Menjelang dan sesudah terbentuknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

Menjadi Oposisi Itu. Oleh Nurcholish Madjid

I. PENDAHULUAN. meruntuhkan tirani yang terjadi bertahun-tahun di negeri ini. Salah satu hal

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

MENGATASI KRISIS KEPRESIDENAN

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Presiden Seumur Hidup

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

PENDAPAT FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP TENTANG RUU TENTANG PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD DAN RUU PEMILU PRESIDEN

A. Pengertian Orde Lama

SUSUNAN PEMERINTAHAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL MATERI PERKULIAHAN HUKUM TATA NEGARA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Muhammadiyah dan Budaya Politik Indonesia Berkemajuan

SISTEM PRESIDENSIIL. Oleh: Muchamad Ali Safa at 1

Sistem Pemerintahan Presidensial vs Parlementer. Teguh Kurniawan

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

JAKARTA, 11 Juli 2007

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

Penyelenggara Pemilu Harus Independen

KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern

1.1 Latar Belakang Masalah

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

Memahami Kebingungan Jokowi. Written by Mudjia Rahardjo Tuesday, 10 February :50 -

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Partai Politik, a Necessary Evil

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 3, Tahun 2017, E-ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, secara otomatis merubah sistem politik di Indonesia. Hal ini dikarenakan

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1998, Indonesia mengawali Era Reformasi. Sejak itu telah

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DI ERA OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

PENGARUH SISTEM MULTI PARTAI DALAM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

SIARAN PERS LENGKAP Jadikan 2014 sebagai Pemilu Nasional [Untuk Memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD Secara Serentak]

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

UNIT EKSPLANASI KELOMPOK DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Praktik Presidensialisme dan Demokrasi Indonesia Selepas Pemilu 2004

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini

Transkripsi:

Politik Islam Era Gus Dur: Antara Mitos dan Realitas Bambang Cipto Since the based-on religion parlies emerge again in the Indonesia political stageespecially when they succeeded in electing GUS DUR as the president, Moslem society has a very hard consequence. Abdul Rahman Wahid who has a very specific style in solving problems and who in the same time is considered as the protector ofthe minority becomes a certain dilema figure for Moslems. He brings a hope for moslems to give them more endorsement, but unfortunately GUS DUR is not an easy man to dictate. The writer of this book views that the problem is mainly because of the shackle institution around the presidency as well as GUS DUR's unpredictable political steps. He were standing between the maintenance of democracy in one side and the future of this state in other side. Menjelang dan sesudah terbentuknya pemerintahan baru di bawah Abdurrahman Wahid kekuatan Islam tampil sangat meyakinkan. Partai-partai Islam di bawah payung poros tengah yang dimolorl Amien Rais dari PAN memainkan peran sangat menentukan dalam drama pemilihan Ketua MPR, DPR, dan presiden. Rangkaian peristiwa bcberapa waktu terakhir dengan gamblang memperlihatkan betapa besar dan menentukan pe ngaruh kekuatan partai-partai Islam. Sesudah presiden terpilih, kembali partaipartai Islam dengan langkas ikut menentu kan susunan kabinet baru. Dalam proses tersebut manuver Amien Rais dan tokohlokoh partai Islam lain tampak dengan jelas menentukan komposisi kabinet baru. Momen ini mungkin hanya berlangsung sekali dalam tiga puluh tahun terakhir. Pada mingguminggu pertama presiden Gus Dur sedemlkian akomodati! terhadap partai-partai Islam sehingga muncul kebanggaan dan harapan dari kalangan Islam di Indonesia. Memasuki minggu-minggu berikutnya bandul yang diayunkan poros tengah mulai menghadapi cobaan serius. Gus Dur dengan tenang memutuskan untuk segera meninggalkan Indonesia dan melakukan kunjungan kenegaraan ke beberapa negara Asia. Bahkan sambil berobat ke Amerika ia juga melakukan kunjungan tidak resmi ke kodiaman presiden Clinton. Sclatna kunjungan berlangsung sesungguhnya mulai muncul beberapa kritik terhadap manfaat kunjungan tersebut. Sebagian berharap agar presiden Gus Dur mengakhiri kunjungan keluar negeri dan memusatkan perhatian ke persoalan-persoalan dalam negeri yang semakin berkecamuk. Sekalipun demlkian rangkaian kun jungan ini tidak banyak menimbulkan oposisi dari kalangan masyarakat. Baru pada saat Gus Dur menyatakan akan membuka hu bungan dagang dengan Israel oposisi muncul dari kalangan Islam di tanah air. Oposisi ini kemudian meluas hingga ke daerahdaerah yang akhirnya memaksa Gus Dur 290 UNISIA NO. 4I/XXU/IV/I999

