PENYEBAB SMK MENJADI SECOND CHOICE DAN LANGKAH- LANGKAH MENINGKATKAN DAYA SAING SEKOLAH KEJURUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA Oleh Prof. Dr. Ir. H. Bachtiar Hasan, MSIE. Jalur-jalur Diklat Kejuruan yang Permeabel dan Fleksibel

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB 1 P E N D A H U L U A N

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

KEEFEKTIFAN SEKOLAH TERAKREDITASI

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pendidikan adalah manusia.pendidikan bertujuan untuk. menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN Indonesia berada pada kategori Pembangunan Manusia Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Development Index (HDI) untuk 180 negara. Indonesia menempati peringkat ke- 110 dari 180 negara pada tahun 2015, mengalami penurunan dari tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

Transkripsi:

1 PENYEBAB SMK MENJADI SECOND CHOICE DAN LANGKAH- LANGKAH MENINGKATKAN DAYA SAING SEKOLAH KEJURUAN MATERI UJIAN SEMINAR Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Dosen Pengampu : Budi Sutrisno Disusun Oleh : SITI MUNASTI FIRIYA A 210 090 181 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

2 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman, dan bahkan Malaysia menempatkan pendidikan sebagai faktor strategis dalam memajukan bangsanya. Pendidikan yang berkualitas dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun pendidikan merupakan barometer tingkat kemajuan bangsa tersebut. Pendidikan sudah kita terima sejak lahir. Pendidikan bisa bersifat formal ataupun informal. Informal maknanya pendidikan bisa kita dapatkan melalui lingkungan, pergaulan, dan keseharian di rumah. Sedangkan, formal dalam artian pendidikan diperoleh melalui jalur resmi pendidikan seperti sekolah atau perguruan tinggi. Di Indonesia, upaya pembangunan pendidikan formal juga dilakukan di berbagai jenjang, mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Semua jenjang ini diharapakan memenuhi fungsi dan mencapai tujuan pendidikan nasional, seperti yang terdapat dalam Undangundang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) yang dirilis pada tanggal 5 Oktober 2009 Indonesia berada pada kategori Pembangunan Manusia Menengah dengan Indeks IPM 0,734, dan berada di urutan ke-111 dari 180 negara. Posisi ini kalah jauh dari negara tetangga kita, Malaysia, yang berada pada kategori Pembangunan

3 Manusia Tinggi dengan indeks IPM 0,829, dan berada pada urutan ke-66. IPM merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Terlihat jelas bagaiman kondisi pendidikan bangsa kita dewasa ini. Pada kenyataanya pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada masyarakat melalui nilai dan manfaat pendidikan itu sendiri. Rendahnya kualitas lulusan merupakan salah satu bukti bahwa pendidikan di Indonesia belum secara optimal dikembangkan. Relevansi pendidikan dalam hal substansi dengan kebutuhan masyarakat dinilai masih rendah. Parahnya lagi, pendidikan menjadi kawasan politisasi dari para pejabat. Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek pendidikan kita. 2. TEORI DAN PEMBAHASAN Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. (UUSPN 2, 1989 ) pendidikan kejuruan adalah pendidikann pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. PP 29 th1990 pasal 1 ayat 3 pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya. Education for Democracy (John Dewey), aliran democracy pendidikan sebagai sarana demokrasi. Pendidikan bersifat umum, siswa mengikuti

4 pendidikan tidak ditargetkan untuk menjadi tukang yang siap kerja, tetapi untuk mengetahui dan memahami apa yang terjadi dilingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan atau bekerja, pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan. Sedangkan fungsi dari pendidikan kejuruan adalah : Menyiapkan siswa menjadi manusia indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang untuk meningkatkan penghasilan. Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif. Memenuhi keperluan tenaga kerja di dunia industri dan usaha. Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain. Merubah status siswa dari status ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan. Menyiapkan siswa menguasai IPTEK, sehingga mampu mengikuti, menguasai dan menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK. Memilikii kemampuam dasar untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan. a. Landasan Filsafat Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa diajar dengan materi, alat, mesin dan tugas-tugas yang sama atau tiruan dimana siswa akan bekerja. Sekolah kejuruan akan efektif hanya jika siswanya dipeerkenalkan dengan situasi nyata untuk berpikir, berperasaan, berperilaku seperti halnya pekerja diindustri, dimana sisiwa akan bekerja setelah lulus. Siswa kejuruan akan efektif jika siswa dilatih langsung uintuk berpikir dan secara teratur untuk setiap jenis pekerjaan, iomdividu harus

