BUPATI BANDUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO SERI E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 1999 SERI D NO. 7

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN TARIF RETRIBUSI DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

Transkripsi:

1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. Bahwa kawasan Situs Gua Pawon sebagai situs purbakala yang diperkirakan berumur 10.000-6.000 tahun lalu, serta memiliki sumber mata air Cinyusuan merupakan sumber daya alam yang mempunyai nilai penting bagi Kabupaten Bandung Barat, baik dari sudut pandang sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata; b. bahwa kawasan Situs Gua Pawon memiliki lingkungan geologi dengan nilai ekonomi tinggi sehingga sering kali dilakukan penambangan yang dapat mengakibatkan rusaknya kawasan tersebut; c. bahwa dalam rangka mempertahankan kawasan termaksud dari kepunahan dan kerusakan, perlu dilakukan suatu perlindungan terhadap kawasan termaksud dengan memperhatikan berbagai aspek yang meliputi konservasi, lingkungan dan penataan ruangnya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b dab c di atas, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang perlindungan kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan lembaran negara Nomor 3470); 3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan peundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),

2 sebagaimana telah diubahbeberapa kali, terakhir dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4688); 6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 7. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 4959); 8. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 4966); 9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomro 3776); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun tentang Rencana tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2002 Nomor 2 Seri E); 13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2006 Nomor 2 Seri E); 14. Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2006 tentang Perlindungan Kawasan Kars di Jawa Barat; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 tahun 2008 tentang Prosedur Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten bandung Barat Nomor 2); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lembaran daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 7); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas daerah Kabupaten

3 Bandung Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 7); Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURN BUPATI TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA BAB I KETENTUAN UMUM Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Daerah adala Kabupaten Bandung Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Bandung Barat. 4. Dinas Binamarga dan Pengairan, yang selanjutnya disebut Dinas adalah perangkat daerah yang mempunyai tuga pokok dan fungsi di bidang Pertambangan. 5. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Barat tentang Perlindungan kawasan Situs Gua Pawon. 6. Lingkungan Geologi adalah bentang alam bagian paling atas dari kulit bumi, bahan galian dan air tanah yang terkandung didalamnya serta proses alam yang terdapat di dalamnya yang mempengaruhi kehidupan manusia. 7. Perlindungan kawasan adalah upaya melindungi keberadaan sifat serta jenis lleingkungan situs dari dampak kegiatan manusia maupun pembangunan dan upaya melindungi hasil pembangunan dari unsur lingkungan alam yang membahayakan. 8. Gua adalah sebuah lubang alami di tanah yang cukup besar dan dalam. 9. Kawasan Situs Gua Pawon adalah gua yang terletak di kawasan topografi semi kars Citatah-Rajamandala kecamatan Cipatat. 10. Benda cagar budaya adalah buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atu bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 5 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai ilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan atau benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 11. Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. 12. Pelestarian lingkungan adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 13. Kawasan Kars adalah kawasan bantuan karbonat (bantuan gamping dan/atau dolomit) yang memperlihatkan bentang alam kars. Bentang alam atau morfologi karst adalah bentang alam bantuan karbonat yang ditandai oleh bukit berbangun kerucut dan menara, lembah dolina, gua, stalaktit dan stalakmit serta sungai bawah tanah.

4 Pasal 2 Perlindungan kawasan Situs Gua Pawon dimaksudkan untuk menjaga dan melindungi serta mengeliminir perusakan sumber daya alam, situs purbakala yang terdapat pada kawasan topografi semi kars Citatah-Rajamandala, akibat adanya eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali. BAB II AZAZ, TUJUAN DAN SASARAN Pasal 3 Kegiatan perlindungan kawasan Situs Gua Pawon dan lingkkungannya secara terpadu dan berkelanjutan diselenggarakan berdasarkan asas manfaat dan keseimbangan lingkungan dengan mengunakan pendekatan ekosistem. Pasal 4 Tujuan perlindungan kawasan Situs Gua Pawon, yaitu : a. Memanfaatkan kawasan Situs Gua pawon sebagai kawasan benda cagar budaya dan situs sehingga perlu adanya perlindungan dan pemeliharaan dengan cara penyelamatan, pengamanan, perawatan dan pemugaran; b. Menjamin kelestarian sumber daya alam, benda cagar budaya, keanekaragaman hayati dan tata ruang; c. Mencegah terjadinya kerusakan lingkungan; d. Menjamin ketersediaan dan keamanan sumber daya alam, flora dan fauna baik untuk masa kini maupun di masa-masa yang akan datang. Pasal 5 Sasarn perlindungan kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya yaitu : a. Mewujudkan kegiatan yang meningkatkan nilai penting bagi ilmu pengetahuan sejarah dan kebudayaan; b. Meningkatkan upaya perlindungan kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya dengan cara meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan di daerah tersebut sebagai fungsi hidrologi, proses geologi, keanekaragaman hayati, nilai sejarah dan budaya yang ada didalamnya; c. Tercapainya konsep pengembanganyang maksimal dengan perubahan yang minimal dengan kegiatan wisata di kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya teruama pada potensi dan bentukan alam yang telah ada.

