PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Wahyu Eko Saputro 1), Siti Istiyati 2), Peduk Rintayati 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL TGT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

UPAYA MENINGKATKAN PENERAPAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL THE POWER OF TWO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Keywords: TAI (Team Assisted Individualization), increase, math, learning outcomes

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DENGAN MODEL INKUIRI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

PENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM (SDA) DALAM IPA DENGAN MENERAPKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PECAHAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONCEPT SENTENCE

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI PENERPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BANGUN DATAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL KOOPERATIVE TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE (PEMBELAJARAN BERSIKLUS) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN METODE BAMBOO DANCING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR

PENERAPAN METODE GUIDED NOTE TAKING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL SCRAMBLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL KOOPERATIF METODE TALKING STICK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

PELAKSANAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN PERAGA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

Uni Harnika 1), Chumdari 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Selamet Riyadi 449 Surakarta 1)

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI BACAAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI MELALUI METODE MIND MAPPING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

PENERAPAN METODE TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASA PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA

PENERAPAN TEKNIK LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGENAL SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE

PENGGUNAAN MEDIA REALITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG MENGGUNAKAN MEDIA EDUTAINMENT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN HIPOTESIS MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

O l e h : Titi Ariyanti 1, Triyono 2, H. Setyo Budi 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret 1 Mahasiswa SI PGSD FKIP UNS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013


PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PROSES PEMBENTUKAN TANAH M ELALUI MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 2.1, hlm

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHARGAI KEPUTUSAN BERSAMA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE MIND MAPPING

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 1.1, hlm

PENINGKATAN PENERAPAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MENGGUNAKAN METODE SNOWBALL DRILLING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ARTIKULASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN USAHA KONFEKSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIATY (SETS)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYATAKAN LAMBANG BILANGAN ROMAWI

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PROSES PEMBENTUKAN TANAH DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD. 1 Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3 Dosen PGSD FKIP UNS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

warga dunia yang cinta damai. Oleh karena itu, banyak yang beranggapan bahwa mata pelajaran IPS merupakan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LERANING) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL COMPLETE SENTENCE DENGAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS III SD

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

PENGUASAAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL TAI KELAS IV SDN KARANGASEM II

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK EXAMPLES NON EXAMPLES

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT

Transkripsi:

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Riyan Dwi Hariyanto 1), Kuswadi 2), Peduk Rintayati 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta Email: dwiryan315@gmail.com Abstract : The purpose of the research to improve the understanding of light characters concept at the fifth grade student of elementary school. The subjects were fifth grade students of elementary school totaling 37 students. Class Action Research was conducted in two cycles. Each cycle there were two meetings that consist of planning, action, observation, and reflection. Data collection techniques used testing, observation and interviews. The validity of data used triangulation techniques and triangulation of data sources. Data analysis applied the analysis of qualitative data and quantitative data. The results showed the use of cooperative model type Student Teams Achievemen Division (STAD) can improve the understanding of light characters for fifth grade student of elementary school. Abstrak : Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman konsep Sifat-sifat Cahaya siswa kelas V SD. Subjek penelitian ini siswa kelas V berjumlah 37 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat dua pertemuan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi data dan sumber. Analisis data dilakukan melalui analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan pemahaman konsep Sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD. Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, Student Teams Achievement Division (STAD), Sifat-sifat Cahaya IPA adalah salah satu mata pelajaran yang memerlukan pemahaman yang mendalam tentang materi-materi yang berkaitan dengan alam. Pengetahuan dan pemikiran yang mendalam tentang alam tersebut sudah diteliti oleh ahli sehingga menghasilkan suatu teori. Teori-teori tersebut dapat digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran IPA juga sebagai mata pelajaran yang pokok dan harus dikuasai oleh semua siswa di bangku Sekolah Dasar, karena IPA perlu dipelajari sejak usia dini. Pembelajaran IPA sejak usia dini akan menciptakan manusia yang berkualitas, Karena IPA mengandung konsep alam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorgansasi tentang alam sekitar yang diperoleh melalui pengalaman dengan serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasangagasan. Jadi tujuan pembelajaran IPA lebih mengarah pada ketrampilan proses yang berpengaruh terhadap munculnya suatu kreativitas dalam pengembangannya dikehidupan nyata. Di Sekolah Dasar, materi IPA diambil dari kejadian kehidupan sehari-hari. Misalnya materi Magnet, Gravitasi, Energi, sifatsifat cahaya dan lain sebagainya. Supaya materi mudah diterima siswa, guru menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Guru tidak hanya mengajar dengan ceramah maupun diskusi, melainkan dengan melakukan percobaan. Guru yang melakukan pembelajaran dengan percobaan memberi kesan pembelajaran lebih menarik, dan siswa dalam memahami konsep materi lebih mdah karena siswa melakukan dan terjun langsung ke materi tersebut. Hal ini sangat bertolak belakang pada keadaan yang terjadi di SD Negeri Setono No. 95 Surakarta. Khususnya pada pembelajaran IPA, pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru. Sehingga dalam pembelajaran tersebut tidak terjadi pembelajaran yang optimal. Hal tersebut menimbulkan masalah dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat memilih kegiatan pembelajaran yang tepat, agar siswa terhindar dari kebosanan dan tercipta kondisi belajar yang interaktif, efektif, efisien dan produktif. Pembelajaran dapat terlaksana dengan baik jika guru dapat merencanakan/merancang pembelajran dengan sistematis dan cermat. Untuk itu, gu-ru harus bijaksana dalam menentukan model dan pemilihan media 1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

