BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BSN. Pengendalian Gratifikasi. Sistem.

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No.69 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

~ 1 ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

BERITA NEGARA. No.665, 2016 KEMENPU-PR. Pengendalian Gratifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2015

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B BAB I PENDAHULUAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang P

KEMENDAGRI. Gratifikasi. Unit Pengendalian.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 31 Tahun L999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran

PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS II SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS H PEDOMAN PENANGANAN GRATO7KASIDILINGKUNGAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK.10 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 044 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 Tahun 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

2 Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersi

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Nomor : 995/BAN-PT/AK/2017 Jakarta, 21 Februari 2017 Lampiran : 1(satu) berkas : Kode Etik Asesor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 90 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER -05/MBU/2014 TENTANG

2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

Nomor : 992 /BAN-PT/AK/ Februari 2017 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Pemberitahuan asesmen lapangan BAN-PT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. a. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

2017, No Keluarga Berencana Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dar

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 19.a TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEMBERIAN DAN PENERIMAAN HADIAH

GUBERNURLAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

2017, No Mengingat : 1. Undang- U n d a n g N o m o r 2 8 T a h u n t e n t a n g Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Ko

UPATI BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/OT.140/7/2014 Ccccccccc TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 58

PEMBERIAN GRATIFIKASI KEPADA PIHAK KETIGA

1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi (Lembaran A. UMUM B, DASAR HUKUM

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE

Gratifikasi. Suap, Pungli. Hukum positif Jenis-jenis korupsi (UU No. 31 Th 1999 jo. UU No. 20 Th 2001) 4/17/2013. Janji/ suap.

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 22. TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor : 58 TAHUN 2016 TENTANG

2/1. NoMoR /&T TAHUN 2oT3 PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PBNBRAPAN TEKNOLOGI TENTANG PEDOMAN PELAPORAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 50 TAHUN 2015

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK KITA SEMUA Memahami Gratifikasi

Transkripsi:

BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Tanggal 6 Juni 2016 SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR, Ttd. ADE SARIP HIDAYAT Pembina Utama Muda NIP. 19600910 198003 1 003

Walikota Bogor Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme di lingkungan Pemerintah Kota Bogor, perlu adanya upaya pengendalian gratifikasi sebagai perwujudan dari integritas pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Bogor dalam menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan mengingat penuh tanggung jawab; 1

b. bahwa untuk meningkatkan pencegahan tindak pidana korupsi melalui pengendalian gratifikasi dan memberikan pedoman bagi pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Bogor dan sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi, perlu mengatur ketentuan mengenai pengendalian gratifikasi di lingkungan Pemerintah Kota Bogor; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Kota Bogor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 2

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 3

8. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan; 10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah; 11. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Bogor (Lembar Derah Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2008 Nomor 2 Seri E); 12. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri D), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2014 Nomor 2 Seri D); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR. 4

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Bogor. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Walikota adalah Walikota Bogor. 4. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Bogor. 5. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD adalah OPD di lingkungan Pemerintah Kota Bogor. 6. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian dalam bentuk uang, barang, diskon/rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 7. Unit Pengendalian Gratifikasi yang selanjutnya disingkat UPG adalah fungsi atau unit Ad Hoc yang berada di lingkungan Pemerintah Kota Bogor. 8. Pegawai Aparatur Pemerintah Kota Bogor selanjutnya disebut pegawai adalah pegawai negeri sipil, penyelenggara negara, pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja dan pegawai lain yang bekerja di lingkungan Pemerintah Kota Bogor. 5

9. Uang/barang/fasilitas lainnya adalah uang/barang/fasilitas lainnya berapapun nilainya yang diberikan oleh pegawai/tamu/pemberi dalam rangka mempengaruhi kebijakan/keputusan/perlakuan pemangku kewenangan dalam setiap pelayanan terkait dengan tugas, wewenang, atau tanggung jawabnya. 10. Fasilitas lainnya berbentuk hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk barang maupun jasa, yang dinikmati baik bersama-sama dengan pemberi maupun dinikmati sendiri, termasuk tetapi tidak terbatas pada musik, film, opera, drama, permainan, olahraga, dan wisata, serta hiburan lainnya. 11. Penerima adalah pegawai yang menerima gratifikasi beserta keluarga inti meliputi suami, istri dan anak. 12. Pemberi adalah seseorang dan/atau institusi baik internal maupun eksternal Pemerintah Kota Bogor yang memberi uang/barang/jasa sehubungan dengan penerimaan dan pemberian gratifikasi. 13. Pelapor adalah pegawai yang menyampaikan laporan atau penolakan, penerimaan, pemberian, dan pemberian atas permintaan hadiah/fasilitas atau gratifikasi. 14. Agen Perubahan Pengendalian Gratifikasi adalah pegawai negeri yang bekerja di lingkungan Pemerintah Kota Bogor dengan tugas untuk menyebarkan informasi dan sosialiasi terkait gratifikasi di lingkungan Pemerintah Kota Bogor yang ditetapkan oleh Walikota. BAB II JENIS GRATIFIKASI Pasal 2 Gratifikasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: a. Gratifikasi yang wajib dilaporkan; b. Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan. 6

