PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 29

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

I. PENDAHULUAN. kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pembelajaran

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

Evriani Yudi Kurniawan Riski Muliyani Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

I. PENDAHULUAN. dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh serta

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

I. PENDAHULUAN. dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Bandar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

Ria Septiana, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 2

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

Kata kunci: Efektivitas, keterampilan proses, pendekatan induktif, sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hermansyah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung. Penentuan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para

DAFTAR ISI Mochamad Yuniardi, 2014 Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan subyek dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

PENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN INDUKSI MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN AKADEMIK DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PF-07: EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY- INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

Transkripsi:

Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Aam Amilasari 1) dan Asep Sutiadi 2) 1) Alumni Prodi Pendidikan Fisika 2) Dosen Jurusan Pendidikan Fisika ABSTRAK Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kecakapan akademik siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing karena model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan berpikir ilmiah dengan menempatkan siswa sebagai pembelajar. Siswa dituntut untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya guna memecahkan masalah yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kecakapan akademik dan efektivitas pembelajaran setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini menggunakan desain penelitian one group pretes-posttes design dengan sampel eksperimen yang ditentukan (purposive sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecakapan akademik siswa yang diukur melalui tes mengalami peningkatan dari kategori sangat rendah ke kategori sedang dengan kriteria peningkatan sedang. Berdasarkan hasil observasi, kecakapan akademik siswa yang teramati mengalami peningkatan dalam setiap pertemuan pembelajaran dengan kriteria dari cukup terampil menjadi terampil. Efektivitas pembelajaran berada pada kriteria sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kecakapan akademik siswa Kata kunci: Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Kecakapan Akademik PENDAHULUAN Fisika pada tingkat SMA/MA merupakan salah satu cabang IPA yang penting untuk diajarkan sebagai suatu mata pelajaran tersendiri karena memberikan bekal ilmu kepada peserta didik dan menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006). Pembelajaran fisika sangat berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga pembelajaran fisika bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Tujuan pembelajaran fisika adalah memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain serta memperoleh pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data.

Hasil observasi yang dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung, menunjukkan bahwa: (1) siswa sangat jarang melakukan percobaan, sehingga siswa belum bisa melaksanakan percobaan sendiri meskipun prosedur percobaan telah disediakan oleh guru, (2) siswa tidak mampu mengajukan hipotesis percobaan yang akan dilakukan, (3) siswa belum bisa menyelesaikan permasalahan secara mandiri, selalu ingin dibimbing oleh guru, (4) siswa kurang digali pemikirannya pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa lebih banyak mendengar, menulis apa yang diinformasikan oleh guru, dan mengerjakan soal latihan berdasarkan contoh soal yang diberikan guru. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa selama proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif dan konsep yang diperoleh bukanlah hasil dari penemuannya sendiri. Berikut ini adalah hasil tes pendahuluan kecakapan akademik siswa mengenai Suhu dan Kalor di kelas XI di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Tabel 1 Hasil Tes Pendahuluan Kecakapan Akademik Siswa Aspek Kecakapan Akademik Persentase Keterangan 1. Mengidentifikasi variabel 42,53% Rendah 2. Menghubungkan variabel 48,28% Rendah 3. Mengajukan hipotesis 44,83% Rendah 4. Merancang percobaan 27,58% Sangat rendah Rata-rata 40,81% Rendah Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kecakapan akademik harus ditingkatkan karena reratanya masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis mencoba memberikan salah satu alternatif model pembelajaran, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan cara berpikir ilmiah (kecakapan akademik) dengan menempatkan siswa sebagai pembelajar guna memecahkan permasalahan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan tuntutan KTSP yang menyatakan bahwa pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (BSNP, 2006). Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge (1973), yaitu: (1) Meningkatkan potensi intelektual siswa; (2) Memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan; (3) Memperpanjang proses ingatan; (4) Memahami konsep-konsep sains dan ide-idenya dengan baik; (5) Pengajaran terpusat pada siswa; (6) Menghindarkan siswa belajar dengan hafalan. 2

Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing diawali dengan pemberian permasalahan yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Kemudian guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengundang siswa untuk mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi masalah dalam membentuk hipotesis, sehingga siswa tertarik untuk curah pendapat. Selanjutnya berdasarkan pendapat siswa, guru mengajak siswa untuk merancang dan melakukan penyelidikan guna menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Ketika melakukan penyelidikan, siswa mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh kemudian mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Pullaila (2007) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan kecakapan akademik dengan menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri atau dalam bentuk kelompok guna memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang akan diterapkan dalam penelitian ini dapat menunjang upaya mewujudkan keterlibatan siswa dalam menggali ilmu pengetahuan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru melalui percobaan. Dalam proses pembelajarannya siswa dapat mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesisnya dengan tahapan-tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator, guru tidak mendominasi pembelajaran siswa. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kecakapan akademik dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kecakapan Akademik Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1.Tahap menyajikan pertanyaan atau masalah Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Kecakapan Akademik Aktivitas Guru Guru memberikan permasalahan kepada siswa, kemudian siswa diundang untuk mengidentifikasi masalah tersebut. Guru memberikan pertanyaanpertanyaan yang dapat mengundang siswa untuk mengumpulkan informasi. Kecakapan Akademik pada Siswa Siswa mengidentifikasi masalah mengidentifikasi dan menghubungkan variabel) 2. Tahap membuat Guru memberikan kesempatan kepada siswa a. Siswa membuat hipotesis 3

Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing hipotesis 3. Tahap merancang percobaan 4. Tahap melakukan percobaan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Kecakapan Akademik Aktivitas Guru untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas percobaan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkahlangkah percobaan yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkahlangkah percobaan. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan. Guru mengarahkan siswa supaya tidak salah dalam melakukan percobaan. Kecakapan Akademik pada Siswa merumuskan hipotesis) b. Siswa mengajukan hipotesis sesuai masalah (kecakapan akademik aspek merumuskan hipotesis) c. Siswa mengajukan hipotesis dengan menggunakan bahasa yang baik (kecakapan akademik aspek merumuskan hipotesis). a. Siswa menentukan variabel bebas dan variabel terikat mengidentifikasi variabel) b. Siswa menentukan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan(kecakapan akademik aspek merancang percobaan) c. Siswa menentukan langkahlangkah percobaan merancang percobaan) d. Siswa menggambarkan rancangan percobaan (kecakapan akademik aspek merancang percobaan) a. Siswa merangkai dan menggunakan alat dan bahan b. Siswa melakukan pengamatan c. Siswa membaca alat ukur 4

Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 5. Tahap mengumpulk an dan menganalisis data 6. Tahap membuat kesimpulan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Kecakapan Akademik Aktivitas Guru Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk bertanya hal-hal yang menyangkut pengumpulan dan analisis data. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Kecakapan Akademik pada Siswa a. Siswa mencatat data percobaan pada tabel mengidentifikasi variabel) b. Siswa mengumpulkan data (kecakapan akademik c. Siswa mengolah data percobaan dan mencatat hasilnya pada tabel menghubungkan variabel) d. Siswa menggambarkan data percobaan kedalam bentuk grafik (kecakapan akademik aspek menghubungkan variabel) e. Siswa menginterpretasi grafik menghubungkan variabel) f. Siswa membuat laporan hasil percobaan pada LKS Siswa menarik kesimpulan hasil percobaan (kecakapan akademik aspek menghubungkan variabel) DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Postest Design. Sekelompok siswa diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebanyak tiga kali pertemuan. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretes) dan setelah perlakuan (postes) diberikan dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mengukur kecakapan akademik siswa. Instrumen yang digunakan sebagai pretes dan postes merupakan instrumen untuk mengukur kecakapan akademik aspek mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan merancang hipotesis. Aspek peningkatan 5