5 BAB III LOKASI, ZONA DAN RUANG LINGKUP Pasal 6 (1) Kawasan Situs Gua Pawon terletak di bukit gamping Pasir Pawon sebagai bagian dari kawasan perbukitan gambing kars Citatah-Rajamandala Kecamatan Cipatat. (2) Kawasan Situs Gua Pawon merupakan bagian dari wilayah administrasi Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat. Pasal 7 Batas-batas kawasan Situs Gua Pawon, yaitu : (1) Berdasarkan kepentingan perlindungan benda cagar budaya dan situs mengatur batas-batas situs dan lingkungannya sesuai kebutuhan; (2) Batas-batas situs dan lingkungannya menetapkan dengan sistem zonasi berdasarkan jenis kegiatan yang terdiri dari zona inti, zona penyangka dan zona penunjang. Pasal 8 (1) Kegiatan perlindungan dilaksanakan di kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya. (2) Kawasan Situs Gua Pawon da lingkungannya sebagaimana dimaksud ayat (1), memiliki luas areal lebih kurang 31,9 Ha (Tiga Puluh satu Koma Sembilan Hektar0. (3) Kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya sebagaimana dimaksud ayat (1) memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah utara : Kampung Paeon dan kampung Mekar Mulya; b. Sebelah selatan : Sungai dan Jalan Desa Gunung Masigit; c. Sebelah barat : Tanah milik PT. Bukit Asar; d. Sebelah Timur : Kampung Mekar Mulya.. (4) Kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya sebagaimana dimaksud ayat (1), memiliki bata-batas koordinat sebagai berikut : No. Patok X (m) KOORDINAT Koordinat UTM 1 769.243 9.245.093 2 769.379 9.245.228 3 769.643 9.245.249 4 769.765 9.245.196 5 769.832 9.245.066 6 769.862 9.244.914 Y (m)

6 7 769.832 9.244.800 8 769.475 9.244.790 9 769.365 9.244.765 10 769.344 9.244.595 11 769.214 9.244.564 12 769.098 9.244.600 13 769.034 9.244.756 14 769.220 9.244.902 Pasal 9 (1) Peta kawasan Situs Gua Pawon tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. (2) Peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan hasil kajian dari peta geologi dan hasil survey lapangan yang disusun oleh dinas berdasarkan kompilasi dari data yang telah dikeluarkan oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat. Pasal 10 Ruang lingkup perlindungan kawasan Situs Gua Pawon meliputi : a. Kawasan cagar budaya; b. Kawasan resapan sumber daya air; c. Kawasan cagar alam geologi; dan d. Kawasan kars. BAB IV NILAI STRATEGIS KAWASAN SIUTS GUA PAWON Pasal 11 (1) Kawasan Situs Gua Pawon mempunyai beberpa nilai strategis yang meliputi ; a. Situs kepurbakalaan yang berumur 10.000-6.000 tahun yang lalu; b. Kawasan kars kelas I; c. Mata air Cinyusuan; dan d. Fosil foraminifera yang bernilai penting bagi sejarag,ilmu pengetahuan dan budaya. (2) Nilai strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup : a. Nilai ilmiah, yang berkaitan dengan pengembangan edan aplikasi berbagai jenis ilmu pengetahuan,baik yang berbasis kebumian (geologi, hidrogeologi dan hidrologi, speologi, paleontologi), biologi, kehutanan, pertanian, ekologi, arkeologi, sosial, budaya, maupun hukum;