Topik: Politik Islam Era Gus Dur: Antara Milos dan Realitas, Bambang Cipto menunda rencananya untuk membuka hi> bungan dagang dengan Israel. Hingga tahap ini Gus Dur maslh tampak tegar dalam menghadapi tuntulan dari berbagal kelompok di dalam maupun di luar pemerintahan baru. Akan tetapi eskalasi konflik berdarah dl Ambon dan Halmahera dantidak menentunya kondisi politik dl Aceh membuat kebijaksanaan Gus Dur sangat tidak efektif. Akibatnya, popularitas Gus Dur pun merosot drastis. Bagaimana semua Ini berpengaruh terhadap politik Islam di Indonesia kini dan esok? Pada saat sistem multipartai dinyatakan berlaku oleh pemerintahan Habibie muncul harapan besar bahwa liberalisasi sistem partai ini akan memberi peluang lebih besar bagi pertumbuhan politik Islam di Indone sia. Paling tidak ada harapan bahwa partaipartai Islam akan memainkan peran lebih berarti dibanding dalam era Suharto yang sangat represif terhadap kekuatan politik Islam. Bahkan sesungguhnya beberapa partai Islam sangat berharap maslh akan mendapatkan akses politik yang dinlkmatlnya sepanjang pemerintahan Habibie yang rajln mendekati beberapa kekuatan politik Islam. Oleh karena itu tidak semua partai Islam menentang secara frontal kepemimpinan Habibie, kecuali beberapa partai yang cukup besar dan pada akhirnya menentukan pergantlan rejim baru lewat sidangsidang di MPR dan DPR. Kesediaan Habibie mengundurkan diri dari pencalonan presiden membuat kalkulasi kekuatan politik Islam mengalami pergeseran-pergeseran serius. Perubahan ini sesungguhnya memberi kesempatan besar bagi Megawati sebagal eksponen nasionalis sekuler untuk memenangkan persaingan merebut kursi kepresidenan dalam sidang umum MPR. Namun jauh sebelum sidang umum berlangsung Amien Rais telah menggulirkan isu poros tengah yang pada harlhari terakhir mengajukan Gus Dur sebagal calon presiden dari poros tengah yang sesungguhnya hanya berupa fraksi infor mal yang tidak memiliki kekuatan resmi apa pun dalam tubuh MPR. Merosotnya popularitas Golkar dan mundurnya tokoh panutan Golkar dalam pencalonan presiden mendorong partai ini untuk segera membangun koalisi dengan partai lain yang sejalan dengan kepentlngan mereka. Rendahnya popularitas TNI juga menjadi alasan kuat mengapa TNI memilih tidak mengajukan nama secara terbuka dari fraksinya. TNI ingin tetap bersih dari per saingan tanpa kehilangan kesempatan untuk ikutmenentukan penyusunan kabinet. Kondisi Ini membuat kekuatan politik Islam di MPR dan DPR mendukung altematif poros tengah yang dllansir Amien Rais. Sekalipun dengan penuh keragu-raguan mereka kemudian sepakat untuk mendu kung ketua PAN selaku ketua MPR. Menje lang pemilihan presiden partai-partai Islam dan partai berbasis Islam semakin solid dalam mendukung manuver poros tengah yang mencalonkan Gus Dur dari PKB. Kekuatan Islam sukses mengantarkan Gus Dur dalam pemilihan presiden. Kabinet Kolegial Cukup besar harapan kekuatan politik Islam agar pemerintahan Gus Dur yang ler pilih secara demokratis akan memberikan manfaat sebesar-besamya t>agi seluruh umat Islam. Paling tidak Itulah yang tercermin dari keterlibatan Ketua PAN, Ketua PPP, Ketua PBB dan Ketua PK serta PKB dalam proses penentuan komposisi kabinet baru. Keterlibatan mereka untuk pertama kalinya selama tiga dasa warsa terakhir dalam pembentukan kabinet merupakan momen historis yang tak terelakkan. Sekalipun demikian apa yang terjadi dalam pembentukan kabinet tersebut meru pakan eksperimen yang cukup mahal. Kabinet dibentuk di tengah ancaman para VNISIA NO. 41/XXII/IV/2000 291