pembelajaran yang sesuai agar dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Adapun pemecahan permasalahan tersebut adalah guru harus memilih model pembelajaran yang tepat untuk menciptakan pembelajaran efektif, efisien, dan produktif. Jika guru menggunaan model pembelajaran yang bervariatif tentu dapat menyelesaikan masalah tersebut. Jadi, guru didalam pembelajran tidak hanya mengajak siswa untuk berdiskusi, berceramah dan memberi tugas saja, akan tetapi juga ditambahkan suatu model yang menarik agar siswa lebih bersemangat dalam manerima pelajaran. Penerapan suatu model yang menarik dalam suatu pembelajaran juga dapat menggairahkan siswa untuk dapat belajar dengan lebih giat. Salah satunya dengan menerapkan model STAD. Inti dari STAD adalah guru menyampaikan suatu materi, ke-mudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang bersifat heterogen untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru dan memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai suatu pokok bahasan. Sedangkan yang dimaksud dengan percobaan adalah cara belajar mengajar yang melibat-kan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri dengan percobaan. Pemahaman menurut Susanto (2015: 6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman di atas dapat dikatakan berapa besar kemampuan siswa untuk menerima, menyerap, maupun memahami pelajaran yang diberikan guru kepada siswa. Selain itu, dapat dikatakan juga sejauh mana siswa dapat mengerti apa yang dibaca, dilihat maupun yang dirasakan. Sedangkan Winkel (2005: 274) mengungkapkan bahwa, pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Artinya siswa dikatakan memahami pelajaran jika siswa tersebut dapat menangkap makna dan arti yang terkandung dari bahan yang di pelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dari bentuk tertentu ke bentuk lain, misalnya membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti grafik. Semakin dalam pemahaman siswa yang diperoleh pada waktu mempelajari untuk pertama kali, makin baik pula prestasi mengingat kembali pada waktu ulangan. Hamalik (2010: 162) menyatakan bahwa suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang. Konsep adalah suatu yang sangat luas. Sedangkan Winkel (2005: 75) menyatakan bahwa pengertian atau konsep adalah suatu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang penuh gagasan. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili suatu pengertian tertentu. Pada pembelajaran kelas V SD, IPA membahas fenomena alam dalam lingkungan kehidupan peserta didik sehari-hari. Salah satu pokok bahasan IPA di kelas V adalah materi Sifat-sifat Cahaya. Cahaya sangat membantu kehidupan manusia. Cahaya tersusun atas semua warna pelangi. Warna pelangi tersebut terbagi menjadi 7 warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Sedangkan jika benda tersebut berwarna putih maka benda tersebut memantulkan semua warna cahaya. Ada banyak model pembelajaran yang berkembang untuk membantu siswa berpikir kreatif dan produktif. Semua berupa refleksi atas beragam teori pembelajaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beragam juga. Menurut Huda (2013: 143) model pembelajaran harus dianggap sebagai kerangka kerangka kerja struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan dan aktifitas belajar yang kondusif. Ini sama artinya kerangkakerangka yang dimaksud sama halnya dengan langkah-langkah dalam pembelajaran yang sudah direncanakan secara sistematis dan dapat digunakan sebagai cara menciptakan lingkungan dan aktifitas belajar yang kondusif. Menurut Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin o- leh guru atau diarahkan oleh guru. Artinya siswa diajak kerja kelompok yang dimpin dan diarahkan oleh guru, diman guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan menyediakan bahan-bahan informasi yang dirancang