5 memiliki kemampuan minimum agar mereka bisa mempertahankan diri untuk bekerja dalam posisi tersebut. Pendidikan kejuruan akan efektif jika membantu individu untuk mencapai cita-cita, kemampuan dankeinginannya untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan untuk suatu jenis keahlian, posisi dan keterampilan akan efektif hanya diberika kepda siswa yang memerlukan, menginginkan dan mendapatkan keuntungan daripadanya. Pendidikan kejuruanakan efekti apabila pengalaman latihan yang dilakukan akan membentuk kebiasaan bekerja dan beerpikir secara teratur dan betul-betul deperlukan untuk meningkatkan prestasi kerja. Pendidikan kejuruan akan efekti jika diajar oleh guru dan instruktur yang telah memiliki pengalaman dan berhasil didalam menerapkan keterampilan yang telah memiliki pengalaman mengenai operasi dan proses kerja yang dilakukan. Pendidikan kejuruan harus memahami posisinya dalam masyarakat, dan situasi pasar, melatih siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja dan dengan menciptakan kondisi kerja yang lebih baik. Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa hanya akan terjadi apabila training yang diberikan berupa pekerjaan nyata, dan buklan merupaka latihan semata. Materi training yang khusus pada suatu jenis pekerjaan tertentu hendaknya merupakan penghalaman tuntas pada pekerjaan tersebut. Pendidikan kejuruan akan menghasilkan pelayanan yang efisien apabila dilaksanakan dengan fleksibel, dinamais serta standar.

6 b. Masalah Dan Tantangan Pendidikan Nasional Sekarang ini banyak masyarakat yang menyuruh anaknya untuk ke Sekolah Menengah Atas daripada Sekolah Menengah Kejuruan dikarenakan masyarakat menganggap jika melanjutkan ke SMA maka akan mudah nantinya pada waktu akan melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka akan mudah dan bisa memilih jurusan apa saja. Anggapan masyarakat tersebut dikarenakan hal-hal berikut : Kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mamppu memenuhi kompetensi peserta didik. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK. Manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif, efisien dan akuntabel. Anggaran pembangunan pendidikan belum memadai (Dodi Nandika, LIPI, 2005). Relevansi dan mutu pendidikan kejuruan masih rendah. Akses terhadap pelayanan pendidikan menengah kejuruan belum memadai. Walaupun telah dilakukan banyak upaya, namun jenis keahlian dan jumlah lulusan yang dihasilkan belum sesuai dengan permintaan pasar kerja. Pengangguran kelulusanmasih belum teratasi. c. Faktor-Faktor Penyebab Kegiatan industri mengarah pada produk-produk eksport yang bersifat padat modal sehingga tidak memperluas kesempatan kerja, (Batubara 1990:2) Rendah kepedulian industri terhadap peningkatan mutu pendidikan kejuruan.

7 Industri besar dan menengah merasa terbebani dengan hadirnya siswa magang, (Joko, 1996:104) Hanya SMK negeri yang telah melakukan uji kompetensi/profesi, sedangkan SMK swasta belum. Partisipasi industri dalam uji kompetensi masih rendah, (Daldiri, 1998:134) Mengaitkan muatan pembelajaran disekolah dengan kegiatan magang siswa di industri belum merupakan prioritas bagi guru. Penyelenggaran pendidikan kejuruan belum sesuai dengan teori posser. d. Upaya-Upaya Peningkatan Daya Saing Pendidikan Kejuruan Untuk mengubah pandangan masyarakat mengenai Sekolah Menengah Kejuruan maka perlu adanya tindakan-tindakan agar SMK tidak lagi menjadi second choice dan juga menjadi pertimbangan masyarakat kedepannya, misalnya saja dapat dilakukan dengan hal-hal berikut : Pengembangan SMK bertaraf internasional yang menghasilkan tamatan yang memiliki jati diri bangsa mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing dipasar global. Tujuan kualitas pendidikan memiliki daya saing internasional (Renstra, Dediknas, 2005:67-69). Pendidikan lembaga sertifikasi profesi. Uji kompetensi dan sertifikasi tamatan SMK. Meningkatkan peran serta dunia usaha industri dalam penyelenggaraan SMK. Meningkatkan mutu manajemen di SMK. Mengembangkan SMK sebagai tempat uji kompetensi. Menningkatkan unit produksi di SMK. Meningkatkan kerjasama internasional.