Topik: Poiitik Islam Era Gus Dur: Antara Mitos dan Rcalilas, Bambang Ciplo pendukung Megawati yang sangat kecewa bahwa calon mereka gagal menduduki kursl preslden. Oleh karena Itu reaksi alamiah yang munculadalah bagaimana membentuk kabinet yang dapat meredam kerusuhan yang diperkirakan akan meledak dengan hilangnya kesempatan Megawati sebagai preslden. Di samping Gus Dursendiri dikenal sangat dekat dengan Megawati sehingga sekallpun PDI perjuangan tidak mendukung pencalonan Gus Dur sebagai preslden maka partai ini mendapatkan dua ha! yang strategis. Kedua posisi tersebut adalah wakil preslden dan beberapa kursl kabinet yang sangat menentukan. Pemerintahan baru yang sangat dipengaruhi oleh reaksi preslden selaku "representasl" Islam terhadap ancaman kerusuhan sesaat inl kemudlan dikenal sebagai kabinet kompromlstis atau kabinet batas budi. Dalam kajian perbandlngan po iitik bentuk pemerintahan yang mirip de ngan kabinet Gus Dur Inl adalah pemerin tahan koleglal. Pemerintahan kolegial tumbuh dl tengah masyarakat yang sangat heterogen. Dalam masyarakat yang sangat pluralistis dengan perbedaan ekonomi yang cukup menyolok model pemerintahan yang dibangun berdasarkan kompetisi penuh antar partai seringkall merugikan golongan minorltas. Oleh karena beberapa negara dengan kondlsl masyarakat yang sangat heterogen justru memllih untuk menerapkan logika koleglalitas dan mengesampingkan kompetisi penuh. Arend Lljphart misalnya membagi demokrasi ke dalam dua bentuk demokrasi, yakni demokrasi Westminster dan demokrasi konsensus. Demokrasi Westminstei* yang diprakarsal oleh model pemerintahan Inggris mengutamakan kompetisi dari dua partai utama. Amerika pada dasarnya merupakan model Westmhster yar\g telah mengalami mutasi polltls. Akan tetapi esensi demokrasi Amerika tetap, yakni. pemerintahan oleh satu partai yang memenangkan persalngan dalam pemillhan kepala eksekutif. Model-model kompetisi penuh sebagalmana dl Amerika dan Inggris seringkall me rugikan golongan minorltas yang tak pernah mampu memenangkan setlap pemillhan yang didominasi oleh partal-partal besar. Dalam jangka panjang ketldakpuasan mlnoritas dapat berubah menjadi gerakangerakan separatis atau disintegratif yang pada akhlrnya dapat merugikan keutuhan nasional. Sedemikan serlusnya ancaman yang dapat ditimbulkan oleh model peme rintahan kompetitif sehingga beberapa ma syarakat yang sangat pluralistik menlnggalkan pllihan demokrasi kompetitif dan memllih membangun demokrasi konsensus dalam bentuk pemerintahan kolegial. Oleh karena itu bentuk demokrasi yang kedua adalah demokrasi konsensus. Model pemerintahan Ini merupakan konsen sus darl partal-partal polltik pemenang pemilu dengan tidak mengabalkan golongan minorltas. Karena pada demokrasi konserv sus memang ada jamlnan bahwa partai kecil akan memiliki wakilnya di dalam peme rintahan. Model ini memang banyak diterapkan dl Swiss, Belanda, Norwegia, Jepang, Jerman,"Italia, dan Kanada.' Di samping menguntungkan partal-partal minorltas model pemerintahan kolegial juga pada umumnya sangat akrab dengan kepentingan-kepentlngan rakyat kecll seperti pengangguran. Di negara-negara kolegial, yang banyak diterapkan oleh negara dl Mstllah Westminster diambil darl name gedung Parlemen Inggris. 2Thomas A. Baylls, "Pemerintahan Oleh Komlte: Kepemimpinan Koleglal dl Negaranegara Maju," dalam Arend Lijphart (ed), Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial, Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 1995, hal. 246. 292 UNISIA NO. 4I/XXII/IV/I999

