III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Hasil Pengolahan Band VNIR dan SWIR

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

Data primer diperoleh dari pengukuran dilapangan yang dilakukan di area. Lokasi yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah daerah lahan

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya air hujan adalah jalannya bentuk presipitasi berbentuk cairan yang

Lampiran 1. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

BAB 5 INFILTRASI DAN PERKOLASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

BAB III. INFILTRASI DAN PERKOLASI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi penelitian

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN POLA TANAM DALAM MENINGKATKAN INDEKS PERTANAMAN 1

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH

Universitas Gadjah Mada

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Umum

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

NASKAH SEMINAR EVALUASI NILAI INFILTRASI JENIS PENUTUP LAHAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung pada bulan Juli - September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan adalah : 1. Satu unit komputer dan kelengkapannya untuk melakukan proses olah data dan penulisan laporan. 2. Alat-alat ukur sederhana dan kelengkapanya, seperti : double ring infiltrometer, mistar panjang, bak besar, model panci evaporasi, gelas ukur, stop watch, selang. 3.3 Persiapan 3.3.1 Data Primer Data primer meliputi : 1. Volume air wudhu rata-rata harian. Data ini didapat dari pengukuran langsung dilapangan. 2. Laju perkolasi dan evaporasi harian. Data ini diperoleh dengan pengukuran langsung di lapangan, yaitu dilakukan di kawasan lokasi penelitian.

3.3.2 Data Sekunder Data sekunder meliputi : 1. Data klimatologi selama 10 tahun dari wilayah yang terdekat dengan lokasi penelitian yang didapat dari Stasiun Badan Meteorologi Radin Intan II Bandar Lampung, yaitu data curah hujan harian, kecepatan angin, suhu, kelembaban udara. 2. Sebaran air tanah lapisan tanah di kawasan Unila Data ini digunakan data pendukung untuk mengetahui tinggi rata-rata muka air tanah dan konduktivitas hidrolik di kawasan Al-Wasi i Unila 3.3.3 Batasan Model Sistem Resapan Batasan model sistem resapan yang direncanakan adalah: 1. Sistem resapan yang akan dibuat berbentuk segi empat atau persegi tanpa tutup 2. Laju peresapan air atau perkolasi secara vertikal pada dasar sistem resapan (dasar porus dan dinding kedap air) 3. Memiliki kemampuan mengendalikan air minimal 70 % dari total air yang masuk kedalam sistem resapan 3.4 Tahap Pelaksanaan Penelitian Tahapan Penelitian

Mulai Persiapan Pengumpulan Data Data Primer : 1. Volume limpasan air hujan dari atap Masjid Al-Wasi i 2. Volume air wudhu rata-rata harian 3. Laju perkolasi tanah 4. Tinggi evaporasi harian Data Sekunder : 1. Data klimatologi (curah hujan, suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin) selama 10 tahun 2. Tinggi rata-rata muka air tanah & konduktivitas tanah lapisan aquifer kawasan penelitian (Suhendra, 2004) Analisis : 1. Perhitungan debit masukan dan laju peresapan dalam sistem resapan 2. Persentase air yang dapat dikendalikan dengan sistem resapan 3. Penentuan model dimensi sistem resapan 4. Kelayakan & efiktivitas sistem resapan dalam pengendalian limbah air wudhu dan curah hujan Pembahasan Kesimpulan dan Saran 3.5 Pengumpulan Data Selesai 3.5.1 Penentuan Laju Perkolasi Tanah

Dalam penelitian ini pengukuran laju perkolasi dilakukan dengan menggunakan double ring infiltrometer (infiltrometer ring ganda). Pengukuran ini dilakukan berdasarkan perubahan tinggi air dalam alat tersebut. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan titik lokasi yang akan diukur 2. Membersihkan lahan yang akan diukur 3. Mempersiapkan alat-alat pada lokasi pengukuran 4. Menekan ring infiltrometer kedalam tanah sedalam ± 30 m 5. Menuangkan air sampai penuh kedalam selinder sampai penuh dan tunggu sampai air tersebut seluruhnya terinfiltrasi untuk menghilagkan retakanretakan tanah akibat penekanan 6. Air dituangkan kembali kedalam silinder sampai penuh (kedalaman 7-8 cm) 7. Setelah air penuh, stopwatch dinyalakan, dan air di diamkan sampai habis (kedalaman 0 cm) 8. Bagian atas cincin ditutup untuk menghindari evaporasi selama pengukuran 9. Setelah habis, waktu penurunan tinggi muka air yang terjadi dicatat pada tabel yang telah disiapkan 10. Air dituangkan kembali secepatnya kedalam silinder sampai penuh. Kemudian didiamkan sampai volumenya 0 cm. Waktu penurunan tinggi muka air yang terjadi dicatat pada tabel yang telah disiapkan. 11. Pengukuran dilakukan terus menerus, sampai didapatkan laju penurunan tinggi muka air yang relatif konstan.

