BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkuliahan merupakan sebuah proses yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat merealisasikan dan mewujudkan suatu tujuan pendidikan nasional. Perguruan

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA DENGAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lain dari social loafing adalah kecenderungan untuk mengurangi

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa erat hubungannya dengan tugas perkuliahan. Menurut pandangan Kusuma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan tugas kelompok semakin populer dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hal yang tidak terhindarkan dan terjadi dimana pun mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara.melalui pendidikanlah suatu negara dapat. menggunakan metode-metode yang monoton, tentu dirasakan kurang

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS. Koefisien Validitas

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada provinsi Jawa Tengah. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 SIMO TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

Bab I Pendahuluan. Untuk mengembangkan dirinya, mahasiswa tidak hanya bisa memanfaatkan ruang kuliah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan dari ke empat kasus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

Validitas Item Self-Esteem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan olahraga sepak bola dan bulutangkis. Peminat olahraga hoki

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

Skripsi Oleh: TITIK DWI RAHAYU NIM X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. satu ilmu dasar yang memiliki nilai esensial yang dapat diterapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti

EKO SAPUTRO F

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru. menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dalam proses pembelajaran di dunia perkuliahan, tugas ada dua macam yaitu tugas individu dan tugas kelompok. Dalam mengerjakan tugas individu tugas tersebut menjadi tanggung jawab seorang sepenuhnya tetapi dalam mengerjakan tugas kelompok tanggung jawab ada di seluruh anggota kelompok. Menurut Wiyara, (1997) salah satu tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk meringankan tugas individu dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan, dengan bekerja bersama diharapkan tujuan tersebut dapat dicapai secara lebih maksimal namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak semua individu dalam kelompok memberikan kontribusi yang maksimal demi tercapainya tujuan kelompok tadi. Dalam mengerjakan tugas kelompok ada orang yang benar-benar memberikan kontribusi maksimal serta ada yang tidak sungguh-sungguh atau enggan memberi kontribusi karena masih ada anggota kelompok lain yang juga mempunyai tanggung jawab mengerjakan, seperti menurut salah seorang mahasiswa psikologi yang peneliti wawancarai, mengatakan bahwa dalam mengerjakan tugas kelompok banyak diantara anggota kelompok yang pernah menjadi anggotanya tidak mengerjakan secara maksimal bahkan ada beberapa anggota lain yang tidak ikut mengerjakan hanya ikut nama saja, menurut 1

2 mahasiswa tersebut ada berbagai faktor yang menyebabkan anggotanya seperti itu diantaranya anggota kelompoknya mahasiswa semester atas atau kakak tingkat, mengandalkan anggota kelompok lain yang dipandang lebih pintar, mengganggap bahwa tugas terlalu mudah sehingga cukup hanya dikerjakan oleh beberapa anggota kelompok saja, dan kadang ada anggota kelompok yang tidak tahu apa yang harus dikerjakan dan harus disuruh baru mengerjakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Latane, William dan Harkins (2011) yang mengatakan salah satu kemungkinan terjadinya kemalasan sosial karena kepercayaan bahwa orang lain di dalam kelompok akan melakukan atau mengerjakan. Interaksi di dalam kelompok mungkin menimbulkan harapan akan performance anggota yang lain. Jika interaksi tersebut menimbulkan pikiran bahwa anggota yang lain akan bermalas-malasan, kemudian anggota lain mengimbanginya dengan menurunkan usaha, selain itu mereka mengatakan bahwa bermalas-malasan sosial mungkin merupakan fungsi dari keinginan individu untuk menghemat usaha mereka ketika tampil di situasi kelompok, karena mereka dapat "bersembunyi di kerumunan" dan melarikan diri atau menyalahkan karena pengakuan usaha individu mereka tidak dapat diidentifikasi. Pola seperti ini sangatlah umum dijumpai dalam kelompok additive task (jenis-jenis kelompok dimana didalamnya ada upaya yang terorganisir dari beberapa orang yang ditambahkan secara bersama-sama untuk menghasilkan produk). Beberapa orang bekerja keras, sementara yang lainnya enggan untuk terlibat lebih banyak dan hanya melakukan sedikit usaha dari yang sebenrnya mampu mereka kerjakan hal seperti ini yang disebut sebagai kemalasan sosial.