Topik: Politik Islam Era Gus Dur: Antara Mitos dan Realilas. Bambang Ciplo kawasan Eropa Utara, tingkat pengangguran lebih rendah dibanding Amerika yang dipimpin oleh model demokrasi kompetitif. Hubungan kemitraan yang akrab antara pemerintah dan rakyat membuat tingkat pemogokan yang dllakukan kaum buruh juga rendahdibandingkan pemogokan di Amerika. Dengan kata lain, manuver partal-partai Islam balk dalam pemilihan preslden maupun pembentukan kablnet sesungguhnya menempatkan kekuatan Islam dalam poslsl menentukan dalam proses penataan politik di tengah transisi saat ini. Persoalannya adalah sejauh mana kontribusi itu menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi umat Islam secara keseluruhan? Dalam perjalanannya ternyata model pemerintahan kolegial ini ternoda oleh kelemahan-kelemahan institusional yang bersifat tak terelakkan dan personalitas pre slden Gus Duryang tidak cukup slap untuk membangun budaya demokrasi baru lewat posisinya selaku kepala eksekutif. Ancaman Bebek Dungu Serangkaian kejadian yangijerlangsung selama bulan-bulan pertama pemerlntahan Gus Dur pada akhlmya membuka kenyataan bahwa selaku kepala eksekutif presiden tampak ragu dalam menjalankan kebijaksanaan polltlknya. Portama, Gus Dur niasih sering menyuarakan kebiasaan lama selaku pejuang demokrasi jalanan sehingga suht membedakan statusnya antara pejuang demokrasi dan kepala eksekutif yang memimpin sebuah pemerlntahan resmi dengan jumlah pendudukan lebih dari 200 juta manusia. Kedua, ada kesan Gus Dur kesulltan dalam menyu'sun agenda polltlknya sendiri sehingga muncul berbagal masukan dari luar yang pada akhirnya membuat proses pembuatan keputusan sangat lamban de ngan akibat sangat serius. Secara khusus persoalan daerah Aceh dan Ambon tidak tampak menjadi perhalian utama Gus Dur selaku presiden. Gus Dur lebih banyak melakukan manuver-manuver politik ringan yang tidak terfokus pada persoalan yang sesungguhnya. Padahal persoalan yang muncul saat ini bergerak sangat cepat. Bahkan sangat jauh lebih cepat dari per soalan-persoalan yang bermunculan pada saat rejim Suharto berdiri pada akhir dekade 60-an yang lalu. Ketiga, kelambanan pemerintah bahkan kemudian dlperburuk dengan pergantian anggota kablnet yang kurang menghargai suara dari mayoritas partai-partai pendukungnya balk di MPR maupun DPR. Jika kebiasaan mengabaikan partai-partai Islam sebagai pendukung utama Gus Dur dalam pemilihan presiden ini terus dipertahankan maka bukan tidak mungkin akan muncul persoalan serius dalam hubungan antara Gus Dur dan basis dukungannya di legislatif. Sayang, bahwa reaksl Gus Dur terhadap basis pendukungnya cenderung memperlebar kesenjangan tersebut. Perilaku Gus Dur yang berusaha meyaklnkan publik atas otonominya dari tekanan-tekanan partai-partai Islam dan partal berbasis massa Islam menimbulkan pertanyaan atas masa depan politik Islam di Indonesia. Apakah kekuatan Islam niasih akan bortahan dalam beberapa lahun mendatang atau akan semakin terpojok oleh manuver-manuver presiden yang cen derung menjauh dari kekuatan Islam? Poslsl Gus Dur sendiri saat Ini sudah mendekati gejala bet>ek dungu sebagairnana dialami presiden di beberapa negara Ame rika Latin. Prediksi para alili kepresldenan bahvya kombinasi antara parlemen yang terdirl dari multipartal dan presiden akan menghasllkan presiden yang lemah ter nyata mulai menunjukkan tanda-tanda akan terbukti pula di Indonesia. Kombinasi Ini memang cukup buruk karena dalam sistem UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000 293

