BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN TENTANG PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM PENANGANAN KASUS HUKUM PERDATA (Studi pada Lembaga Bantuan Hukum di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

I. PENDAHULUAN. persamaan perlakuan (equal treatment). Berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akses kepada keadilan (access to justice) dan kesamaan di

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip persamaan di hadapan hukum (Equality Before The Law), diatur

PERAN DINAS HUKUM TNI AU TERHADAP PRAJURIT DALAM PENDAMPINGAN KASUS PIDANA MILITER (Studi Kasus Lanud Adi Soemarmo Surakarta) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1945), di dalam Pembukaan alinea pertama menyatakan bahwa sesungguhnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Pengantar 1) kepentingan-kepentingan keadilan, dan 2) tidak mampu membayar Advokat.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. hukum guna menjamin adanya penegakan hukum. Bantuan hukum itu bersifat

BAB III PENUTUP. simpulkan menjadi tiga, legal aid yaitu bantuan hukum yang diberikan

KEDUDUKAN DAN FUNGSI LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT YANG KURANG MAMPU 1 Oleh: Ricko Mamahit 2

BANTUAN HUKUM DI DAERAH REGIONAL LEGAL ASSISTANCE

RRANCANGA GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

Regional Legal Assistance. Bantuan Hukum di Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas Pancasila dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM FAKIR MISKIN

BAB III PENUTUP. Bantuan Hukum bagi paralegal maka dapat disimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA- CUMA BAGI TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Republik Indonesia

PENUNJUKAN PENASEHAT HUKUM SECARA PRODEO OLEH HAKIM UNTUK TERDAKWA PEMBUNUHAN. (Studi Di Pengadilan Negeri Padang)

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Prinsip

BAB III METODE PENELITIAN. normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju atau tidaknya suatu negara dari aspek kesejahteraan sosial,

BUPATI BREBES PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan bukan

KEABSAHAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP TERSANGKA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI DAERAH BALI. Oleh : Dewa Gede Tedy Sukadana

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT MISKIN

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

I.PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. sederajat dengan individu. Hak-hak individu selalu dilindungi Undang-Undang. Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. biaya untuk pemanggilan, pemberitahuan para pihak serta biaya materai 1.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Negara hukum. Dalam negara hukum (rechsstaat), Negara berada

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN. dengan hak warga negara. Pengaturan hak asasi manusia secara konstitusional

BAB III PENUTUP. penelitian maka dapat diambil kesimpulan seperti berikut ini :

BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT TIDAK MAMPU DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN BERMARTABAT

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia serta Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa asing banyak dikenal istilah bantuan hukum, di

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XV/2017

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum. Negara

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

1. Asal muasal dan standar

TENTANG. 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran

- 1 - GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 105/PUU-XIV/2016 Kewajiban Mematuhi Putusan Mahkamah Konstitusi

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang. Perkembangan masyarakat, menuntut kebutuhan kepastian akan

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

OBJEK PERMOHONAN Permohonan Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

PENEGAKAN HUKUM TENTANG HAK FAKIR MISKIN UNTUK MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT BERLAKUNYA UNDANG UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan yang penulis sajikan dari hasil

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

GUBERNUR PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB II PENGATURAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM. dibuat untuk mengatur. Sedangkan peraturan hukum adalah prinsip

IMPLEMENTASI BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT TIDAK MAMPU DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

BAB III METODE PENELITIAN. data dan membahas permasalahan adalah sebagai berikut :

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB III PENGATURAN TERHADAP HAK-HAK TERSANGKA YANG TIDAK MAMPU DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

PEMBERIAN BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT MISKIN DI KOTA AMBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA

PERAN BANTUAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU

BAB I PENDAHAULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,

LARANGAN DAN SANKSI PIDANA BAGI PEMBERI BANTUAN HUKUM 1 Oleh : Freke F. Kambey 2

JURNAL ILMIAH PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA YANG DIBERIKAN OLEH ADVOKAT KEPADA MASYARAKAT YANG KURANG MAMPU

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan terhadap. korban kejahatan dengan perlindungan terhadap pelaku, merupakan

