BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang menuju masyarakat modern, yang mengubah no rma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka yang berdampak menyangkut salah satu perilaku kesehatan remaja adalah masalah seksual (Suryoputro, 2006). Masa remaja mengalami perubahan-perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, rasa ingin tahu (curiousity) yang sangat besar (Sarwono, 2006). Persoalan remaja selamanya hangat dan menarik, baik di negara yang telah maju maupun di negara terbelakang, terutama negara yang sedang berkembang (M.Arifin, 2011). Peran orang tua dalam mencegah kehamilan pranikah sangat diperlukan dengan memberikan peran asih, asah, dan asuh (Friedman, 1998). Hasil survey yang dilakukan WHO, ada sekitar 16 juta remaja hamil usia 15-19 tahun diseluruh dunia. Sementara di Amerika ada 100 remaja yang hamil setiap jamnya, atau sekitar 900.000 pertahun. Dan tercatat ada 9 juta kasus baru penyakit menular seksual pertahun, dan 15.000 kasus baru HIV pada rentang usia 15-24 tahun (Deny, 2014). Menurut BKKBN RI tahun 2011 memperkirakan jumlah aborsi tiap tahunnya lebih dari 2.000.000 per tahunnya, yang berarti tiap tahun ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh secara keji (Saputrohayat, 2012). Pada 2012 didapatkan fakta 4,8% dari total jumlah 1

2 pernikahan di Indonesia dilakukan anak usia 10-14 tahun. Sementara itu, persentase tertinggi adalah perempuan menikah usia 15-19 tahun, yaitu 41,9% dari total jumlah pernikahan di Indonesia (Andapita, 2013). Penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Surabaya antara tahun 2009-2010, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali. Data ini didukung beberapa hasil penelitian bahwa terdapat 98% mahasiswi Surabaya yang melakukan seks pra nikah mengaku pernah melakukan aborsi. Secara kumulatif, aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh wanita yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para remaja. Artinya, ada 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang diperkirakan melakukan aborsi setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkan tiap hari 100 remaja melakukan aborsi dan jumlah kehamilan pranikah pada remaja meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun (Misbahol, 2012). Penelitian dilakukan di Kabupaten Ponorogo untuk memudahkan peneliti dalam konsentrasi kuliah, mengurus surat penelitian, dan konsultasi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan dan BKKBN Ponorogo tidak ada data kehamilan pranikah dan terdapat data persalinan usia 15-19 tahun (2014) sejumlah 634 remaja. Data kunjungan pemeriksaan kehamilan Puskesmas Sawoo tertinggi 18 remaja usia 14-21 tahun berasal dari Desa Sawoo berdasarkan data kunjungan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan data Kepala Desa Sawoo ada remaja hamil sebelum pranikah di Dukuh Kleco, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo dan kepala desa tidak menjelaskan secara spesifik.

3 Kehamilan di luar nikah mempunyai dua pilihan yaitu mempertahankan kehamilan atau menggugurkan kehamilan dengan aborsi yang keduanya mempunyai risiko yang sama-sama berat (Maia, 2009). Penyebab utama terjadinya kehamilan Pranikah adalah kesalahan informasi atau kurangnya informasi yang relevan, mengabaikan bahwa tingkah laku seksual akan menyebabkan kehamilan, tidak memperdulikan apakah mereka akan hamil atau tidak, dan salah mengartikan konsep cinta, keintiman berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse) (Irawati, 2005). Dampak hamil pranikah pada remaja mengakibatkan dampak dan tekanan psikologis. yaitu ketakutan, kecewa, menyesal dan rendah diri. Dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak mau bertanggung jawab. Perasaan bersalah membuat mereka tidak berani berterus terang pada orang tua, nekad melakukan pengguguran kandungan dengan pijat ke dukun atau obat. Sementara dampak psikologis dari pihak orang tua adalah perasaan malu dan kecewa. Merasa gagal untuk mendidik remaja mereka terutama dalam hal moral dan agama. Kehamilan di luar nikah masih belum bisa diterima di masyarakat Indonesia. Sehingga anak yang dilahirkan nantinya juga akan mendapat stigma sebagai anak haram hasil perzinahan. Anak seharusnya mendapat perlindungan hak seperti hak Perlindungan, perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, kekerasan dan keterlantaran, dan hak Tumbuh Kembang, hak memperoleh pendidikan dan hak mencapai