Pasal 3 (1) Pegawai dilarang menerima dan memberikan segala sesuatu bentuk gratifikasi yang berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. (2) Gratifikasi yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a adalah setiap bentuk pemberian, penerimaan, penolakan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. (3) Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b terdiri atas: a. penerimaan yang terkait dengan tugas kedinasan meliputi: 1. penerimaan yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis, berupa seminar kits, sertifikat, dan plakat; 2. penerimaan yang diperoleh secara resmi kedinasan dalam bentuk hidangan/sajian/jamuan berupa makanan dan minuman yang berlaku umum; b. penerimaan yang terkait dengan tugas di luar kedinasan meliputi: 1. penerimaan yang diperoleh dari hadiah langsung/door prize/undian, diskon/rabat, voucher, point reward, atau cinderamata/souvenir, yang berlaku secara umum dan tidak terkait dengan kedinasan; 2. diperoleh karena prestasi akademis atau non akademis (kejuaraan/perlombaan/kompetisi) dengan biaya sendiri dan tidak terkait dengan kedinasan; 3. diperoleh dari keuntungan/bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku secara umum dan tidak terkait dengan kedinasan; 7

4. penerimaan yang diperoleh dari hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau dalam garis keturunan ke samping sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi berupa hadiah perkawinan, khitanan anak, ulang tahun, kegiatan keagamaan/adat dan tradisi dan bukan dari pihak-pihak yang mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi; 5. penerimaan yang diperoleh dari hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus atau dalam garis keturunan ke samping sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi berupa hadiah perkawinan, khitanan anak, ulang tahun, kegiatan keagamaan/adat dan tradisi dan bukan dari pihak-pihak yang mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi; 6. penerimaan yang diperoleh dari pihak lain yang tidak mempunyai hubungan keluarga terkait dengan hadiah perkawinan, khitanan anak, ulang tahun, kegiatan keagamaan/adat dan tradisi dengan batas nilai setinggi-tingginya Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian per orang. 7. penerimaan yang diperoleh dari pihak lain terkait dengan musibah atau bencana setinggi-tingginya Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian per orang; 8. pemberian hadiah antar sesama pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun, penghargaan prestasi kerja dan promosi jabatan dalam bentuk apapun dengan nilai paling banyak Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per pemberian per orang; dan 9. penerimaan lainnya yang diperoleh dari pihak yang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi, dan tidak berhubungan dengan jabatan, serta tidak berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. 8

Pasal 4 (1) Pimpinan OPD berkewajiban untuk membina pegawai di lingkungannya masing-masing dalam pelaksanaan pengendalian gratifikasi yang efisien, efektif, dan akuntabel beserta pelaporannya. (2) Pimpinan OPD berkewajiban untuk mendukung dan membantu segala program kerja UPG. BAB III UPG Pasal 5 (1) Dalam rangka menunjang efektivitas pelaksanaan pengendalian gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah dibentuk UPG sebagai unit pelayanan dan informasi (help desk) pengendalian gratifikasi. (2) UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota dan berkedudukan di OPD yang mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan. Pasal 6 (1) UPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri dari: a. Pembina; b. Penanggung Jawab; c. Ketua merangkap anggota; d. Wakil Ketua merangkap anggota; e. Sekretaris merangkap anggota; f. Koordinator merangkap anggota; dan g. Anggota. 9

(2) Pembina UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dijabat oleh Wakil Walikota. (3) Penanggung Jawab UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dijabat oleh Sekretaris Daerah. (4) Ketua UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dijabat oleh Inspektur. (5) Wakil Ketua UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dijabat oleh Sekretaris Inspektorat. (6) Sekretaris UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dijabat oleh Inspektur Pembantu Wilayah II bidang Pemerintahan pada Inspektorat. (7) Koordinator UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dijabat oleh Auditor Madya pada Inspektorat. (8) Anggota UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g berasal dari Pejabat Fungsional Auditor di lingkungan Inspektorat dan pejabat lainnya yang ditetapkan. Pasal 7 UPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) mempunyai tugas melakukan pengendalian gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah. Pasal 8 (1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pembina UPG mempunyai fungsi membina kepada UPG untuk melaksanakan proses pengendalian gratifikasi yang efisien, efektif, dan akuntabel. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Penanggungjawab, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Koordinator, dan Anggota UPG mempunyai fungsi: a. penerimaan laporan gratifikasi, pemilahan kategori gratifikasi, dan fasilitasi penerusan laporan gratifikasi ke Komisi Pemberantas Korupsi (KPK); 10

