BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat beretnis Minangkabau di Desa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian kualitatif yang peneliti gunakan dalam proposal penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB V PARA AHLI WARIS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB IV PENUTUP. ekonomi dan karena kurangnya perhatian dari orang tua. memahami lagi falsafah adat yang ada di Minangkabau Adat Basandi

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Identitas Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda. Identitas Kelurahan Way Urang adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

POLA KOMUNIKASI ANTARA SUAMI ISTRI YANG MENIKAH SIRI SKRIPSI

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

2. Wanita. a. Sebelum mengisi pertanyaan terlebih dahulu tulislah dahulu identitas Bapak/Ibu/Saudara/I pada tempat yang telah disediakan.

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dahulu bangso nan baharago kini pitih nan paguno (Dahulu bangsa yang berharga, kini uang yang berguna)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dalam hidupnya. Kebutuhan akan komunikasi diawali dengan asumsi

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut observasi awal peneliti kelompok-kelompok beladiri ini mulai banyak

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia akan berkembang apabila manusia itu sendiri dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umunmya sistem kekerabatan suku bangsa yang ada di Indonesia menarik garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat Minangkabau sistem kekerabatan yang dianut adalah sistem matrilinal, yaitu menarik garis keturunan berdasarkan garis ibu. Seorang terniasuk anak dari ibunya dan bukan keluarga ayahnya. Seorang ayah di keluarga Minangkabau berada di luar keluarga anak istrinya. Anak laki-laki muda (remaja) dalam masyarakat Minangkabau disebut bujang. Di rumah orang tuanya, ia memiliki status sosial yang lemah. Di samping tidak berhak memiliki harta pusaka yang diwarisi secara turun menurun, juga tidak memperoleh fasilitas yang sama dengau saudaranya yang perempuan. Seperti yang dikemukakan oleh Hamka (1985: 25) bahwa pada hakikatnya orang laki-laki Minangkabau amat sengsara, dia tidak mempunyai tempat tinggal di rumah ibunya, yaitu sampai umur 6 tahun. Lepas dari itu, dia sudah mesti tidur di surau bersama-sama temannya sambil belajar mengaji Alquran. Malu benar bagi orang Minang yang asli, tidur di rumah apabila telah pandai melangkah ke surau.

2 Ada dua jalan yang dapat ditempuh oleh anak laki-laki Minang untuk lepas dari kaidah adat tersebut, yaitu berumah tangga atau merantau, dan bagi yang belum mampu berumah tangga hanya tersedia satu jalan yaitu merantau. Hak waris dalam Suku Minangkabau adalah menganut sistem matrilinial yang berarti menarik garis dari ibu. Menurut adat Suku Minangkabau pewaris merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan orang yang mengalihkan harta kekayaan yang dimilikinya kepada pada warisnya setelah meninggal dunia. Hal ini ditegaskan bahwa pewaris adalah orang yang mempunyai harta warisan (Hadikusuma, 1980: 24). Untuk menentukan siapa saja yang bukan menjadi ahli waris dalam suku Minangkabau dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: 1. Kelompok garis keturunan, yaitu garis-garis yang menentukan urutan-urutan keutamaan diantara golongan-golongan dalam keluarga pewaris. Kelompok garis keturunan ini adalah orang yang masih mempunyai hubungan darah dengan pewaris. Kelompok garis keutamaan ini pun diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Golongan keutamaan I, yaitu : Keturunan pewaris b. Golongan keutamaan II, yaitu : Orang tua pewaris c. Golongan keutamaan III, yaitu : Saudara-saudara pewaris dan keturunannya d. Golongan keutamaan IV, yaitu : Kakek dan nenck pewaris Pada kelompok garis keturunan ini pada kelompok di atasnya lebih diprioritaskan dibandingkan kelompok di bawahnya.