4 standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial (Ibnu, 2014). Kendati ada juga yang kemudian dinikahkan, kemungkinan besar pernikahan tersebut banyak yang gagal karena belum ada persiapan mental dan jiwa yang matang (Tari Romana, 2015). Menariknya masalah ini untuk diteliti adalah karena masalah remaja sangat meresahkan orang tua, masyarakat, bahkan negara, mengingat apa yang dilakukan oleh remaja saat ini sangat membahayakan masyarakat dan berdampak pada kepentingan orang banyak (M.Arifin, 2011). Untuk mencegah kehamilan pranikah pada remaja diperlukan peran orang tua sebagai fungsi asah, asih, dan asuh seperti, mengingatkan agar tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, melakukan kegiatan positif, menghindari hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex, jangan terjebak pada rayuan gombal, menghindari pergi dengan orang yang tidak terkenal, mendekatkan diri pada tuhan (Irawati, 2005). Pencegahan kehamilan pranikah pada remaja dapat dilakukan dengan pencegahan mengajarkan kaum muda tentang pendidikan seksualitas, dampak dampak seks dan kehamilan pranikah. Selain itu, masyarakat harus membahas ketidakadilan dalam memberi kesempatan yang menempatkan wanita dalam kondisi dimana mereka beresiko lebih besar untuk menjadi korban masalah sosial, seperti kehamilan remaja (Leovina, 2012). Dari fenomena-fenomena diatas membuat penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan judul Peran Orang Tua Terhadap Remaja Dalam Pencegahan Kehamilan Pranikah di RW 01, dan 02, Dukuh Kleco, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang di dapat Peran Orang Tua Terhadap Remaja Dalam Pencegahan Kehamilan Pranikah di RW 01, dan 02, Dukuh Kleco, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui Peran Orang Tua Terhadap Remaja Dalam Pencegahan Kehamilan Pranikah di RW 01, dan 02, Dukuh Kleco, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian Setelah peneliti melakukan penelitian nanti, diharapkan hasil dari penelitian tersebut dapat mempunyai manfaat sebagai berikut: 1.4.1 Teoritis 1. Bagi IPTEK IPTEK dapat menggunakannya sebagai dasar untuk lebih memantapkan dalam pemberian informasi tentang pencegahan perilaku kehamilan pranikah pada remaja. 2. Bagi Institusi FIK Institusi FIK, dapat menggunakannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang keperawatan komunitas khususnya tentang pencegahan perilaku kehamilan pranikah pada remaja.

6 3. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan hasil penelitian yang didapat serta sebagai sumber atau bahan untuk penelitian selanjutnya dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Praktis 1. Bagi Orang tua (Responden) Orang tua agar dapat lebih tahu dan memahami cara pencegahan perilaku kehamilan pranikah pada remaja. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti lebih lanjut yang berhubungan tentang kehamilan pranikah pada remaja. 3. Manfaat Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo bermanfaat sebagai masukan untuk mengembangkan kurikulum, khususnya mata kuliah Komunitas. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan sehubungan dengan penelitian ini yang peneliti temukan di Internet antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Heriana, Hermansyah, dan Solihati, (2008) Program Studi D-III Kebidanan STIKes Kuningan yang berjudul Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan Pranikah Di Kalangan Pelajar Di Desa Setianagara Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

7 antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (p = 0,041), latar belakang keluarga (p = 0,024), dan sumber informasi tentang seksualitas (p = 0,033) dengan kejadian kehamilan pranikah di kalangan remaja di Desa Setianagara. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kehamilan pranikah, dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan Pranikah Di Kalangan Pelajar, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Peran Orang Tua Terhadap Remaja Dalam Pencegahan Kehamilan Pranikah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2012) Universitas Negeri Malang yang berjudul Perilaku seks dan kehamilan pranikah remaja (studi fenomenologi). Penelitian ini menemukan prevalensi kehamilan pranikah remaja di Kabupaten Sumedang tinggi (40,5%). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kehamilan pranikah, dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Perilaku seks dan kehamilan pranikah remaja (studi fenomenologi), sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Peran Orang Tua Terhadap Remaja Dalam Pencegahan Kehamilan Pranikah. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Azinar (2013) yang berjudul Perilaku Seksual Pranikah Berisiko Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 12,1% mahasiswa memiliki perilaku

8 seksual pranikah berisiko terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square menunjukkan ada lima variabel yang secara signifikan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah mahasiswa yaitu religiusitas, sikap, akses dan kontak dengan media pornografi, sikap teman dekat, serta perilaku seksual teman dekat. Simpulan penelitian adalah perilaku seksual teman dekat, sikap responden terhadap seksualitas,. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kehamilan pranikah, dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Perilaku Seksual Pranikah Berisiko Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Peran Orang Tua Terhadap Remaja Dalam Pencegahan Kehamilan Pranikah.