Topik: Polilik Islam Era Gus Dur; Antara Mitos dan Realitas, Bambang Cipio presidensialisme maka presiden sulit dibubarkan oleh parlemen. Dikala presiden tidak lag! popular di kalanganparlemen maka seharusnya parlemen mengajukan mosi tidak percaya untuk menjatuhkan presiden. Akan tetapi sistem presidensialisme menolak logika tersebut sebab sistem ini menghendakl presiden menyelesaikan seluruhnya masa jabatannya tanpa memperdulikan dirinya populer atau tidak populer. Dalam hal ini sesungguhnya popularitas Gus Dur di mata MPR dan DPR mungkin tidak setinggi pada saat la dtpilih dalam SU MPR. Baik Ketua MPR maupun DPR sudah berusaha untuk mengeluarkan pef nyataan yang keras agar presiden segera mengambil tindakan efektif untuk menye lesaikan kasus Ambon dan Aceh. Namun reaksl presiden tampak lambat dan mengecilkan persoalan sesungguhnya. Presiden bahkan cenderung menanggapi secara emosional kritik-kritik tajam dari publik yang dalam alam demokrasi nyaris tak berarti karena la terpilih secara resmi. Jika hubungan ketegangan antara MPR/DPR dan presiden ini terus berkembang sementara MPR/DPR tidak dapat berbuat sesuatu untuk menekan presiden maka presiden akan terjungkal kedalam gejala bebek dungu. Keterlibatan ketua MPR Amien Rais dalam rapat akbar di Jakarta menjelang Lebaran yang lalu mencerminkan betapa sulitnya melakukan kritik secara kelembagaan terhadap Gus Dur. Dalam pemerintahan kolegial oposisi oleh badan legislate sangat diperlukan untuk menjaga agar kekuasaan eksekutif tidak menggelembung dan berubah menjadi tirani. Oleh karena kritik dari leglslatifharus ditanggapi sebagal peringatan dari basis pendukung eksekutif. Persoalannya men jadi sangat pelik karena Gus Dur lebih percaya kepada kekuasaan presiden yang dimilikinya daripada partai-partai politik di bidang leglslatif yang memberinya legiti- masi untuk membentuk pemerintahan. Ini persoalan inti dari kekuasaan presiden yang dibentuk dari sistem multipartai. Legitlmasinya yang sedemiklan kuat sesungguhnya merupakan sebuah ilusi. la setiap saat dapat dijatuhkan oleh legislatif sebagaimana dalam pemerintahan parlementer. Akan tetapi karena konstitusi melarang pembubaran pemerintah oleh MPR/DPR maka ia akan melakukan apa pun untuk mempertahankan kekuasaannya selaku presiden. Dalam jangka panjang tradisi presidensialisme imajinatif ini akan mendorong kembalinya kekuasaan otoriter. Perilaku politik Gus Dur juga men cerminkan apa yang dikemukakan oleh Timothy J. Power sebagai irasionalitas par tai-partai politik baru.^ Gus Dur tampil sebagai presiden yang gugup dan terperangah oleh besarnya kekuasaan konstitusional yang diperolehnya tanpa melalut perjuangan kelembagaan yang cukup lama dan teruji. Pada saat ia memulai menjalankan kekuasaan tersebut ia lupa bahwa hubungan dirinya dengan partai-partai pendukungnya di MPR/DPR tidaklah kohesif karena bersifat tiba-tiba. Sehingga ia de ngan tanpa beban merekrut tokoh-tokoh Forum Demokrasi yang tidak memiliki warna partai politik apa pun. Padahal ke kuasaan presiden Indonesia sama sekali berbeda dengan kekuasaan presiden Ame ^TimothyJ. Power. "Parties. Puppets, and Paradoxs: Changing Attitudes Toward Party inslilulionalizatlon in Posl-Aulhoritartan Drazil, Parly Politics. (April 1997). Power menyebutkan bahwa masyarakat Jerman yang terlalu lama mengalami marjinalisasi. politik akan mengalami ketergagapan pada saat membangun partai-partai baru. Oleh karena itu hubungan antar partai pun menjadi tidak kohesif satu sama lain. Kondisi serupa juga terjadi di Brazil sehingga partai-partai menjadi tidak rasional dalam bertindak. 294 UNISIA NO. 41/XXII/IV/1999

