein jagung, menunjukkan kisaran fenotipe yang luas. Sifat-sifat yang menunjukkan kisaran keragaman fenotipe demikian sering disebut sifat kontinyu (continues traits). Pada sifat diskontinyu memiliki distribusi diskrtit, sedangkan sifat kontinyu memiliki distribusi kontinyu, sehingga periu dinyatakan secara kuantitatif. Sifat-sifat demikian sering disebut sifat kuantitatif. Sifat kontinyu memiliki kisaran fenotipe yang kontinyu pula. Untuk mengkaji pewarisan sifat kontinyu/kuantitatif perlu dilihat mengapa suatu sifat memiliki beragam fenotipe. Sifat kuantitatif dapat terjadi dalam berbagai cara. Umumnya kisaran fenotipe terjadi karena berbagai macam genotipe ada dalam suatu kelompok individu (populasi). Hal ini biasa terjadi apabila suatu karakter dikendalikan oleh banyak lokus. Misalnya, apabila suatu lokus dengan dua alel per lokus mengendalikan suatu sifat, maka ada tiga kemungkinan genotipe yakni AA, Aa, aa. Untuk dua lokus dengan dua alel per lokus akan diperoleh 9 genotipe (3 2 ), misal AABB, AABb, Aabb, AaBB, AaBb, Aabb, aabb, aabb, dan aabb. Demikian pula dengan pertambahan jumlah lokus sebanyak n, maka genotipe yang terbentuk sebanyak 3 n. jika terdapat lebih dari dua alel untuk setiap lokus maka akan dihasilkan macam genotipe jauh lebih banyak. Dengan demikian semakin banyak lokus yang mengendalikan suatu sifat, maka akan semakin banyak macam genotipe yang

mungkin terbentuk. Sifat yang dikendalikan oleh banyak lokus seperti ini disebut sifat poligenik atau sifat kuantitatif. 9.2. Heritabilitas Persoalan yang selalu muncul pada sifat-sifat kuantitatif adalah pertanyaan tentang seberapa jauh suatu sifat dikendalikan secara genetik dan seberapa jauh porsi pengendalian oleh lingkungan. Dengan demikian pertanyaan yang selalu berulang adalah bagaiman imbangan pengaruh alami (genetik) versus pemeliharaan (nature versus nurture) atau pengaruh gen versus lingkungan. Hal inilah yang menjadi fokus pembahasan genetika kuantitatif. Dengan demikian persoalannya dapat dinyatakan sbb. Seberapa besar variasi suatu karakter (fenotipe) yang teramati (Vp) disebabkan oleh variasi genetik (Vg) dan variasi lingkungan (Ve) atau sering dituliskan dengan formulasi yang sederhana sbb. Vp = Vg + Ve. Untuk mengukur suatu variasi fenotipe dan memilahnya menjadi variasi genetik dan variasi lingkungan dipertukan metode statistik. Heritabilitas adalah proporsi variasi fenotipik populasi yang disebabkan oleh faktor genetik. lsitilah ini seringkali disalah gunakan. Misalnya apabila individuindividu dalam suatu famili memiliki kemiripan dalam suatu aspek fenotipe, misalnya perawakan atau intelgensia, hal ini sering dianggap disebabkan oleh faktor genetik. Akan tetapi sering tejadi kemiripan tersebut semata-mata sebagai konsekuensi dari interaksi genotipe dengan lingkungan yang sama. Konsep heritabilitas dimaksudkan untuk menilai suatu karakter kuantitatif dalam kaitannya dengan kontribusi relatif faktor genetik dan lingkungan pada suatu sifat tertentu. Misalnya seberapa jauh efek gen mempengaruhi kebiasaan, misal kebiasaan minum alkohol, hal ini akan bermanfaat dalam membuat kebijakan sosial tetapi hal ini perlu ditafsirkan dengan sangat hati-hati karena besar kemungkinan terjadi penyalahgunaan tafsir. Untuk menilai suatu heritabilitas, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengukur variasi fenotipe suatu sifat, kemudian dilajutkan dengan pemerian varians tersebut kedalam berbagai sumber ragam penyebabnya. Varians fenotipe dapat diperikan menjadi varians genetik, varians lingkungan, kovarians genetik x lingkungan dan varians interaksi genetik x lingkungan yang dapat diformulasikan dalam persamaan sedehana sbb.: Vp = Vg + Ve + COVgxe + Vg+e.