12. Menghitung hasil pengukuran laju penurunan tinggi muka air tiap selang waktu menjadi dalam (cm/hari) atau (mm/hari) dengan persamaan :..(13) Dengan : f = laju perkolasi (cm/jam atau mm/hari) Δhc = perubahan tinggi muka air tiap waktu (cm atau mm) Δt = selang waktu pengukuran (menit atu jam) 13. Selanjutnya hasil pengukuran laju perkolasi menggunakan double ring infiltrometer akan dihitung dan dianalisis menggunakan metode Horton (Persamaan 1). 3.5.2 Pengukuran Evaporasi Dalam penelitian ini pengukuran evaporasi aktual pada sistem resapan dilakukan dengan cara memasang bak yang terbuat dari kaca di kawasan lokasi penelitian. Evaporasi diukur dengan cara menghitung selisih tinggi muka air pada hari tertentu (TMA i ) dengan hari sebelumnya (TMA i-1 ). Adapun langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai berikut : 1. Membuat lubang sebagai tempat untuk meletakkan bak pengukur evaporasi 2. Menuangkan air pada lubang tersebut dan menjaga agar airnya tidak kering 3. Menletakkan bak pada lubang yang tersedia 4. Menuangkan air ke dalam bak tersebut pada kedalaman tertentu 5. Lakukan pengamatan dan pengukuran setiap hari untuk mengetahui perubahan tinggi air dalam panci tersebut sampai beberapa hari 6. Mencatat perubahan tinggi air dalam bak evaporasi

Hasil pengukuran evoporasi aktual tersebut kemudian dikalibrasi dengan evaporasi prediksi (Es) pada waktu yang sama antara keduanya. Untuk mendapatkan nilai yang saling mendekati besarnya antara evaporasi hasil pengukuran dengan evaporasi prediksi (error terkecil), maka dilakukan modifikasi terhadap koefisien evaporasi dengan menambahkan parameter yang berpengaruh terhadap pengukuran evaporasi di lapangan, seperti: kecepatan angin (U 2 ), kelembaban udara rata-rata (RH rata), suhu udara maksimum (T max), suhu udara minimum (T min) dan radiasi sinar matahari (Rn). Evaporasi prediksi pada sistem resapan dihitung dengan persamaan : Es = Km x ETo...(14) Dengan : Es = Evaporasi prediksi sistem resapan (mm/hari) Km = Koefisein evaporasi modifikasi ETo = Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari) Untuk menguji keandalan koefisien evaporasi (Km) modifikasi kolam dalam memprediksi evaporasi (Es) menggunakan indikator kesalahan Root Means Square Error (RMSE) yang dirumuskan sebagai berikut. UJi Keandalan Koefisien Evaporasi modifikasi sistem resapan (Km) : RMSE =.. (15) Sedangkan besarnya evapotranspirasi acuan (ETo) dihitung berdasarkan data klimat menggunakan metode Penman-Monteith seperti pada Persamaan 10. Konstanta psikometrik (γ) diperoleh dari persamaan berikut (Allen et al, 1988).