3 2. Kelompok garis pengganti, yaitu garis hukum yang bertujuan untuk menentukan siapa diantara orang-orang yang hubungan dengan pewaris tidak dihalangi orang lain. Misalnya antar pewaris dengan cucunya, jika anak dari pewaris (bapak dari cucu tersebut) telah meninggal dunia, maka cucu tersebut adalah sebagai ahli waris pengganti ayahnya. Anak-anak laki-laki dari seorang ahli waris pengganti tempat, seandainya yang meninggal dunia itu tidak mempunyai anak laki-laki maka bagian itu jatuh kepada kakeknya atau bapak yang mewariskan (Soehadi dan Dijk 1979:45). Harta peninggalan dalam suku Minangkabau adalah semua harta kekayaan yang diteruskan orang tua selaku pewaris kepada ahli warisnya, ketika pewaris telah meninggal dunia. Pada masyarakat Minangkabau, harta peninggalan diwariskan kepada anak-anak yang berjenis kelamin perempuan dan hal ini telah ditetapkan dalam hukum adat Minangkabau. Adapun benda-benda yang diwariskan itu berupa rumah, kebun ataupun sawah yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan menurut adat. Apabila ditinjau dari segi asal usulnya, harta peninggalan tersebut dapat dikategorikan sebagai harta pusaka, harta bawaan, dan harta mata pencarian. Dalam masyarakat Minangkabau, keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan seorang anak yang kemudian berkembang menjadi remaja, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai makluk sosial. Sebagai sebuah sistem sosial, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak agar memiliki fungsi masing-masing dan setiap anggota keluarga harus mengadakan koordinasi dan penyesuaian terhadap semua anggota keluarga. Menurut Hadotono (1986: 18), suasana

4 keluarga terutama komunikasi antara anggota mempunyai pengaruh besar tertiadap perkembangan anak. Hal tersebut merupakan tantangan besar dalam komunikasi antarpribadi dalam keluarga. Semua aspek kepribadian anak akan terbentuk melalui interaksi dari faktor-faktor yang ada di sekitarnya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor keluarga, khususnya suasana komunikasi antar angggota keluarga, karena faktor inilah yang berperan pertama kali dalam mempengaruhi dan membentuk kepribadian anak. Suasana komunikasi antarpribadi dalam keluarga itu sendiri dapat dilihat pada sistem keluarga terbuka dan tertutup. Terkait dengan komunikasi dalam keluarga Effendy (2000: 18), mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah bentuk komunikasi yang efektif, karena dalam prosesnya komunikasi yang dilakukan komunikator dan komunikan berlangsung dalam konteks tatap muka (face to face communication), sehingga lebih menjamin kredibilitas dan keefektifannya. Menurut N.M. Rangkoto, Dt. Bandaro (1984: 12), potensi konflik dalam Suku Minangkabau adalah tentang pembagian hak wars anak laki-laki tidak dapat memperoleh warisan ketika orang tuanya meninggal dunia. Kalaupun ada, hal tersebut diperoleh dari sebagian orang tuanya, mereka berdasarkan kesepakatan dari pemuka-pemuka adat yang disebut dengan ninik mamak. Dengan demikian, sebagai ahli warts dalam suku Minangkabau adalah anak perempuan saja. Oleh karena itu sangat pentingnya dilakukan komunikasi antarpribadi orang tua dengan anak dalam lingkup keluarga inti, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, melalui percakapan, sikap atau perilaku dalam menyampaikan pesan-pesan