3 Hal tersebut diatas disebabkan sulitnya untuk mengidentifikasi atau mencatat kontribusi dari tiap-tiap orang. Hasil kelompok (the group outcome) ditentukan oleh semua anggota kelompok sehingga usaha yang dikeluarkan tiap orang tidak dapat dipisah-pisahkan atau diidentifikasi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa lingkup kemalasan sosial cukup umum, baik laki-laki ataupun perempuan, di berbagai budaya yang berbeda, serta dalam kondisi kerja yang cukup luas (Latane, William dan Harkins, 2011). Tidak hanya itu saja, ternyata kemalasan sosial juga terjadi dalam penugasan yang membutuhkan kemampuan kognitif sebagaimana yang terjadi dalam penugasan yang membutuhkan usaha fisik (Weldon & Mustari dalam Wiyara, 1997) Munculnya kemalasan sosial bisa juga dipengaruhi harga diri (Sarwono, 1997) orang-orang dengan harga diri yang tinggi terdorong untuk berprestasi sebaik-baiknya dengan adanya orang lain, khususnya pada tugas-tugas yang sulit. Mereka ingin menunjukkan kepada orang lain kemampuan mereka yang tinggi itu. Hal di atas sangat terkait dengan kepercayaan diri dan kebutuhan berprestasi seseorang karena kurang percaya dirinya seseorang untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki akan enggan untuk menunjukkan kemampuannya dalam kelompok, sehingga pemalasan sosial juga sangat berkaitan dengan munculnya rasa percaya diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan, selain itu juga kebutuhan berprestasi merupakan hal yang menentukan dalam kemalasan sosial (Luthan dalam Raharja, 2007). Tidak percaya pada kemampuan diri sendiri membuat seseorang memiliki sifat konformis yang mana orang tersebut hanya ingin mendapatkan pengakuan

4 dan penerimaan pada sebuah kelompok tanpa melakukan suatu perbuatan. Selain itu sikap tidak percaya terhadap kemampuan sendiri juga akan memunculkan rasa takut gagal terhadap apa yang dilakukan sehingga akan menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil dan perasaan tanggung jawab akan menjadi modal yang dimiliki untuk mengemban setiap tugas atau pekerjaan yang diberikan. Rasa percaya diri dan kebutuhan berprestasi merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan individu. Kepercayaan diri merupakan keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat menanggapi segala sesuatu dengan baik sesuai dengan kemampuan diri yang dimiliki. Kepercayaan diri juga merupakan keyakinan dalam diri yang berupa perasaan dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia untuk menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu. Kebutuhan berprestasi merupakan dasar dari perilaku individu dalam mengemban amanah jika perasaan kebutuhan untuk berprestasi tinggi maka seseorang akan berusaha dengan keras untuk melakukan yang terbaik walau bekerja sendiri ataupun kelompok. Jika seseorang percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya maka tidak akan ada rasa bahwa dirinya kurang berperan dan berarti dalam kelompoknya. Justru dengan kepercayaan diri tersebut akan membuat seseorang bersemangat dalam melakukan suatu kegiatan dan tidak ada lagi salah satu dari kelompok tersebut yang menjadi pemalas. Sifat pemalas atau pemalasan sosial juga timbul di

5 lingkungan akademis dan salah satunya di universitas. Di kalangan pelajar dan mahasiswa terdapat kebiasaan menyontek. Tatkala mencontek, mereka melakukannya beramai-ramai (fasilitasi sosial), tetapi ketika ditanya oleh guru atau dosen siapa yang menyontek, tidak ada yang mau mengaku. Keengganan dari seluruh kelas untuk mengaku menyontek adalah contoh dari pemalasan sosial yang timbul karena kurang percaya diri siswa atau mahasiswa dengan kemampuan yang dimilikinya. Fenomena di atas bisa kita amati di lingkungan civitas akademika Fakultas Psikologi UMS atau mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta secara keseluruhan. Dari kurang lebih 23.000 mahasiswa yang tersebar di 10 fakultas tentunya tugas kelompok yang diberikan dari dosen banyak. Setiap ada suatu tugas yang bersifat kelompok maka hanya sebagian kecil saja mahasiswa yang mengerjakannya, padahal itu adalah tanggung jawab seluruh anggota kelompok. Beberapa mahasiswa malah enggan terlibat banyak dalam proses pengerjaannya karena mahasiswa tersebut menganggap bahwa beberapa anggota kelompok saja sudah cukup untuk mengerjakan tanpa dibantu lebih banyak dan kita cukup menerima hasil jadinya saja. Pada dasarnya mahasiswa yang enggan terlibat mengerjakan itu memiliki potensi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas namun karena terjadi beberapa faktor yang melatar belakanginya maka mereka enggan untuk terlibat. Hal tersebut didasari oleh faktor-faktor rasional, normatif, dan afektif yang menyebabkan pemalasan sosial dan menumpang kesuksesan orang lain tanpa berbuat apa-apa (free riding) (Sarwono, 19997). Kebiasaan