γ = 0.665 10-3 P........(16) Dengan: P = 101.3( )..(17) Dengan: γ = Konstanta psikometrik (kpa/ºc) P = Tekanan atmosfer (kpa) z = Elevasi permukaan air laut (m) Gradien tekanan uap air( ),tekanan uap air jenuh (e s ) dan tekanan uap air aktual (e a ), diperoleh dari nilai suhu dan kelembaban udara (Allen et.al, 1988), yang dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut. = [ ( )]....(18) Dengan: T e s = = Gradien tekanan uap air (kpa/ºc) = Suhu udara (ºC)...(19) dan e a = ( ).. (20) Dengan: e s e a = Tekanan uap air jenuh (kpa) = Tekanan uap air aktual (kpa)

eº = Tekanan uap air jenuh pada suhu T e o (T) = 0.6108 exp [ ]... (21) Radiasi matahari (Rn) dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. Rn = Rns Rnl...(22) Dengan: Rn Rns Rnl = Radiasi matahari (MJ/m²hari) = Radiasi netto gelombang pendek pada permukaan tanaman (MJ/m²hari) = Radiasi netto gelombang panjang permukaan tanaman (MJ/m²hari) 3.5.3 Data Curah Hujan Pada penelitian ini data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian pada rentang waktu minimal 10 tahun. Data curah hujan tersebut merupakan rekaman curah hujan harian pada pos-pos penangkapan hujan terdekat kawasan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung, sehinngga bisa mewakili curah hujan pada wilayah penelitian. Selanjutnya curah hujan tersebut akan dianalisis sebagai volume limpasan yang dikendalikan melalui atap masjid dan curah hujan yang langsung jatuh ke sistem resapan. 3.5.4 Debit Limpasan yang Dimasukkan Pengukuran debit limpasan disini adalah besarnya limpasan air hujan yang jatuh atau mengalir dari atap Masjid Al-Wasi i dan volume limbah air wudhu. Dimana

untuk menghitung besarnya limpasan yaitu dengan cara (curah hujan harian) x (koefisien run off atap masjid) x (luas atap). Luas atap masjid adalah luas lapisan kedap air yang akan digunakan untuk menangkap air hujan kemudian dimasukkan kedalam sistem resapan. Sedangkan nilai koefisien run off atap Masjid Al-Wasi i diasumsikan = 1, sehingga dengan menggunakan rumus rasional maka besar kapasitas dan debit air hujan bisa didapat. Va = C x R x A...(23) Va = L x H T maka H T = Keterangan : Va = Volume limpasan dari atap yang dikendalikan (mm 3 / hari) H T = Tinggi limpasan curah hujan dari limpasan atap masjid (mm) R = Curah hujan harian (mm/ hari) L = Luas model sistem resapan yang direncanakan (mm 2 ) C = Koefisien aliran pada permukaan atap masjid = 1 A = Luas atap masjid (mm 2 ) Sedangkan untuk mengetahui debit limpasan air wudhu adalah dengan cara: 1. Mengukur volume air rata-rata yang dibutuhkan setiap orang untuk berwudhu dengan simulasi wudhu terhadap beberapa orang. 2. Menghitung jumlah jama ah yang shalat (selama 5 waktu shalat wajib). Hal ini karena jumlah pemakaian air wudhu terbesar adalah ketika waktu-waktu shalat dan orang yang melakukan shalat di Masjid Al-Wasi i rata-rata mengambil air wudhu dari masjid tersebut.

3. Langkah pada poin 2 dilakukan pada dua tahap, yaitu pada waktu ketika di kampus Unila sedang aktif kuliah dan waktu libur semester. 4. Kemudian jumlah pemakai air wudhu rata-rata perhari dikalikan dengan volume air rata-rata yang dibutuhkan perorang untuk kebutuhan berwudhu. Atau dengan rumus : V l = n x v... (24) V l = L x T T maka T T = Keterangan : V l = Volume limbah air wudhu (mm 3 / hari) T T = Tinggi volume limbah air wudhu yang dikendalikan (mm) n = Jumlah rata-rata jama ah pemakai air wudhu setiap harinya v = Volume air rata-rata yang dibutuhkan per orang untuk kebutuhan berwudhu (mm 3 ) 3.5.5 Volume Air yang Dikendalikan Volume air yang dapat dikendalikan merupakan jumlah air yang dapat ditampung dan diresapkan dengan sistem resapan. Simulasi dilakukan dengan cara menghitung jumlah air yang masuk dan meresap ke dalam sistem resapan dan besarnya limpasan air yang meluap (over flow) dan menguap dari sistem resapan. Dari hasil perhitungan ini akan diketahui perubahan tinggi air dan besarnya air yang dapat diresapkan melalui sistem resapan Untuk mengetahui perubahan tinggi air dalam sistem resapan, yaitu :