5 mengenai sistem pewarisan harta dalam adat Minangkabau. Penekanan komunikasi dalam konteks ini dilakukan pada anak laki-laki, agar anak laki-laki memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai dasar atau alasan hukum adat yang menggariskan bahwa harta warisan jatuh kepada anak perempuan. Corak komunikasi yang dilakukan bersifat pribadi, yaitu mengenai kepentingan pribadi, yakni mengenai kepentingan pribadi pelaku komunikasi dan jugs mei:yangkut seluruh anggota kelompok sesuai dengan pesan dan kedudukannya dalam kelompok. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang paling ampuh dalam mengubah sikap, pandangan dan perilaku (to change attitude, opinion and behaviuor) dibandingkan dengan komunikasi kelompok atau komunikasi bermedia (Effendy, 2000: 18). Fenomena yang terjadi di Desa Way Urang di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, yaitu masyarakat yang dominan Suku Minangkabau sudah mengalami pergeseran adat dan perubahan konsep kebudayaan yang tidak perlu mendapatkan posisi dominan. Berarti kebudayaan adalah sesuatu yang selalu dapat direvisi, diubah atau dimodifikasi menjadi bentuk resultan pada suatu waktu. Dalam konteks harta waris, adanya Suku Minangkabau di perantauan ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti, sebab anak-anak di dalam keluarga suku Minangkabau cenderung lebih mengandalkan informasi dari orang tua mereka mengenai pembagian harta waris, dibandingkan dengan anak-anak yang lahir di Sumatera Barat. Di tanah kelahirannya sumber informasi mengenai pembagian harta waris ini sangat beragam, baik dari sekolah

6 (melalui muatan pendidikan lokal), lembaga-lembaga adat maupun dari tokohtokoh masyarakat adat Minangkabau. Oleh karena itu, dalam fenomena ini yang sangat berperan penting, berubah atau bergesernya budaya yang terjadi disuku Minangkabau perantauan adalah adanya komunikasi antarpribadi yang efektif antara orang tua dan anak atau anak dan orang tua dalam sebuah keluarga, karena komunikasi antarpribadi bertujuan: a. Supaya pesan yang disampaikan itu dapat dimengerti, sebagai komunikator harus mampu menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan tuntas, sehingga komunikan dapat dimengerti apa yang komunikator maksud. b. Supaya gagasan atau komunikator dapat diterima komunikan, maka komunikator harus melakukan pendekatan kepada komunikan dan tidak memaksakan kehendak pada komunikan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk menganalisis komunikasi antarpribadi orang tua dan anak dalam konteks hak wars pada masyarakat Minangkabau di perantauan. Penelitian ini akan dilakukan pada keluarga yang bersuku Minangkabau di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Adapun pertimbangan penulis dalam menentukan lokasi penelitian adalah sebagai berikut: a. Penduduk di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan pada umumnya adalah pendatang. Data monografi kelurahan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa dari sebanyak 762 Kepala Keluarga (KK), terdapat 112 KK atau 14,70% penduduk yang bersuku Minangkabau. Selain itu terdapat berbagai suku lain seperti Lampung, Jawa, Batak, Palembang, Sunda dan Banten. Adanya KK bersuku Minangkabau ini

7 sangat menunjang pelaksanaan penelitian karena mereka merupakan sumber informasi utama yang dijadikan informan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. b. Berdasarkan wawancara prariset pada dua KK bersuku Minangkabau di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan maka diketahui bahwa pada dasamya orang tua berupaya untuk membangun komunikasi antarpribadi dengan anak, khususnya ketika mereka telah memasuki usia yang dianggap dewasa untuk membicarakan masalah hak waris keluarga kepada anak perempuan (sistem matrilinial). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga bersuku Minangkabau melaksanakan proses pewarisan budaya di dalam keluarga melalui proses komunikasi antarpribadi. (Sumber: Prariset pada Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Juli 2010). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Bagaimanakah komunikasi antarpribadi orang tua dengan anak dalam konteks hak waris pada Suku Minangkabau di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan?" 1.3 Tujian Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komunikasi antarpribadi orang tua dengan anak dalam konteks hak waris pada Suku Minangkabau di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan

8 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan memperkaya khasanah ilmu komunikasi tentang analisis komunikasi antarpribadi orang tua dan anak dalam konteks hak waris pada masyarakat Minangkabau di perantauan. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini dapat diharapkan berguna bagi semua pihak dan sebagai tambahan referensi untuk penelitian-penelitian yang berhubungan dengan kajian mengenai komunikasi antarpribadi dan hak waris.