8 Meningkatkan manajemen SMK dengan menerapkan prinsip God Governance. Keterlibatan MPKN dan MPKP dalam lomba keterampilan siswa tingkat pro[insi dan tingkat nasional. Menempatkan sisiwa magang di industri-industri luar negeri. Mengikuti siswa pada Asian Skill Competition. Mengikuti siswa pada World Skill Competition. e. Langkah Maju Menuju Peningkatan Daya Saing Untuk mendukung program-program SMK maka hendaknya pemerintah juga mengambil tindakan-tindakan agar SMK juga dikenal pada kalangan masyarakat dan menjadi pertimbangan. Langkah-langkah pemerintah yang perlu diambil adalah : Pengakuan pemerintah terhadap pentingnya pendidikan kejuruan bagi peningkatan daya saing bangsa. Kebijakan pemerintah mendirikan lembaga sertifikasi yang independen. Kebijakan pengembangan tenaga kerja nasional indonesia dengan melibatkan berbagai pihak. Lembaga pendidikan kejuruan mulai mengadopsi standar-standar lapangan melalui kurikulum berbasis kompetensi. Selain itu kebijakan lanjutan yang dibutuhkan : Harus ada kebijakan yang mengatur keseimbangan antara struktur jenis keahlian dan jumlah tenaga kerja lulusan SMK yang dibutuhkan dengan struktur yang disediakan. Perlu ada kebijakan tentang penerapan Seamless Education. Perlu ditetapkan standar guru kejuruan lintas negara.

9 Pelru kebujakan pelatihan guru instruktur kejuruan pada jabatanjabatan serta keterampilan yang mutakhir di industri. Perlu ada kebujakan untuk memodernisasi pendidikan kejuruan. Perlu ada kebijakan yang memungkinkan pendidikan melayani semua kelompok masyarakat termasuk kelompok pengangguran Perlu adanya koordinasi antara Depdiknas dan Depnaker dalam penanganan pendidikan/pelatihan kejuruan. Perlu peningkatan koordinasi antara Badan Standarisasi Nasional Pendidikan dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Perlu koordinasi antara pendidikan dalam sekolah dengan pendidikan di luar sekolah dalam penanganan pendidikan kejuruan. f. Hambatan Bagi Peningkatan Daya Saing Dalam proses pengembangan SMK juga ditemui kendala dan hambatan yang meyebabkan lambannya peningkatan daya saing, misalnya saja : Terjadi ketimpangan antara jumlah lulusan pendidikan kejuruan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Pendidikan kejuruan lamban dalam mempromosikan memasarkan program pelatihan, terutama pada kelompok pengangguran. Kebijakan pendidikan kejuruan belum kuat mengarah kepada upaya mengurangi jumlah pengangguran. Belum ada kebijakan yang mengintegerasikan pendidikan dan pelatihan kearah Continouing Education. Masih kecil peluang kelompok penganggur mengikuti pendidikan/pelatihan kerja. Pendidikan kejuruan sangat kekurangan guru kejuruan yang kompeten mengajarkan konsep dan praktik sesuai kebutuhan lapangan kerja.

10 Masih banyak pendidikan kejuruan yang mengorientasikan pengajaran dan penilainnya untuk mencapai kurikulum, bukan menuju kemahiran kompetensi sesuai yang dituntut lapangan kerja. Rendahnya anggaran pendidikan kekjuruan yang mengakibatkan guru kejuruan menjadi The Second Choice Job, fasilitas dan peralatan praktik ketinggalan jaman. Kurang kesempatan bagi sisiwa untuk praktik di industri. Lemah koordinasi antara Dediknas dan Depnaker, antara Badan Standarisasi Nasional Pendidikan dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi serta antara pendidikan dalam sekolah dan luar sekolah. 3. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan juga masih diragukan oleh banyak kalangan masyarakat dikarenakan lulusan yang dihasilkan belum sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja, selain itu dalam peningkatan daya saing ada banyak hambatan diantaranya industrii-industri kurang ikut berpartisipasi dalam praktik pendidkan kejuruan. Oleh karena itu diharap adanya partisipasinya dari industri untuk praktik, peningkatan mutu tenaga instruktur, peningkatan peralatan, serta ditingkatkan koordinasi dari berbagai pihak yang yang bersangkutan agar dapat menciptakan lulusan pendidika kejuruan yang mampu memenuhi permintaan pasar tenaga kerja. DAFTAR PUSTAKA

11 http://file.upi.edu/direktori/fptk/jur._pend._teknik_elektro/19551204 1981031- BACHTIAR_HASAN/PENDIDIKAN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.pdf http://www.acehforum.or.id/showthread.php?t=9553&page=1 http://hansiptk.wordpress.com/2010/10/12/9/ http://triananur.wordpress.com/2010/09/24/masalah-pendidikan-di-indonesia-dansolusinya/ http://file.upi.edu/direktori/fptk/jur._pend._teknik_arsitektur/19630 2041988031-MOKHAMAD_SYAOM_BARLIANA/Artikel- Makalah_Ilmiah/Revolusi_SMK.pdf