b. penyampaian surat keputusan Pimpinan KPK tentang penetapan status gratifikasi kepada penerima dan/atau pelapor serta penyimpanan bukti penyetoran uang yang diterima dari gratifikasi apabila diputuskan oleh KPK menjadi milik Negara; c. diseminasi/sosialisasi kebijakan Pemerintah Daerah terkait dengan pengendalian gratifikasi kepada pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah, mitra kerja, pihak ketiga, para pemangku kepentingan, dan masyarakat pada umumnya bersama dengan Agen Perubahan Pengendalian Gratifikasi Pemerintah Daerah; d. penyampaian laporan kinerja pengelolaan pengendalian gratifikasi kepada Walikota; e. evaluasi atas efektivitas dari kebijakan terkait pengendalian gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah; dan f. koordinasi dengan KPK. BAB IV MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI Pasal 9 (1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) meliputi gratifikasi dalam bentuk uang/barang berapapun nilainya, cinderamata, honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas yang menjadi beban instansi di luar Pemerintah Daerah, dan/atau barang yang mudah busuk atau rusak, seperti bingkisan makanan, minuman, oleh-oleh, dan buah. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan langsung kepada UPG. (3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir yang ditetapkan atau melalui surat elektronik dengan alamat: upg@kotabogor.go.id disertai bukti foto wujud gratifikasi. 11

(4) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat: a. identitas pelapor terdiri dari nama dan alamat lengkap penerima gratifikasi serta nama dan alamat lengkap pemberi gratifikasi; b. jabatan pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara penerima gratifikasi serta pekerjaan dan jabatan pemberi gratifikasi; c. tempat dan waktu penerimaan gratifikasi; d. uraian jenis gratifikasi yang diterima; e. nilai gratifikasi dan/atau estimasi harga barang yang diterima; f. hubungan antara penerima gratifikasi dengan pemberi gratifikasi; g. alasan pemberian gratifikasi dan kronologi penerimaan gratifikasi. (5) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada UPG paling lambat dilakukan 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya, ditolaknya, maupun diberikannya gratifikasi oleh penyelenggara negara dan pegawai yang bersangkutan. (6) UPG wajib menjaga kerahasiaan data pelapor gratifikasi kepada pihak manapun, kecuali diminta berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pasal 10 (1) UPG wajib menerima, mencatat, menelaah, dan memilah kategori laporan gratifikasi. (2) Setelah menerima laporan gratifikasi, UPG melakukan penelaahan kelengkapan dan isi laporan gratifikasi. (3) Apabila diperlukan UPG dapat meminta keterangan kepada pelapor terkait kelengkapan data laporan. 12

(4) Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan cara yang sederhana, efisien, dan efektif. (5) UPG memfasilitasi penerusan laporan gratifikasi kepada KPK untuk ditetapkan status gratifikasinya. (6) UPG menyampaikan Keputusan Pimpinan KPK tentang penetapan status gratifikasi kepada pelapor serta menyimpan bukti penyetoran uang yang diterima dari gratifikasi apabila diputuskan oleh KPK menjadi milik Negara. Pasal 11 (1) UPG berkewajiban menyelenggarakan pendokumentasian seluruh proses pengendalian gratifikasi secara lengkap dalam bentuk hard copy maupun soft copy, mulai dari pelaporan gratifikasi hingga tindak lanjut hasil penetapan status gratifikasi. (2) UPG melaporkan kinerja pengendalian gratifikasi kepada Walikota sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali ditembuskan kepada KPK. BAB V SOSIALISASI Pasal 12 (1) Dalam rangka pelaksanaan pengendalian gratifikasi perlu dilakukan sosialisasi. (2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. pencantuman ketentuan larangan penerimaan; b. gratifikasi pada setiap OPD yang memberikan pelayanan publik; 13

c. pengumuman dalam proses pengadaan barang dan jasa; d. kontrak pengadaan barang dan jasa dan pada surat-surat yang disampaikan kepada pihak ketiga lainnya. (3) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh UPG dan/atau bersama dengan pihak-pihak lain baik perorangan atau instansi yang berkompeten dibidangnya. (4) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan bagi pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah, mitra kerja, pihak ketiga, para pemangku kepentingan, dan masyarakat pada umumnya BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 13 Segala biaya yang berkaitan dengan pengendalian gratifikasi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bogor dan/atau sumber lain yang sah serta tidak mengikat. BAB VII SANKSI Pasal 14 Atas setiap bentuk pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan yang diatur dalam Peraturan Walikota ini, dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 14

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bogor. Diundangkan di Bogor pada tanggal 6 Juni 2016 SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR, Ttd. ADE SARIP HIDAYAT BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2016 NOMOR 19 SERI E Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, Ditetapkan di Bogor pada tanggal 6 Juni 2016 WALIKOTA BOGOR, Ttd. BIMA ARYA N. HASBHY MUNNAWAR, S.H, M.Si. NIP. 19720918199911001 15