7 b. Nilai ekonomi, yang berkaitan dengan fungsinya sebagai sumber daya alam hayati dan nirhayati, yang bermanfaat di bidang pertambangan, kehutanan, pertanian, pengelolaan air, pariwisata dan budidaya bioekonomi; dan c. Nilai kemanusiaan yang berkaitan dengan aspek keindahan, rekreasi, pendidikan, sosio-ekonomi dan sosio-budaya setempat. BAB V PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI Bagian Kesatu Perlindungan Kawasan Situs Gua Pawon Pasal 12 Kegiatan perlindungan kawasan Situs Gua Pawon ditujukan untuk ; a. Benda cagar budaya karena mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan bangsa Indonesia sifatnya yang memberikan corak khas dan unik serta jumlah dan jenisnya sangat terbatas dan langka; b. Daerah resapan air hujan dan daerah keluaran air bawah tanah yang bertujuan melindungi sistem hidrologi dan geohidrologi yang terdapat dipermukaan dan dibawah permukaan; c. Bentang alam kars yang terdapat di kawasan Situs Gua pawon dan Lingkungannya. d. Flora dan fauna yang tedapat di kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya. Bagian Kedua Konservasi Kawasan Situs Gua Pawon Pasal 13 (1) Penataan permukaan lahan dan reklamasi lahan bekas penambangan. (2) Meningkatkan dan memelihara potensi alam yang ada di kawasan ini berupa sumber mata air, kesuburan tanah, dan lain sebagainya dengan cara penanaman pohon terutama di sekitar puncak gua pawon dan di seluruh area deliniasi. BAB VI PENGEMBANGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON Pasal 14 Berdasarkan potensi nilai strategis, fungsi, manfaat dan peruntukannya, pengembangan kawasan Situs Gua Pawon dilakukan antara lain : a. Menata zonasi dengan mengacu pada pola dasar penataan fisik di kawasan Situs Gua Pawon dan sekitarnya;

8 b. Membuat kebun raya yang terdiri dari tanaman-tanaman khas dan tumbuh di dataran tinggi priangan; c. Mengembangkan konsep wisata yang berwawasan lingkungan di kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya; dan d. Menerapkan konsep pengembangan yang maksimal dengam perubahan yang minimal dalam kegiatan wisata kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungan terutama pada potensi dan bentukan alam yang ada. BAB VII WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 15 (1) Bupati berwenang dan bertanggung jawab dalam perlindungan kawasn Situs Gua Pawon yang meliputi : a. Penyusunan kriteia dan panduan/pedoman penetapan wilayah, pengembangan dan konservasi lingkungan geologi; b. Menetapkan suatu daerah menjadi kawasan lindung Situs Gua Pawon; c. Survei, menginventarisir. Mitigasi dan pemetaan lingkungan geologi; d. Mengatur, mengurus, membina dan mengembangkan unsur lingkungan geologi; e. Upaya penertiban tehadap kegaiatn penge,bangan wilayah yang tidak memenuhi ketentuan perlindungannlingkungan geologi; f. Pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan pengembangan wilayah yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan geologi; g. Pendataan, pencatatan dan pendokumentasian terhadap tinggalan budaya yang tersebar di daerah dan/atau yang telah dikuasai masyarakat; h. Penyelamatan terhadap penemuan tinggalan budaya yang berada di atas dan masih terkubur di dalam tanah; i. Pengaturan pemanfaatan bagi kepentingan sosial, budaya, pendidikan dan pariwisata. BAB VIII KEGIATAN PENGAWASAN PERTAMBANGAN DI KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA Pasal 16 (1) Pelaksanaan pertambangan yang memiliki izin yang sah dapat tetap melaksanakan kegiatannya, sesuai dengan kaidah penambangan yang baik dan kerusakan lingkungan. (2) Pelaksanaan pengawasn dan pengendalian kegiatan pertambangan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 8 tahun 2003 tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum. (3) Pelaksanaan pengawasan dari Peraturan Bupati ini dilakukan oleh Dinas bersama dengan Satuan Polisi pamong Praja, SKPD terkait dan Instansi terkait.

9 (4) Dalam melaksanakan pengawasan, masyarakat dapat turut serta baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi masyarakat. Pasal 17 Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) meliputi pengawasan preventif dan pengawasan represif. Pasal 18 Pengawasan preventif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 meliputi : a. Pembinaan kesadaran hukum bagi aparatur dan masyarakat; b. Peningkatan profesionalisme aparatur pelaksana; dan c. Peningkatan peran dan fungsi pelaporan. Pasal 19 Pengawasan refresif sebagaimana dimaksud dalam Pasa; 17 berupa penyerahan penanganan pelanggaran dan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, penataan ruang dan perlindungan benda cagar budaya kepada penyidik. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Berdasarkan pertimbangan situasi terakhir di kawasan Situs Gua Pawon dan lingkungannya perlu dipertimbangkan : a. Ditetapkan waktu penghentian kegiatan penambangan serta pengaturan-pengaturan dalam masa tenggang diantara masa penetapan hingga waktu penghentian tercapai. b. Kegiatan pengganti apabila kegiatan penambangan dihentikan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan menempatkannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat.

10 Ditetapkan di Bandung Barat Pada tanggal 15 Februari 2010 BUPATI BANDUNG BARAT, Ttd ABUBAKAR Diundangkan di Bandung Barat pada tanggal 15 Februari 2010 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT, Ttd MAS ABDUL KOHAR BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2010 NOMOR 7

11 BUPATI BANDUNG BARAT, Ttd ABUBAKAR