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945). Terdapat tiga prinsip dasar negara hukum yaitu: supremasi hukum, persamaan dihadapan hukum, dan penegakan hukum dengan tata cara yang tidak bertentangan dengan aturan hukum. 1 Seharusnya persamaan dihadapan hukum harus diartikan secara dinamis, dan tidak diartikan secara statis. Artinya kalau ada persamaan dihadapan hukum bagi semua orang, maka harus diimbangi juga dengan persamaan perlakuan (equal treatment) bagi semua orang. Jika terdapat dua orang bersengketa datang kehadapan hakim, maka mereka harus mendapatkan perlakukan yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan hukum yang diartikan secara dinamis ini dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh keadilan (acces to justice) bagi semua orang tanpa memperdulikan latar belakangnya. Menurut Aristoteles, keadilan harus diberikan oleh negara kepada semua orang, dan hukum mempunyai tugas untuk menjaganya agar keadilan sampai kepada semua orang tanpa terkecuali. Apakah orang mampu 1 A. Patra M. Zen dan Daniel Hutagalung, 2009, Panduan Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta: YLBHI & PSHK,.Hlm. 34. 1

atau fakir miskin, mereka sama dalam mendapatkan akses keadilan. 2 Jaminan untuk mendapatkan bantuan hukum telah diatur dalam UU No.39/1999 tentang Hak Asasi Manusia didalam pasal 17,18,19, dan 34. Sekarang ini Indonesia telah meratifikasi kovenan Internasional tentang hakhak sipil dan politik (Kovenan Hak-hak Sipil Internasional Covenant on Civil and Political Right), dalam pasal 16 serta Pasal 26 Konvensi itu menjamin akan persamaan kedudukan didepan hukum (equality before the law). Semua orang berhak atas perlindungan dari hukum serta harus dihindarkan adanya diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik berbeda, nasional atau asal-muasal kebangsaan, kekayaan, kelahiran atau status yang lainnya. 3 Bantuan hukum merupakan hak konstitusional dan negara mempunyai tanggungjawab untuk pemenuhan hak bantuan hukum untuk kelompok miskin dan termajinalkan seperti anak, perempuan, dan penyandang cacat. Negara bertanggungjawab untuk menyediakan anggaran bantuan hukum yang berasal dari dana publik, dan menjamin kualitas penyediaan jasa bantuan hukum termasuk menjamin kualitas penyediaan jasa bantuan hukum tersebut. 4. 2 Fulthoni. AM, Siti Aminah & Uli Parulian Sihombing, 2009, Mengelola Legal Clinic: ILRC. Jakarta. Hlm. 2. 3 A. Patra M. Zen dan Daniel Hutagalung, 2006, Panduan Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta: YLBHI & PSHK. Hlm. 47. 4 Uli Parulian sihombing, Bantuan Hukum adalah Hak Kita, Jakarta. The Indonesian Legal Resource Center (ILRC). Mei 2012. Hlm. 1. 2

Negara mempunyai landasan konstitusional yang terkait tentang persamaan dihadapan hukum yang terdiri atas 3 (tiga) norma konstitusional yaitu: 1. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, menentukan: Segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal ini merupakan kaidah hukum equality before the law. 2. Pasal 28 D Ayat (1) UUD 1945, menentukan: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Pasal ini memaparkan kaidah hukum : Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). 3. Pasal 34 UUD 1945, menentukan: Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Pasal ini memaparkan kaidah hukum: pembelaan Pro Bono Publico yakni: persamaan perlakuan (equal treatment) bagi masyarakat tidak mampu. Ketiga landasan konstitusional diatas sangat berperan untuk memotivasi Penyelenggaraan Negara dan Profesi Hukum menjalankan proses penegakan hukum itu melalui Bantuan Hukum. 5 Selanjutnya, UU No. 18/2003 tentang Advokat, dalam Pasal 22, Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Dijelaskan dalam kode etik Advokat Indonesia, pada Pasal 7 (h), 5 H.P Panggabean, 2011, Buku Ajar Klinis Hukum dalam Sistem Hukum dan Peradilan, Panggabean, Bandung: P.T Alumni, Hlm. 63. 3

