pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. obstetri di Indonesia adalah sebesar 23 per Kelahiran Hidup (KH)

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

I. PENDAHULUAN. terdapat di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perwujudan kualitas sumber daya manusia merupakan proses jangka

1

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu hewan atau susu tiruan sebagai pengganti susu ibu disebut Pengganti Air Susu Ibu (PASI) pada umumnya adalah air susu dari berbagai binatang ternak, misalnya sapi, kerbau, kambing dan ada pula yang mempergunakan air susu unta ataupun kuda (Sediaoetama, 2006). Kebanyakan makanan untuk menggantikan ASI dibuat dari susu sapi dan ditempat penjualan makanan terutama dikota besar dapat ditemukan aneka ragam makanan pengganti ASI baik yang diproduksi dalam negeri maupun yang diimpor yang hampir semuanya terdapat dalam keadaan bubuk, hanya memerlukan pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi (Hassan,dkk.2007). Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam istilah untuk makanan pengganti ASI misalnya makanan buatan, makanan buatan untuk bayi, susu formula untuk bayi, susu untuk bayi, susu makanan bayi dan sebagainya sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial food for infant, infant formula, baby food, human milk substitute (Hassan,dkk.2007). Berbagai negara, dunia medis internasional dan World Health Organization (WHO) merevisi rekomendasi global mengenai pemberian ASI secara eksklusif sampai enam bulan (Katz, 2008).Di Indonesia anjuran untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai enam bulan sudah merupakan program nasional dengan SK Menkes tahun 2004 (Susanto, 2005). 1

2 Di Indonesia, pola dan kecenderungan pemberian ASI tidak membaik karena dari tahun ke tahun lama pemberian ASI diduga lebih pendek, demikian pula dengan praktik menyusui secara eksklusif selama 6 bulan secara terus menerus mengalami penurunan yang bermakna (Wilopo, 2007). Menyusui merupakan tradisi atau praktik turun-menurun yang saat ini mulai terancam akibat modernisasi sehingga banyak penelitian menunjukkan bahwa melemahnya tradisi dalam pemberian ASI merupakan akibat terjadinya proses modernisasi yang secara umum dapat dipahami sebagai modernisasi mendorong perilaku seseorang untuk meninggalkan praktik tradisional karena menyusui dianggap sebagai salah satu bentuk perilaku yang tidak mencirikan kehidupan modern seorang ibu pada masa sekarang (wilopo, 2007).Hal inilah yang menyebabkan ibu-ibu pada masa sekarang mendambakan praktik-praktik modern selain memberikan ASI dalam perawatan kesehatan anak salah satu bentuk pemahaman gizi dan kesehatan modern yang salah yaitu praktik pemberian minuman dan makanan dalam bentuk formula baru(buatan pabrik) (wilopo, 2007). Pemberian susu non-asi seperti susu formula menjadi salah satu penyebab ibu tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayinya (Rachmadewi, 2009). Di Inggris, hanya sedikit ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif untuk waktu lebih dari 10 minggu berdasarkan data yang didapat pada tahun 2000, sebanyak 30% ibu-ibu di Inggris sama sekali tidak memberikan ASI kepada bayinya dan sebanyak 58% telah menukar secara penuh dengan susu formula pada saat usia bayi 4-10 minggu (Umniyati, 2005).Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, diperoleh data jumlah pemberian

3 ASI eksklusif pada bayi dibawah usia 2 bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada dan persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14 % pada bayi usia 4-5 bulan dan yang lebih memprihatinkan lagi 13% bayi dibawah 2 bulan telah diberi susu formula (Susanto, 2005). Menurut penelitian Rachmawati(2009) yang berjudul pengetahuan, sikap, dan praktek ASI eksklusif serta status gizi bayi di desa dan diperkotaan yang dilakukan dikota bogor kecamatan Tanah Sareal kelurahan Kedung Jaya menyebutkan sebagian besar bayi 35.5% diperkotaan telah dikenalkan susu non- ASI sejak lahir. Memberikan cairan tambahan pada bayi yang terlalu dini berbahaya bagi kesehatan pada bayi karena dapat meningkatkan resiko kekurangan gizi dan serangan penyakit serta pemberian cairan dan makanan tambahan pada bayi sebelum waktunya dapat menyebabkan ibu sulit menyusui dan cenderung berhenti menyusui dan yang menjadi kendala pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu, dukungan dari lingkungan, pemberian makanan dan minuman terlalu dini serta maraknya promosi susu formula untuk bayi (Rachmadewi, 2009). Makin lama makin banyak ibu yang merasa ASInya kurang dan memberi formula menjadi hal yang normal sampai sekarang formulamasih dianggap modern dan lebih bagus dari ASI serta risikonya sedikit, hal ini dipertahankan oleh promosi formula (Roesli, 2010) Faktor yang diduga berhubungan dengan praktek ASI eksklusif diperkotaan antara lain usia ibu, tingkat pendidikan, status kerja, pengalaman

4 menyusui sebelumnya,status inisiasi munyusui dini, serta pengetahuan dan sikap gizi ibu (Rachmadewi, 2009) Tantangan yang sulit bagi dokter adalah banyak ibu-ibu yang beranggapan bahwa hanya dengan memberikan ASI saja tidak cukup untuk bayinya, kesibukan dan cuti yang pendek sehabis melahirkan dan berbagai alasan lainnya. Sehingga tugas dokter memberikan konseling dan edukasi tentang pentingnya ketepatan pemberian susu formula pada balita oleh ibu serta mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada ibu pasca persalinan. Mengingat pentingnya ketepatan dalam waktu pemberian susu formula pada balita, ibu dan keluarga, maupun negara, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan pemberian dini susu formula pada balita. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan pemberian dini susu formula pada balita? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan pemberian dini susu formula pada balita. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui alasan ibu memberikan secara dini susu formula pada balita. b. Mengetahui waktu pemberian dini susu formula pada balita.

5 c. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan waktu pemberian susu formula pada balita. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Sebagai pertimbangan masukan untuk menambah wawasan pemberian susu formula pada balita sekaligus diharapkan dapat menjadi kajian dan acuan untuk penelitian selanjutnya. 2. Praktis a. Masyarakat Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang waktu pemberian susu formula pada balita sesuai anjuran. b. Pelayanan Kesehatan Menjadi bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu atau kualitas layanan yang telah diberikan kepada klien atau masyarakat, memperbaiki sistem pelayanan yang sudah ada khususnya dalam penyuluhan pemberian susu formula.