Topik: Politik Islam Era Gus Dur: Antara Mitos dan Realitas, Bambang Cipto rika yang dipilih secara langsung yang memang sangat legitimate untuk mengambil penasehat dari teman-teman lamanya. Kecenderungan Inl sudah tentu berlawanan dengan loglka koleglalisme yang menuntut kesedlaan eksekutif untuk mendengarkan sepenuhnya suara partai politik di badan legislatif. Dalam pemerintahan kdlegial mumi pada umumnya hanya orang-orang patai yang berhak memasuki kabinet. Persoalan ini akan menjadi sangat serius bagi kekuatan politik islam karena dengan demikian apa yang selama ini diyakini bahwa Islam mampu memberikan kontrit^usl dalam penataan politik nasional ternyata gagal membuktikan janji tersebut. Gus Dur sendiri sudah tentu memlliki alasan yang sangat kuat mengapa ia tampak lambat dan justru menempuh kebijaksanaan yang tidak po pular seperti melakukan pergantian anggota kabinet. Salah satu alasan yang mungkin menghalangi langkah Gus Dur adalah unsur militer dalam tubuh pemerintahan saat ini. Kondisi ini membuat pemerintahan sipil berjalan d itempat sekaligus menunjukkan betapa lemahnya koordinasi antar kekuatan politik sipil. Dalam art! bahwa kekuatan politik sipil gagal membangun sebuah koalisi ketat untuk mengisolir tentara dari politik. Sebaliknya tentara mampu secara efektif menceral-beraikan kekuatan-kekuatan politik sipil khususnya di kalangan partai-partai Islam. Beidasarkan pertlmfcjangan-pertimbangan di atas maka jelas bahwa kekuatan politik Islam masih menghadapi tantangan serius di masa depan. Tantangan ini berupa konsolidasl antar partai dan antara partai dan kekuatan Islam di luar partai. Bahkan di masa depan partai-partai Islam tnarus mampu menjalin kerjasama dengan partai lain yang benar-benar memlliki kredibilitas dan Integritas tinggi sebagai rekanan politik. Harapan dari Poros Tengah Di kalangan umat Islam tidak sedikit yang memandang poros tengah dengan sebelah mata khususnya mereka yang memandangnya sebagai bentuk tantangan baru bagi kekuatan politik yang mapan. Sekalipun demikian sejak SU MPR hingga kini poros tengah selalu tampil dengan kreasi-kreasi politik baru yang belum mendapat tandingan yang seimbang balk dari kalanga Islam maupun nasionalis sekuler, kecuali militer. Poros tengah mampu menjaga diri sehingga tidak mudah tenggelam dalam rutinitas politik yang sering berkembang menjadi konservatisme sebagaimana dialami Golkar pada masa Suharto. Poros tengah tampakriya masih harus menciptakan kembali berbagai kreatifitas politik untuk menjaga momentum popularitas politik Islam.'* Sudah tentu tantangan ini akan membuat poros tengah mengalami saat-saat sulit. Upaya poros tengah untuk melakukan kritik tajam terhadap pemerin tahan'gus Dur adalah sebuah eksperimen yang cukup mahal. Tantangan dari dalam tubuh umat Islam sendiri terhadap ekspe rimen tersebut selalu lebih besar daripada kemudahan yang' diharapkan. Pada saat 'Perilaku politik poros tengah selama ini mirip dengan prediksi kalangan ahli manajemen Internasional yang memperkirakan bahwa pada era milenium ketiga akan muncul kepemimpinan baru sebagaimana dipredlksi Mark A. /^ramson sebuah artikelnya: "Leadership for the Future: New Behaviours, New Roles, and New Attitudes," The Public Manager, (Spring 1997). Ciri-ctrl tersebut, antara lain, (1) kesediaan berbagi kepemimpinan; (2) berperan sebagai komunikator; (3) katalisator perubahan; (4) mengembangkan kemampuan mitra yang lain; (5) bekerja berdasarkan knowledge. Ideas, dan information (knowledge workers); (6) menolak rinlangan hirarkls. UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000 295