= (T (T-1) + H T + T T + R) - (I + E + OF)..... (25) Keterangan : = Perubahan tinggi air dalam sistem resapan terhadap waktu (mm/hari) T (T-1) = Tinggi air dalam tampungan 1 hari sebelumnya (mm) H T = Tinggi limpasan hujan melalui atap masjid (mm) T T = Tinggi volume limbah air wudhu yang dikendalikan (mm) R = Tinggi curah hujan harian yang langsung jatuh ke dalam sistem resapan (mm) I = Laju perkolasi (mm) E = Evaporasi rata-rata harian (mm) OF = Over flow/ volume air yang meluap dari sistem resapan (mm) Untuk mengetahui besarnya air yang dapat dikendalikan dengan sistem resapan, maka: 1. Mencatat volume total air yang akan dimasukkan ke dalam sistem resapan (inflow) dan volume air yang meluap (over flow). 2. Setelah itu, dihitung besarnya persentase pengendalian air dengan persamaan berikut :...(26) Keterangan : Qo = Persentase volume air yang dapat dikendalikan (%) Inflow = Banyaknya air yang masuk ke dalam sistem resapan (m 3 )

Over flow = Banyaknya air yang meluap dari sistem resapan (m 3 ) 3.5.6 Diskripsi Mekanisme Kerja Sistem Resapan Mekanisme kerja dilakukan pada sistem resapan yang berdinding kedap dan dasar porus (laju perkolasi vertikal) dengan input air yang dimasukkan adalah curah hujan langsung, limpasan air hujan dari atap masjid dan limpasan air wudhu. Proses perubahan tinggi air yang terjadi dalam sistem resapan adalah pada hari pertama, sistem resapan diasumsikan mempunyai volume air dengan kedalaman penuh (optimum). Untuk hari selanjutnya, sistem resapan mempunyai volume air yang sama dan ditambah dengan volume inflow (limpasan air hujan, limpasan air wudhu dan curah hujan yang langsung jatuh ke dalam sistem resapan) dikurangi dengan volume air yang meresap ke dalam tanah dan volume ouput (evaporasi dan over flow). Jika volume air yang masuk (inflow) lebih besar daripada volume tampung dan laju perkolasi sistem resapan, maka air akan meluap dari dari sistem resapan (overflow). Sebaliknya, apabila volume air yang masuk (inflow) lebih kecil daripada volume tampungan sistem resapan, maka tinggi air akan sama dengan tinggi volume inflow dikurangi laju perkolasi sistem resapan. Namun, apabila volume air yang masuk (inflow) lebih kecil daripada laju perkolasi sistem resapan, maka akan terjadi kekeringan/ kekosongan dalam sistem resapan. START INPUT

Inflow: 1. Curah hujan harian (mm) 2. Limpasan air hujan dari atap masjid (mm/hari) 3. Limpasan air wudhu (mm/hari) Out flow: Evaporasi (mm) PROSES SIMULASI Perancangan Model Sistem Resapan: 1. Dimensi luas (m 2 ) 2. Dimensi kedalaman (m) Batasan Model Sistem Resapan: 1. Bentuk sistem resapan segi empat 2. Luas lapisan tadah hujan/ atap masjid (1393,92 m 2 ) 3. Laju perkolasi secara vertikal (1666,12 mm/hari) Kriteria Sistem Resapan: Volume air dikendalikan > 70 % Inflow > Kapasitas tampung OUTPUT Inflow < Laju perkolasi level tinggi air batas dasar resapan Over Kerin MEMENUHI FINISH Gambar 1. Diagram alir mekanisme kerja sistem resapan 3.5.7 Analisis Sensitivitas Relatif pada Sistem Resapan Analisis sensitivitas pada sistem resapan adalah suatu analisis untuk dapat melihat

dan memprediksi pengaruh perubahan laju perkolasi terhadap volume air yang dapat dikendalikan oleh sistem resapan. Untuk menghitungnya dapat digunakan persamaan sebagai berikut: S =. (27) I 1 = dan I 2 = Keterangan : S = Nilai sensitivitas relatif L = Volume air dikendalikan pada laju perkolasi awal L 1 = Volume air dikendalikan pada laju perkolasi turun L 2 = Volume air dikendalikan pada laju perkolasi naik I = Laju perkolasi awal (mm/hari) I 1 = Laju perkolasi turun X % I 2 = Laju perkolasi naik X % X = Perubahan laju perkolasi i (%)