bahwa advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma (prodeo) bagi orang yang tidak mampu. 6 Berdasarkan pasal 4 Undang- undang Bantuan Hukum, bahwa bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah hukum. Area bantuan hukum yang dapat meliputi kasus-kasus perdata, pidana dan tata usaha negara. Undang-undang bantuan hukum sudah membatasi kualifikasi penerima bantuan hukum hanya bagi masyarakat yang tidak mampu. Pasal 5 menyatakan : (1) Penerima Bantuan Hukum sebagaimana didalam pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri. (2) Hak dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan atau perumahan. 7 Bantuan Hukum akan membantu mereka yang miskin itu untuk berkedudukan sama dengan golongan-golongan lain yang lebih mampu, baik dihadapan hukum maupun dihadapan kekuasaan pengadilan. Bantuan Hukum juga akan memulihkan kepercayaan mereka yang berada pada golongan yang tidak 6 A. Patra M. Zen dan Daniel Hutagalung, 2009, Panduan Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta: YLBHI & PSHK. Hlm. 48. 7 Forum Akses Keadilan untuk Semua (FOKUS), 2012, Jakarta, Bantuan Hukum untuk Semua, Hlm. 7. 4

mampu itu kepada hukum, karena dengan bantuan hukum itu mereka akan didengar dan ditanggapi juga oleh hukum dan para penegaknya. 8 Memberikan bantuan hukum cuma-cuma tidak monopoli dari organisasi maupun idividu semata. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) juga dikenal dengan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma. Lembaga Bantuan Hukum selain dari YLBHI, juga banyak sekali didirikan oleh perguruan-perguruan tinggi, lembaga agama, partai politik, pengadilan negeri, atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan lain sebagainya. LBH itu memberikan bantuan hukum kepada siapa saja, baik kepada orang yang tidak mampu, maupun kepada orang yang membutuhkan. Ada pula Lembaga Bantuan Hukum yang memberikan fokus perhatian pada bidang-bidang tertentu secara profesional. Misalnya dalam perlindungan dan penegakkan hak-hak perempuan, bidang konsumen, bidang lingkungan hidup, bidang perburuhan dan sebagainya. 9 Sering kali orang yang tergolong miskin (the have not) diperlakukan tidak adil dan tidak memperoleh jasa hukum dan pembelaan (acces to legal counsul) yang memadai dari Advokat (penasihat hukum). Insiden perlakuan tidak adil, tidak manusiawi, penyiksaan, dan merendahkan martabat manusia oleh penegak hukum cukup tinggi dan tidak terekam secara akurat karena lemahnya kontrol pers dan 8 Soetandyo Wignjosoebroto, Rule of Law: Suatu perbincangan diseputar masalah kesamaan akses untuk memperoleh keadilan khususnya yang menyangkut kepentingan kaum miskin, Jurnal keadilan sosial,open society institute, 2010, Jakarta: Hlm. 10. 9 A. Patra M. Zen dan Daniel Hutagalung, 2006, Panduan Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta: YLBHI & PSHK, Hlm. 56. 5

masyarakat. Padahal, orang yang tergolong mampu dengan akses ekonomi dan politiknya dapat memperoleh jasa hukum dan pembelaan (acces to legal counsul) dari Advokat (penasehat hukum) yang profesional. Bahwasanya, bantuan hukum adalah suatu konsep untuk mewujudkan persamaan dihadapan hukum (equality before the law) dan pemberian jasa hukum dan pembelaan (acces to legal counsul) bagi semua orang dalam kerangka keadilan untuk semua orang (justice for all). 10 Dengan permasalahan dan alasan-alasan tersebut, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian TINJAUAN TENTANG PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM PENANGANAN KASUS HUKUM PERDATA (STUDI PADA LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI SURAKARTA) B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana kesesuaian peran Lembaga Bantuan Hukum dengan regulasi dalam proses penanganan kasus hukum perdata? 10 Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm. 57. 6

2. Bagaimana proses penanganan dan kendala apa saja yang dihadapi oleh Lembaga Bantuan Hukum dalam penanganan kasus hukum perdata? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam proses penanganan kasus hukum perdata bagi penerima bantuan hukum sesuai dengan regulasi yang berkaitan. 2. Untuk mengetahui proses penanganan kasus dan kendala-kendala yang dihadapi oleh Lembaga Bantuan Hukum dalam penanganan kasus hukum perdata. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai upaya peningkatan peranan Lembaga Bantuan Hukum yang ada di Surakarta dalam memberikan bantuan hukum di bidang perkara perdata. 2. Memberikan informasi mengenai peran serta Lembaga Bantuan Hukum dalam usahanya menangani kasus hukum perdata. 3. Sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa Fakultas Hukum yang berminat dalam penelitian pada Lembaga Bantuan Hukum. E. Metode Penelitian 1. Metode pendekatan 7

