BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memerlukan sarana dan prasarana umum yang memenuhi semua aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB II KAJIAN TEORI. yangmempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang pokok bagi masyarakatindonesia. Pola perilaku generasi penerus akan terbentuk melalui dunia pendidikan, selain pendidikan dari orang tua. Maka dari itu pendidikan merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan terbentuknya generasi yang baik. Akhir-akhir ini dunia pendidikan mengalami penurunan contohnya banyak anak putus sekolah, menyalahgunakan barangbarang yang belum pantas untuk kalangan remaja, banyak remaja yang melakukan perbuatan asusila, anarkis, seks bebas pranikah dan masih banyak lagi (Ajen, 2003). Permasalahan sekarang tidak berhenti dengan hanya menyatakan bahwa mendefinisikan remaja sulit. Sulit atau mudah, masalah-masalah yang menyangkut kelompok remaja semakin hari semakin bertambah. Hal tersebut telah dibahas oleh berbagai tulisan, ceramah, maupun seminar yang mengupas berbagai segi kehidupan remaja, termasuk kenakalan remaja, perilaku seksual remaja, dan hubungan remaja dengan orangtuanya, sehingga situasi tersebut menunjukkan betapa seriusnya masalah yang dirasakan oleh masyarakat (Sarwono, 2007). Penelitian Departemen Kesehatan (2006) menyatakan bahwa sekitar 30% remaja melakukan hubungan seks sebelum menikah dan 85% di antara remaja

tersebut melakukan hubungan seks di dalam rumah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rasa ingin tahu remaja yang kurang pengetahuan tentang seks sehingga menyebabkan remaja bereksplorasi dalam memenuhi dorongan seks seperti hubungan seks. Pendidikan seks dalam lingkup sekolah keluarga maupun sekolah belum begitu diterapkan bagi para remaja. Dalam lingkup sekolah bahkan belum ada kegiatan sosialisasi mengenai pendidikan seks, terutama di sekolah pedesaan. Hal tersebut menyebabkan para remaja kurang mengetahui tentang pendidikan seksual yang seharusnya sudah didapatkan sesuai dengan umur mereka. Anggapan sebagian orangtua bahwa membicarakan masalah seks adalah sesuatu yang tabu, anggapan seperti inilah yang menghambat penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah dapat dimulai dari segala usia. Disamping tabu kemungkinan besar orangtua merasa khawatir jika mengetahui lebih banyak masalah seksualitas, si anak akan semakin meningkat rasa penasaran dan keberaniannya untuk mempraktikkan seks tersebut, mencegah pengaruh dari luar untuk memenuhi rasa ingin tahu si anak mungkin dilakukan, pasalnya setiap anak yang sehat pasti ingin sekali mengetahui perkembangan dan perbedaan anggota tubuhnya dengan orang lain, ingin merasakan dan mengetahui arti ciuman dan sentuhan seperti yang sering dilihatnya, baik di TV atau lingkungan sekitarnya, bisa juga anak tersebut ingin mengetahui perasaan, khayalan seksual dan proses terjadinya seksual yang mungkin masih membingungkan (Ajen, 2003). Disetiap masing-masing sekolah berbeda-beda penyampaian pendidikan seks dari satu sekolah dan sekolah lainnya, begitu pula dilingkup keluarga cara

menyampaikan pendidikan seks juga berbeda dengan keluarga satu dengan keluarga yang lain. Sarwono (2003), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan-perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya buku-buku porno dan VCD porno, rasa ingin tahu (curiousity) yang sangat besar, serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan orang tua menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Hubungan pergaulan bebas dengan berbagai pola perilaku seks di luar rumah meningkatkan yang kemudian mendominasi pembentukan kepribadian baru, remaja umunya lebih sensitive menyerap struktur pergaulan bebas dalam kehidupan masyarakat. Tidak mustahil remaja banyak meninggalkan normanorma dan tradisi keluarga sebelumnya, kemudian dituntut untuk menyesuaikan diri dalam sistem pergaulan baru, termasuk pergaulan intim dengan lawan jenis dalam proses penyelesaian pekerjaan. Sehingga menyebabkan perilaku seksual yang tidak sehat yang berakibat fatal dengan munculnya perilaku seks bebas (Syani, 2010). Perilaku seks bebas adalah hubungan seksual secara bebas dengan banyak orang dan merupakan tindakan hubungan seksual yang tidak bermoral, terangterangan, dan tanpa malu-malu sebab dorongan oleh nafsu seksual yang terintegrasi, tidak matang dan tidak wajar. Perilaku seks bebas mencangkup berbagai macam bentuk perilaku seks diantaranya berpelukan, berciuman, meraba dan bersenggama (Kartono, 2001).