Oleh karena kovarians g x e biasanya bemilai kecil maka biasa diabaikan dan dianggap nol oleh para ahli genetika. Pada komponen Vg dapat diperikan menjadi varians aditif (V A ) dan varians dominan (V D ) dengan memperhatikan interaksi tindak gen dalam lokus. Apabila terjadi inteaksi tindak gen antarlokus, biasa dikenal dengan isitilah epistasis, maka komponen varians genetik bertambah lagi dengan varians epistasis, V 1. Dengan demikian varians fenotipe menjadi : Vp=V A +V D +V I +Ve+COVgxe+Vg+e. Untuk memerikan varians fenotipe menjadi berbagai komponen varias seperti di atas diperlukan rancangan percobaan yang lebih khusus. 9.3. Macam-macam heritabilitas Secara umum ada dua jenis heritabilitas yang dikenal orang, yaitu heritabilitas arti luas (broad-sense heritability) dan heritabilitas arti sempit (narrow-sense heritability), yang masing-masing disimbulkan sbb.: heritabilitas arti luas (broad-sense heritability) = H = h 2 B = Vg/Vp, dan heritabilitas arti sempit (narrow-sense heritability) = h =h 2 N = V A /Vp. Lepas dari manfaatnya, parameter heritabilitas memiliki berbagai keterbatasan yang biasanya diabaikan orang, sehingga terjadi misused. Oleh karena itu konsep heritabilitas sering disebut sebagai suatu parameter yang paling sering disalah mengerti (misunderstood) dan disalahgunakan (misused) di bidang genetika. Di bawah ini dikemukan beberapa kualifiaasi dan keterbatasan konsep heritabilitas yang perlu diperhatikan. 1. heritabilitas tidak mengisyaratkan bahwa suatu sifat dikendalikan secara genetik. Apa yang terukur dari parameter heritabilitas hanyalah proporsi varians fenotipe diantara individu dalam suatu populasi karena perbedaan genotipenya. Hal inilah yang sering disalah mengerti dan dianggap sebagai suatu sifat dikendalikan genetik. Suatu gen sering mempengaruhi perkembangan suatu sifat, sehingga dapat dikatakan karakter tersebut bersifat genetik. Namun demikian perbedaan fenotipe antar individu dalam suatu populasi yang terukur pada parameter heritabilitas sama sekali bukan bersifat genetik. 2. heritabilitas diukur berdasarkan nilai varians yang hanya dapat dihitung untuk suatu kelompok individu, sehingga heritabilitas adalah karakteristik suatu populasi bukan karakter suatu individu. 3. heritabilitas tidak bersifat tetap untuk suatu karakter. Tidak ada nilai tertentu yang beriaku umum bagi suatu karakter. Nilai heritabilitas suatu karakter sangat

tergantung pada perubaan genotipe dan lingkungan dimana genotipe tersebut tumbuh. 4. bahkan apabila ada dua populasi dimana masing-masing populasi memiliki nilai heritailitas tinggi untuk karakter yang sangat berbeda, maka tidak dapat dikatakan bahwa kedua populasi tersebut berbeda secara genetik. 5. suatu karakter yang dimiliki oleh individu-individu dalam suatu famili tidak selalu memiliki nilai heritabilitas tinggi. Karakter demikian disebut karakter famili (familial trait). Karakter famili bisa disebabkan oleh gen yang sama ataupun oleh lingkungan yang sama, sehingga familiality tidak identik dengan heritability. 9.4. Pewarisan kuantitatif Pada awalnya para ahli kesulitan memahami bagaimana suatu karakter kuantitatif diwariskan, kecuali mereka sekedar memahami bahwa pola pewarisan karakter kuantitatif berbeda dari karakter kualitatif (karakter diskontinyu). Kajian yang pernah dilakukan para ahli tentang pewarisan kuantitatif adalah karakter panjang tongkol pada jagung. Pada tahun 1913, Rollins Emerson dan Edward East membuat persilangan jagung varietas jagung manis yang memilkii tongkol pendek dengan varietas jagung popcorn (jagung brondong) yang memiliki tongkol panjang, kemudian membuat sating silang sesama individu Fl. Dari percobaan tersebut mereka melaporkan bahwa sifat-sifat kuantitaif, dengan mengabaikan pengaruh lingkungan, memiliki karakteristik sbb.: 1. nilai rerata sifat kuantitatif pada populasi Fl mendekati nilai tengah antar kedua tetua. 2. nilai rerata sifat kuantitatif pada populasi F2 mendekati nilai rerata pada populasi Fl-nya. 3. pada populasi F2 menunjukkan kisaran yang lebih luas dibanding populasi Fl. 4. nilai-nilai ekstrim pada populasi F2 lebih jauh dari nilai ekstrim pada populasi Fl, mendekati nilai-nilai ekstrim kedua tetuanya. Dari data tersebut tidak dapat diterangkan menggunakan prinsip-prinsip genetika Mendel yaitu kaidah `satu gen-satu lokus' yang mengendalikan pewarisan karakter diskontinyu. Dengan demikian Emerson dan East mengemukankan hipotesis bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh banyak gen/lokus. Hipotesis ini dikenal dengan sebutan hipotesis poligenik atau multiple gen untuk pewarisan kuantitatif (polygene or multiple-gene hypothesis for quantitative inheritance). Pada karakter kauntitatif tidak ada dominansi antar alel dalam suatu lokus, sehingga ekspresi suatu

karakter tergantung pada berapa banyak alel yang berpengaruh terhadap fenotipe dikandung oleh genotipe yang bersangkutan. Dalam perspektif ini dikenal istilah alel berefek (contributing alleles) dan alel tidak berefek(noncontributing alleles). Misalnya pada karakter warna biji gandum, untuk genotipe RRCC (memiliki 4 alel berefek), maka fenotipenya akan berwarna merah gelap, sedang genotipe rrcc (tidak memiliki alel berefek) maka fenotipenya akan berwarna putih. Fenotipe wama dari suatu genotipe merupakan fungsi dari seberapa banyak genotipe tersebut memiliki alel berefek (dalam hal ini R dan C).