Topik: Politik Islam Era Gus Dur: Aniara Mitos dan Rcaliias, Bambang Cipto reformasi berlangsung pun sebagian besar umat Islam pada umumnya agak ketakutan kecuali beberapa gelindr tokoh reformisnya. Kondisi politik yang tidak menentu di Ambon, Halmahera dan Aceh saat in! menuntut kembali kepemlmpinan umat Islam. Mungkln hanya poros lengah yang masih bemyall untuk melakukan terobosan politik. Fraksl-fraksl lain balk dl MPR maupun DPR pada umumnya kurang bersemangat untuk melakukan kritik tajam. Mereka sangat percaya pada budaya menunggu hingga badal reda dan selalu slap untuk mengumpulkan dan menlkmati Ikan-lkan segar setelah badal berialu. Poros tengah seballknya selalu slap menerjang badal betapapun kerasnya. Persoalan dasar bagi umat Islam adalah meyaklnkan semuanya bahwa kehldupan politik selalu penuh dengan badal yang setlap saat menerjang kehldupan manusla. Budaya menghadang badal mungkln sangat sedlkit dikenali ellt Islam di Indonesia. Sehlngga sekall lagi hanya segellntir pemimpin Islam yang selalu bersedia untuk menyingslngkan lengan baju dan slap melawan terkaman badal politik. Tidak meratanya semangat demokrasi dl kalangan ellt kepemlmpinan Islam membuat politik Islam dl Indonesia sulit berkembang luas. Tantangan terberat bagi umat Islam barangkali adalah meningkatkan soslallsasi nllal-nllai Islam yang mendukung pertumbuhan demokrasi dl Indcnesla khususnya di kalangan lapis ellt Islam. Tokoh-tokoh seperti Nurcholls Madjid dan Amien Rals terlalu sedlkit dibandlngkan de ngan ratusan juta umat yang pada umumnya sangat sederhana dan sering dimanlpulasi oleh segellntir elltnya sendiri untuk kepentingan mereka. Akhlmya, harapan kepada poros tengah untuk tetap mempertahankan semangat Inovasi polltlknya memang perlu mendapat dukungan darl kelompok non-partal yang memlliki kredlbllitas sebandlng. Kebutuhan Ini sangat mendesak karena kekuatan konservatif tampaknya sedang membentuk dirl dan mencarl saat yang paling tepat untuk memblnasakan masa depan poros tengah. Apakah kekuatan politik Islam termasuk dl dalamnya ormas-ormas Islam menyadarl kebutuhan tersebut atau justru menganggap agenda tersebut tidak leblh darl urusan poros lengah sendiri? Bukan tidak mungkln bahwa poros tengah maslh harus bermain tunggal dalam jangka lama dan Inl berarti bahwa umat Islam memang belum slap sepenuhnya untuk menjadi kontrlbutor utama dalam era translsi menuju penataan kembali pblltik naslonal paskar Suharto. Adalah tugas kalangan ellt intelektual dan keagamaan untuk mengubah kondlsl minus inl menjadi kondisi plus de ngan mendorong terclptanya indivldu dan kelompok berbasis Islam yang memlliki motivasi tinggi, kreatif dan berjlwa menerobos ke depan. Peter J. Anderson, The Global Politics of Power, Justice and Death: An Introduction to International Relations, London; Routledge, 1996. Anderson mengawali stud! hubungan internaslonal yang mulal menekankan 'peran signifikan organisasl keaga maan dalam proses pengambilan politik luar negeri Amerika. Secara implisit studi Ini mengacu pada semakin pentingnya peran organisasi keagamaan dalam proses politik nasional sebagal sesuatu yang tak terelakkan. Dalam konteks inilah sesungguhnya ormas-ormas keagamaan dl Indonesia perlu melakukan revisi alas persepsi mereka tenlang keberadaan dan masa depan politik poros tengah dalam konteks translsi politik demokrasi di Indonesia. 296 UNISIA NO. 41/XXII/IV/1999

Topik: Politik Islam Era Gus Dur: Antara Mitos dan Realitas, Bambang Cipio Daftar Pustaka Abramson, A. 1997, Leadership for the fu ture: New Behaviorls, New Roles, and Ner Attltodes, The Publlk fvlanager, Spring -1997. Anderson. Perter J, 1996. The global Poli tics of Power, justice and Death: An Introduction to International Pelation. Routledge, London. Liapart. Arend (ed). 1995. Sistem Pemehntahan Parlementer dan Presidensiat, PT. Ragu Grafindo Perkasa, Jakarta Power, TImoty J, 1997, Parties, Puppets, and Paradoxs: changing Attitudes Toward Party institutionalization in Post-Authoritarian Brazil, Party Poli tics, April - 1997. D UNISIA NO. 41/XXII/IV/2000 297