untuk membantu peserta didik menyeleseikan masalah yang dimaksud. Salah satu a- sumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bahwa sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual (Huda, 2013: 111). Artinya model pembelajarn kooperatif memprioritaskan kerja sama untuk meningkatkan motivasi belajar yang lebih besar. Pembelajaran kooperatif adalah tipe pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2009: 37). Dapat diartikan pembelajaran di kelas, berfokus pada penggunaan kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 siswa untuk bekerja sama dalam kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Model pembelajaran kooperatif ST- AD secara harfiah dapat diartikan sebagai pembagian pencapaian tim siswa. STAD adalah pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin. Pembelajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator belajar dan betugas menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik, sedangkan peserta didik bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan masalah. Menurut Slavin (2008: 143) menyatakan bahwa, STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim. Materi pertama-pertama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas oleh guru. Dalam presentasi haruslah benar-benar berfokus pada STAD. Kelompok atau tim terdiri dari empat atau lima siswa yang berbeda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan ras. Siswa bekerja sesuai kelompok terhadap tugas yang diberikan guru dengan cara didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Bila siswa merasa kesulitan maka siswa yang mampu harus membantu kesulitan teman sekelompoknya, jika kelompok tidak dapat mengatasinya maka perlu meminta bantuan guru. Pelaksanaan kuis berlangsung setelah satu atau dua periode penyampaian materi dan kerja kelompok. Selama kuis setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan tidak boleh bekerja sama dengan siswa lain meskipun dengan teman kelopoknya. Berdasarkan hal itu siswa betanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tujuan ada-nya skor kemajuan individual adalah untuk memberikan hasil akhir yang maksimal pada setiap peserta didik. Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Huda (2013: 144) adalah sebagai berikut: pendalaman materi, penggalian materi, dan edutainment. Model pembelajaran ini membuat siswa untuk memahami materi yang diberikan sehingga memungkinkan siswa untuk saling bekerja sama dan membantu dalam suatu kelompok. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan model pembelajaran model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep Sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Setono No. 95 Tahun ajaran 2015/2016? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya melalui model kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri Setono No. 95 tahun ajaran 2015/2016. METODE Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Setono No. 95 Surakarta pada semester II tahun ajaran 2015/2016, yakni Febuari 2016 sampai dengan Juli 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Setono No.95 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016, berjumlah 37 siswa. Sumber data dari penelitian ini adalah siswa, guru kelas V dan teman sejawat. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan lembar tes, lembar observasi dan pedoman wawancara. Validitas penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik tes, teknik wawancara dan teknik observasi. Sedangkan triangulasi sumber data didasarkan pada sudut pandang guru kelas V SD Negeri Setono No. 95 Surakarta, siswa dan teman sejawat. Triangulasi sumber dilakukan

dengan pengecekkan kembali data yang telah diperoleh melalui ketiga sumber tersebut untuk menarik suatu kesimpulan tentang hasil tindakan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis yang menggunakan model analisis interaktif yang mencakup empat kegiatan, yaitu pengumpulan data (data collection), mereduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verification). HASIL Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan tes pada kondisi awal dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep pemahaman sifat-sifat cahaya pada kelas V SD Negeri Setono No. 95 Surakarta masih rendah. Siswa yang mendapatkan nilai lebih besar dari atau sama dengan KKM (70) sebanyak 12 siswa atau 32,43%. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 25 siswa atau 67,57% dengan nilai rata-rata siswa adalah 57,30. Secara rinci, distribusi frekuensi data nilai pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada pratindakan dapat disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Sifat-sifat cahaya Prasiklus Interval Nilai Frekuensi Persentase (fi) (%) 40-45 4 10,81% 46-51 13 35,14% 52-57 3 8,11% 58-63 4 10,81% 64-69 1 2.70% 70-75 11 29,73% 76-81 1 2,70% Jumlah 37 100 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 40 Nilai rata-rata kelas 57,30 Ketuntasan klasikal 32,43% Berdasarkan Tabel 1 di atas, maka dapat dianalisa jumlah peserta didik yang tidak tuntas lebih banyak daripada peserta didik yang tuntas. Berdasarkan data hasil uji pratindakan yang dilaksanakan pada peserta didik kelas V SD Negeri Setono No. 95 yaitu menunjukkan nilai pemahaman konsep terrendah adalah 40, nilai tertinggi adalah 80, dan nilai rata-rata kelas adalah 57,30. Upaya untuk meningkatkan pencapaian kompetensi tersebut, peneliti berkolaborasi dengan guru melakukan perencanaan tindakkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setelah tindakan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pencapaian kompetensi menjadi meningkat. Hal tersebut terbukti dari adanya peningkatan nilai pada siklus I, yang dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cafaya Siklus 1 Interval Nilai Frekuensi (fi) Persentase (%) 57-62 2 5,41% 63-68 13 35,14% 69-74 10 27,03% 75-80 12 32,43% Jumlah 37 100 Nilai tertinggi 84 Nilai terendah 57 Nilai rata-rata kelas 71,05 Ketuntasan klasikal 59,46% Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa pada siklus I Nilai rata-rata siswa dalam pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siklus I sebesar 71,05. Nilai tertinggi adalah 84, sedangkan nilai terendah adalah 57. Berdasarkan nilai yang diperoleh pada siklus I maka diperoleh indikator kinerja siklus I dengan persentase ketuntasan klasikal dari 32,43% pada pratindakan menjadi 59,46% pada siklus I. Peningkatan rata-rata kelas dari 57,30 pada pratindakan menjadi 71,05 pada siklus I. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa, hal tersebut ditunjukkan dengan bertambahnya siswa yang mendapat nilai sesuai atau lebih dari KKM (70) yang sebelumnya 12 siswa menjadi 22 siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai pemahaman konsep sifat-sifat cahaya, dan memperbaiki pembelajaran yang masih kurang dilanjutkan ke siklus II. Pembelajaran pada siklus II adalah proses perbaikan hasil refleksi dari pelaksanaan siklus I. Hasil belajar yang dicapai pada si-