6 mahasiswa sekarang yang ingin serba praktis dan tidak mau bersusah payah untuk menunjukkan kemampaunnya membuat pemalasan dan keengganan sosial tinggi. Berkaitan dengan fenomena di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian untuk memahami Hubungan antara kepercayaan diri dan motivasi berprestasi dengan kemalasan sosial (social loafing) pada mahasiswa. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah : 1. Mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dan motivasi berprestasi dengan social loafing. 2. Mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan social loafing. 3. Mengetahui hubungan motivasi berprestasi dengan social loafing C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya dapat diharapkan memiliki manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan psikologi maupun kepentingan praktis. 1. Teoritis Penelitian ini di harapkan akan bermanfaat untuk menambah kasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi pendidikan dan perkembangan mengenai hubungan antara kepercayaan diri dan motivasi berprestasi dengan social loafing.

7 2. Praktis a. Bagi pimpinan Fakultas dan dosen diharapkan bisa sebagai masukan cara mengajar yang bisa mengoptimalkan semua kemampuan individu mahasiswa. b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai social loafing sehingga bisa meminimalisir dampak negatifnya. c. Bagi peneliti yang hendak mengambil tema sama di harapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi. D. Keaslian Penelitian Penelitian penelitian mengenai social loafing sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wiyara (1997) dengan judul hubungan antara persepsi mahasiswa peserta perkuliahan tentang audiens perkuliahan dengan munculnya social loafing pada kegiatan tanya jawab dalam perkuliahan. Hasil penelitian ini menyatakan ada hubungan antara persepsi mahasiswa peserta perkuliahan tentang audiens perkuliahan dengan munculnya social loafing pada kegiatan tanya jawab dalam perkuliahan. Penelitian ini menggambarkan mengenai Seringkali interaksi yang terjadi di dalam ruang kelas tidak berjalan dengan efektif. Hal ini terjadi karena sebagian besar mahasiswa menjadi pasif dan tidak segera memberikan respon terhadap lontaran permasalahan yang disampaikan oleh dosen selaku pendidik. Para mahasiswa memiliki persepsi bahwa masih ada rekannya yang lain di dalam kelas itu yang mau dan mampu merespon lontaran yang disampaikan oleh dosen pada saat perkuliahan berlangsung. Sebagian besar mahasiswa cenderung diam dan

8 melepaskan tanggung jawabnya kepada mahasiswa lain yang mereka anggap mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dosen. Penelitian yang berkaitan dengan kepercayaan diri pernah dilakukan oleh Ernawati (2011) dengan judul hubungan antara peran ibu, peran ayah dan kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan positif antara peran ayah, ibu, kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial maka jika semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin tinggi pula penyesuaian sosial pada remaja. Penelitian lain mengenai kepercayaan diri dilakukan oleh Hairiyah (2011) dengan judul efektivitas pelatihan kecakapan hidup terhadap kepercayaan diri berwirausaha penyandang cacat hasil dari penelitian ini ada perbedaan kepercayaan diri berwirausaha pada subjek sebelum mengikuti pelatihan kecakapan hidup dan setelah mengikuti pelatihan, sebelum mengikuti pelatihan kepercayaan diri rendah dan setelah mengikuti pelatihan kepercayaan diri tinggi. Penelitan yang terkait motivasi berprestasi pernah dilakukan oleh Puryani (2012) dengan judul kontribusi motivasi berprestasi, religiusitas, dan dukungan sosial terhadap kecemasan menghadapi tes pada siswa SMP Negeri Simo Kabupaten Boyolali. Hasil dari penelitian ini menyatakan ada pengaruh negative antara motivasi berprestasi dengan kecemasan menghadapi tes yang berarti jika motivasi berprestasi tinggi maka kecemasan menghadapu tes akan turun. Selain penelitian tersebut motivasi berprestasi juga diteliti oleh Prasetya (2011) dengan judul Hubungan Motivasi Berprestasi, Cara Guru Mengajar dan Dukungan Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa SMP. Hasil penelitian ini adalah ada

9 hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan kedisiplinan belajar siswa SMP Negeri 27 Surakarta yang artinya jika motivasi berprestasi tinggi maka kedisiplina belajar siswa juga tinggi. Menyimak dari hasil hasil penelitian terdahulu, maka penulis mengadakan penelitian dengna judul hubungan antara kepercayaaan diri dan motivasi berperstasi dengan social loafing pada mahasiswa. Sepanjang pengetahuan penulis penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian sebelumnya yang mengangkat tema mengenai kepercayaan diri, motivasi berprestasi, dan social loafing.