kecakapan akademik yang diukur melalui tes dilakukan melalui analisis nilai gain ternormalisasi. Pengukuran kecakapan akademik juga dilakukan selama proses pembelajaran atau ketika siswa mendapatkan perlakuan, yaitu dengan cara mengobservasi tiap aspek kecakapan akademik, kemudian dilihat peningkatan IPK tiap pertemuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes diperoleh perbandingan antara nilai pretes, postes, gain, dan gain ternormalisasi seperti pada gbr. 1. Peningkatan kecakapan akademik yang diambil berdasarkan tes diperoleh sebesar 0,59 (gain ternormalisasi). Kesimpulan yang dapat diambil adalah kecakapan akademik meningkat setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kriteria peningkatan sedang. 30 28.67 Skor Rata-rata Siswa 25 20 15 10 5 0 9.25 19.42 Pretes Postes G <g> Nilai Pretes, Postes, Gain, dan Gain Ternorm alisasi 0.59 Gambar 1 Peningkatan Kecakapan Akademik Siswa Berdasarkan gbr. 1 dapat juga dihitung efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing berkaitan dengan pengaruhnya terhadap kecakapan akademik siswa yang dapat ditentukan dari nilai rata-rata gain ternormalisasi. Hasil pengolahan diperoleh skor gain termormalisasi termasuk pada interpretasi sedang. Ini artinya model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dengan kategori sedang dalam meningkatkan kecakapan akademik. Analisis dilanjutkan berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh melalui instrumen tes untuk aspek kecakapan akademik mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan merancang hipotesis. Hasil analisis ditunjukkan pada gbr. 2. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tiap aspek kecakapan akademik mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kriteria peningkatan sedang. 6

Pretes Postes Gain Gain Ternor malisa si Skor Siswa 14 12 10 8 6 4 2 0 Mengidentifikasi variabel 12.9 7.43 5.75 4.53 4.8 5.53 4.66 5.47 1.93 2.6 0.67 0.95 0.53 0.87 0.57 0.64 Menghubungkan variabel Merumuskan hipotesis Merancang percobaan Aspek Kecakapan Akademik Gambar 2 Peningkatan Tiap Aspek Kecakapan Akademik Untuk melengkapi hasil analisis berdasarkan tes, juga dilakukan pengukuran melalui observasi yang meliputi keseluruhan aspek kecakapan akademik siswa. Analisis didasarkan pada perhitungan terhadap IPK tiap kelompok. Hasil analisis ditampilkan pada gbr. 3. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kecakapan akademik yang teramati meningkat setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dari kriteria cukup terampil menjadi terampil. IPK Siswa (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.69 75.43 58.95 1 2 3 Pertemuan ke Gambar 3 Peningkatan Kecakapan Akademik yang Teramati Tiap Pertemuan Analisis dilanjutkan berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh melalui observasi untuk aspek kecakapan akademik mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, merancang hipotesis, dan melakukan percobaan. Hasil analisis ditunjukkan pada gbr. 4. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tiap aspek kecakapan akademik yang teramati mengalami peningkatan 7

setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Adapun Urutan peningkatan aspek kecakapan akademik dari yang terbesar adalah merumuskan hipotesis (dari cukup terampil menjadi sangat terampil), merancang percobaan (dari cukup terampil menjadi terampil), mengidentifikasi variabel (dari cukup terampil menjadi terampil), melakukan percobaan (dari cukup terampil menjadi terampil), dan menghubungkan variabel (dari kurang terampil menjadi cukup terampil). Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Nilai IPK siswa (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 61.11 75.56 90.56 57.78 78.52 86.67 56.11 77.22 71.67 54.44 74.81 72.22 65.33 79.17 89.17 20 10 0 Merumuskankan hipotesis Merancang percobaan Mengidentifikasi variabel Menghubungkan variabel Melakukan percobaan Aspek Kecakapan Akadem ik Gambar 5 Peningkatan Tiap Aspek Kecakapan Akademik yang Teramati Tiap Pertemuan KESIMPULAN Kecakapan akademik yang diukur melalui tes mengalami peningkatan dengan kriteria peningkatan sedang. Kecakapan akademik yang diukur melalui observasi mengalami peningkatan dari cukup terampil menjadi terampil. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kecakapan akademik termasuk ke dalam kategori sedang. DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis pada PPS UPI. Tidak diterbitkan. Sund and Trowbridge. (1973). Teaching science by Inquiry in the Secondary Scool. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company. 8