klus II dapat dilihat pada Tabel 3 sebgai berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Sifat-sifat cahaya Siklus 2 Interval Nilai Frekuensi (fi) Persentase (%) 64-69 5 13,51% 70-75 4 10,81% 76-81 11 29,73% 82-87 10 27,03% 88-93 7 18,92% Jumlah 37 100 Nilai tertinggi 93 Nilai terendah 64 Nilai rata-rata kelas 80,27 Ketuntasan klasikal 86,49% Bedasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh pada siklus II maka diperoleh indikator kinerja siklus II dengan persentase ketuntasan klasikal dari 59,46% pada siklus I menjadi 86,49% pada siklus II. Peningkatan rata-rata kelas dari 71,05 pada siklus I menjadi 80,27 pada siklus II. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa, hal tersebut ditunjukkan dengan bertambahnya siswa yang mendapat nilai sesuai atau lebih dari KKM (70) yang sebelumnya 22 siswa pada siklus I menjadi 32 siswa pada siklus II. Perbandingan nilai pemahaman konsep Sifat-sifat cahaya antar siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Perkembangan Analisis Nilai Pemahaman Konsep Sifat-sifat Cahaya siklus I dan siklus II Kriteria Siklus I Siklus II Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata Kelas Siswa yang Tuntas Persentase Ketuntasan Siswa yang Tidak Tuntas Persentase Ketidaktuntasan 84 57 71,05 22 59,46% 15 40,54% 86,49% 93 64 80,27 32 5 13,51% Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa ada peningkatan baik dari nilai tertinggi maupun nilai terendah, rata-rata kelas, dan tingkat ketuntasan siswa kelas V. Nilai terrendah pada saat siklus I yaitu 57 setelah diadakan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 64. Nilai tertinggi pada siklus I yaitu 84 setelah diadakan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 93. Nilai rata-rata kelas meningkat dari semula 71,05 pada siklus 1 menjadi 80,27 setelah siklus II. Hasil persentase ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 59,46% atau 22 siswa, setelah tindakan siklus II persentase ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,49% atau 32 siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V. PEMBAHASAN Data yang diperoleh pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II dikaji sesuai rumusan masalah dan selanjutnya dikuatkan dengan teori yang sudah dikemukakan. Menurut Subagyo (2004: 37) pengumpulan data pada dasarnya merupakan suatu kegiatan operasional agar tindakannya masuk pada pengertian penelitian yang sebenarnya. Berdasarkan hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian melakukan analisis data dalam penelitian ditemukan adanya peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Setono No.95 Surakarta mengalami peningkatan pada setiap siklus. Selain itu, aktivitas siswa dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga meningkat. Kondisi awal atau prasiklus, sebelum guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD nilai pemahaman konsep sifat-sifat cahaya peserta didik dari 37 peserta didik kelas V terdapat 12 peserta didik atau 32,43% yang mencapai nilai KKM (70), sedangkan 25 peserta didik atau 67,57% belum mencapai KKM sehingga dapat disimpulkan nilai pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA peserta didik kelas V SDN Setono N0. 95 Surakarta tahun ajaran 2015/2016 masih rendah dengan ratarata kelas sebesar 57,30. Setelah dilaksanakan siklus 1, pembelajaran dilaksanakan de-ngan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Terjadi peningkatan yang signifikan, dari 37 peserta didik terdapat 22 peserta didik yang mem-