Penelitian yang menggunakan metode pendekatan penelitian normatif dan empiris., a. Metode penelitian normatif yaitu penelitian hukum yang meletakan hukum sebagai bangunan sistem norma yang dimaksud adalah tentang asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, serta doktrin. 11 b. Metode penelitian empiris yaitu penelitian yang berbasis pada ilmu hukum normatif, yang mengamati bagaimana proses yang terjadi ketika sistem norma tersebut bekerja dalam masyarakat sebagai penelitian bekerjanya hukum (law in action). 12 Dengan metode penelitian yang dilakukan dengan studi normatif dan empiris yaitu dengan tinjauan pustaka dan studi lapangan maka dapat diketahui bagaimana penanganan kasus hukum perdata dan pelayanannya pada Lembaga Bantuan Hukum. 2. Jenis Penelitian Dalam penelitian hukum ini, menggunakan jenis penelitian deskriptif. 13 Dengan hal ini penulis akan memaparkan apakah pada Lembaga Bantuan Hukum yang ada 11 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad,2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Hlm. 34. 12 Ibid. Hlm. 47. 13 Amirudin, Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hlm. 25. 8

di Surakarta telah melangsungkan program Bantuan Hukum dengan baik sesuai dengan regulasi yang ada. 3. Lokasi Penelitian Dalam memperoleh data, maka penulis mengambil lokasi penelitian Lembaga Bantuan Hukum di Surakarta, yaitu LBH YAPHI dan LBH Mega Bintang. 4. Jenis Data, dalam penelitian ini maka penulis menggunakan data sebagai berikut: a. Data Primer Data yang berupa sejumlah keterangan ataupun fakta yang secara langsung dari lokasi penelitian pada beberapa LBH di Surakarta dalam penanganan kasus hukum. b. Data Sekunder 1) Bahan hukum primer, Undang-undang No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Bantuan Hukum cuma-cuma, Undang- undang No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- undang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat, Undangundang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, HIR, PP No. 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum, dan Permenhukham RI No. 03 Tahun 2013 tentang cara Verifikasi dan Akreditasi Lembaga Bantuan Hukum atau Organisasi Kemasyarakatan. 9

2) Bahan hukum sekunder yang meliputi, Buku, Jurnal hukum, Majalah, karya ilmiah, literatur yang berkaitan dan sebagainya. 5. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Dalam penelitian ini yaitu melakukan inventarisasi terhadap peraturan yang terkait dengan LBH dalam hal pemberian bantuan hukum pada kasus perdata b. Penelitian lapangan 1) Wawancara Dilakukan wawancara kepada para pengurus LBH yang mengenai kasus yang ditangani, peran pemberi bantuan hukum, dan proses pemberian bantuan hukum. 2) Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti dengan melihat, mengamati dan mendokumentasikan proses pelayanan pemberian bantuan hukum pada Lembaga Bantuan Hukum. 6. Metode analisis data Metode penelitian yaitu menggunakan deskrptif-analisis. 14 yaitu dengan mendiskripsikan mengenai hasil-hasil data yang diperoleh dari penelitian lapangan kemudian dianalisa dengan deskriptif-analisis yang dihubungkan dengan teori- 14 Soerjono soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, jakarta: U.B Press, Hlm 15. 10

teori, asas-asas, dan peraturan-peraturan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga akan diperoleh jawaban atas rumusan permasalahan. F. Sistematika Penulisan Guna memberikan gambaran mengenai skripsi atau penulisan hukum ini, adapun sistematika hukum ini terdiri dari empat bab yang tiap bagiannya memberikan pemahaman terhadap keseluruhan penulisan ini, yaitu: Bab pertama, yaitu bagian pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua, tinjaun pustaka berisi tentang sejarah Bantuan Hukum, tentang Bantuan Hukum, peran Lembaga Bantuan Hukum, landasan layanan Bantuan Hukum dalam sistem hukum Indonesia, tujuan dan fungsi Lembaga Bantuan Hukum, proses pelayanan dan pemberian Bantuan Hukum, pendanaan Lembaga Bantuan Hukum, pengertian hukum perdata, penanganan kasus hukum perdata, pengertian hukum acara perdata. Bab ketiga, memaparkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peran dan kesesuaian Lembaga Bantuan Hukum dengan regulasi dalam proses penanganan kasus hukum perdata kemudian proses penanganan kasus dan kendala pemberian Bantuan Hukum pada Lembaga Bantuan Hukum. Bab penutup, yaitu berupa kesimpulan dari hasil penelitian, saran terhadap penelitian dan daftar pustaka. 11