Sarwono (2003) mengungkapkan bahwa perilaku seksual remaja dapat dikurangi atau dicegah melalui kedekatan hubungan antara orang tua dan anak, pelaksanaan kehidupan beragama secara aktual sehari-hari dan mengkomunikasikan seks (pendidikan seks) pada remaja. Pendidikan seks bukanlah penerangan tentang seks semata-mata. Pendidikan seks mengandung pengalihan nilai-nilai, seperti peran pria dan wanita dalam pergaulan, peran ayahibu dan anak-anak dalam keluarga. Menurut Rahman & Fachrudin (2000) pendidikan seks adalah perlakuan proses sadar dan sistematis yang dilakukan oleh pihak sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan informasi seksualitas yang mencakup ruang lingkup seperti perkembangan anak laki-laki dan perempuan, kemampuan personal, perilaku seksual, perilaku sosial, kesehatan seksual, peran keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah serta problema dan tantangan dalam perkembangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2011) di SMA Negeri 11 Yogyakarta.Pada penelitian ini metode yang digunakan bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekaran cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja siswa dan siswi kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta yang berjumlah 208 siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 66 orang, metode pengumpulan data interview yang mengacu kepada kuisioner. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh hasil p-value 0,027 dengan menggunakan nilai derajat 95 % taraf kebebasan α p-value< 0,05, maka ada hubungan antara

pemberian pendidikan seks sejak dini dengan perilaku seksual pada remaja kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta Tahun 2011. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Yohanes(2002) di SMA Negeri 5 Bogor.Banyak faktor yang diduga berkaitan dengan fenomena tersebut. Penelitian ini memfokuskan pengkajian pada pendidikan seks dalam keluarga, pertimbangan moral, dan sikap terhadap seks bebas siswa SMU Negeri 5 Bogor tahun 2002. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahdeskriptif, sedangkan disainnya adalah cross-sectional survey. Hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk tesis yang ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat.Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dalam keluarga dengan perilaku seks bebas pada remaja. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2006). Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seks oleh orang tua dan perilaku seks bebas di SMAN 1 Sedayu, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisienkorelasikendall tau -0,115 dan nilai signifikan p=0,325. Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis terhadap guru BK di SMK Negeri 1 Wonosegoro, ada beberapa siswa yang putus sekolah karena hamil di luar nikah yang mengakibatkan siswa-siswi putus sekolah dan tidak bisa meneruskan sekolah di SMK Negeri 1 Wonosegoro, hal tersebut mengakibatkan banyak penerus bangsa yang harus berhenti sekolah karena ada suatu hal yang mengakibatkan mereka berhenti sekolah, dalam hal ini adalah hamil diluar nikah.

Dan ada pula siswa-siswi yang kepergok pacaran di Warnet (w) tanggal 20 juli 2013, melakukan hal-hal yang semestinya belum dilakukan anak diusia remaja dan masih banyak lagi kasus-kasus lainya, dari peristiwa tersebut perlu adanya penerapan atau penjelasan tentang seks bagi remaja agar mereka tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak semestinya terjadi pada usia mereka. Sehubungan dengan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seks bebas siswa kelas XI SMK Negeri 1 Wonosegoro. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dikemukakansebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan negatif signifikan antara pendidikan seks dengan periku seks bebas siswa kelas XI SMK Negeri 1 Wonosegoro? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:untuk mengetahui negatifsignifikan hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seks bebas siswa kelas XI SMK Negeri 1 Wonosegoro.

1.4.Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1. Manfaat Teoritis Apa bila dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa ada hubungan maka sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2011), Yohanes (2002), dan bila tidak sesuai, maka sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2006). 1.4.2. Manfaat Praktis a. Bagi Remaja Sebagai informasi dan gambaran mengenai makin maraknya perilaku seks bebas yang dilakukan oleh para remaja yang dinilai negative dimata masyarakat, sehingga diharapkan mereka mampu membatasi diri. b. Bagi orang tua Memberikan informasi kepada para orang tua untuk lebih memperhatikan pergaulan anak-anaknya, dan juga pentingnya melakukan komunikasi dengan mereka mengenai masalah seksual agar anak tidak terjerumus dalam perilaku seks bebas. c. Bagi penelitian selanjutnya. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan informasi untuk mendapatkan penelitian dan pengembangan kembali topik ini dengan didasari variabel lain mengenai hubungan pendidikan seks dengan perilaku seks bebas.

1.5.Sistematika Penulisan Dalam upaya menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan sistematikan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab meliputi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang kajian teori mengenai pendidikan seks dengan perilaku seks bebas, hubungan pendidikan seks dengan perilaku seks bebas serta kajian penelitian yang berhubungan dengan penelitian dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, uji instrumen, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum subyek penelitian, pengumpulan data, analisis deskriptif, uji hipotesis dan pembahasan. BAB V PENUTUP Kesimpulan dan saran.