peroleh nilai 70, dan sisanya yaitu 15 peserta didik yang masih memperoleh nilai di bawah KKM. Pada siklus I, pembelajaran sudah berlangsung efektif, ditandai dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama dalam proses pembelajaran pemahaman konsep sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Namun demikian, persentase ketuntasan klasikal belum mencapai target indikator kinerja yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti bersama guru kelas V melanjut-kan tindakan ke siklus II. Perbaikan dilakukan pada kinerja guru maupun aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran, sehingga pe-ningkatan dapat diperoleh kembali pada si-klus II. Hasil tindakan dari pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan baik dari nilai tertinggi maupun nilai terendah, rata-rata kelas, dan tingkat ketuntasan siswa kelas V. Nilai terendah pada saat siklus I yaitu 57 setelah didakan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 64. Nilai tertinggi pada siklus I yaitu 84 setelah diadakan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 93. Nilai rata-rata kelas meningkat dari semula 71,05 pada siklus I menjadi 80,27 setelah siklus II. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 59,46% atau 22 siswa; setelah tindakan siklus II persentase ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,49% atau 32 siswa. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas pada pemahaman konsep dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dicukupkan sampai siklus II. Selain ditemukannya peningkatan nilai pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model STAD juga ditemukan peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru. Peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru dapat menggambarkan keberhasilan siswa dalam pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA. Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I hingga ke siklus II dapat terlihat dari jumlah peserta didik dalam kategori aktivitas baik mengalami peningkatan dari 2,28 pada siklus 1 menjadi 2,82 pada siklus II termasuk dalam kategori baik. Analisis data di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa sudah baik, sehingga hal tersebut harus dipertahankan. Hasil penelitian yang terjadi selaras dengan pendapat Shoimin (2014: 189), yaitu bahwa salah satu kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil berasama. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan pada tiap siklus. Dari hasil dan kajian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran koopera-tif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD N Setono No. 95 Tahun Ajaran 2015/2016. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada pembelajaran IPA materi Sifat-sifat cahaya, pada peserta didik kelas V SD Negeri Setono No. 95, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik kelas V SD Negeri Setono No. 95, Laweyan, Surakarta tahun ajaran 2015/2016 dalam memahami konsep materi Sifat-sifat cahaya. Peningkatan pemahaman konsep Sifat-sifat cahaya terlihat dari meningkatnya ketuntasan kelas pada kondisi awal 32,43% atau 12 orang yang tuntas. Pada siklus I persentase ketuntasan kelas meningkat menjadi 59,46% atau 22 orang yang tuntas, dan pada siklus II ketuntasan kelas meningkat lagi mencapai 86,49 atau 32 orang yang tuntas. Pada siklus II masih terdapat siswa yang nilainya di bawah KKM (70) sebanyak 5 siswa atau 13,51% dari jumlah siswa keseluruhan. Dari 5 siswa yang berada di ba-wah KKM (70) peneliti dan guru berdiskusi dan memperoleh kesepakatan untuk meningkatkan perhatian guru dan meningkatkan motivasi belajar pada siswa yang belum menca-pai KKM. Selain itu, perlu diberikan kegi-atan remidial bagi siswa yang belum tuntas untuk memperbaiki nilai pemahaman konsep Sifat-sifat cahaya. Data ketuntasan klasikal diperoleh dari nilai rata-rata hasil tes evaluasi materi Sifatsifat cahaya. Pada kondisi awal, nilai rata-rata pemahaman konsep Sifat-sifat cahaya se-

besar 57,30. Pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 71,05; dan pada siklus II ni-lai rata-rata meningkat lagi menjadi 80,27. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal sampai siklus II. Dengan demikian secara klasikal pembelajaran IPA materi Sifat-sifat cahaya telah mencapai ketuntasan belajar yang ditargetkan dalam indikator kinerja penelitian yaitu sebesar 80%. Jadi penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep Sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Setono No. 95, Laweyan, Surakarta tahun ajaran 2015/2016. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Shoimin, A. (2014). 68 Model pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Subagyo, J. (2004). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta. Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Winkel, W. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Slavin, R. (2008). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks. Susanto, A. (2015). Teori Belajara dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Grup.