MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL -REPUBlIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 016 TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/165/2015 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Kor

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen

2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

8. Peraturan.../2 ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/APRIL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 28 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2015 TENTANG

2018, No Korupsi (KPK) dalam hal kepatuhan pelaporan laporan harta kekayaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Und

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN DI LINGKUNGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 39 TAHUN 2015

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 26 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 46 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN

*47349 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 48 TAHUN 1997 (48/1997)

BUPATI B E R A U, PROVINSI KALIMANTAN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 260 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Pe

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2017

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-x&r- BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR: \D TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

2 Instansi Pemerintah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional t

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINS! SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 2 '2- TAHUN,2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2010 DARI PELAMAR UMUM

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tanggal 3 Novembe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/308/2016 TENTANG TIM UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

LAMPIRAN L-3 PAGU AUDITABLE UNIT

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27 / HUK / 2007 TENTANG

Transkripsi:

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL -REPUBlIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 016 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAN BADAN PENGATUR HILIR MIGAS - MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) dan bebas dari penyalahgunaan wewenang dan praktek, Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, Pemerintah mewajibkan kepada para pejabat penyelenggara negara termasuk para pejabat di Iingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas untuk melaporkan harta kekayaan yang dimilikinya kepada Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; b. bahwa untuk keseragaman penyampaian laporan harta kekayaan Penyelenggara Negara bagi Pejabat di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Tata Cara Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di Lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomer 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang B~rsih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nemor 75, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nemor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nemor 134, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4250); 4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tanggal- 20 Oktober 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007 tanggal 7 Mei 2007;

- 2-5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 6. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1065 tanggal 10 September 2003 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretar,iat dan Direktorat pada Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa. Memperhatikan : Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tanggal 9 September 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA 01 LINGKUNGAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAN BADAN PENGATUR HILIR MIGAS BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan : 1. Harta Kekayaan adalah harta benda yang dimiliki oleh Pejabat Penyelenggara Negara di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas beserta istri dan anak yang masih menjadi tanggungan, baik berupa harta bergerak, harta tidak bergerak maupun hak-hak lainnya yang dapat dinilai dengan uang yang diperoleh sebelum, selama dan setelah memangku jabatan. 2. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara yang selanjutnya disebut LHKPN adalah daftar seluruh harta kekayaan yang dituangkan dalam formulir LHKPN yang ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. 3. Komite Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya disingkat KPK adalah Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 4~ Sekretariat Jenderal adalah Sekretariat Jenderal Departemen En~rgi dan Sumber Daya Mineral. 5. Inspektorat Jenderal adalah Inspektorat Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 6. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

-3-7. Badan adalah Badan di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 8. Biro Kepegawaian dan Organisasi adalah Biro Kepegawaian dan Organisasi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. "g. Badan Pengatur Hilir Migas adalah Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha pengangkutan gas Bum; Melalui Pipa. BAB II PEJABAT YANG MENYAMPAIKAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA Pasal2 Pejabat Penyelenggara Negara di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Badan Pengatur Hilir Migas yang diwajibkan melaporkan harta kekayaannya, selan;utnya disebut Pejabat DESDM dan BPH Migas adalah sebagaimana tercantum dalam L.ampiran Peraturan Menteri ini. Pasal3 (1) Pengelolaan LHKPN di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi. (2) Pengelolaan LHKPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh : a. Koordinator Pengelola LHKPN; b. Administrator Instansi; c. User. Pasal4 (1) Koordinator Pengelola LHKPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a adalah pejabat Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kepegawaian. (2) Administrator instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b adalah pejabat Eselon III di lingkungan Biro Kepegawaian dan Organisasi yang lingkup tug as dan tanggung jawabnya di bidang data dan informasi kepegawaian. (3) User sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c adalah pejabat Ese/on IV atau staf yang menangani data dan informasi kepegawaian. Pasal5 (1) Koordinator Pengelota LHKPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a mempunyai tugas : a. melakukan monitoring dan evaluasi; b. melakukan koordinasi dengan KPK c. melakukan permintaan formulir kepada KPK; d. melakukan koordinasi dengan KPK dalam hal penerimaan formulir dan distribusi formulir LHKPN.

.,".. -4- (2) Administrator Instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b mempunyai tugas: a. membuat account dan memelihara account; b. melakukan koordinasi dengan Administrator KPK; c. melakukan moni~oring kepada Pejabat DESDM dan BPH Migas yang belum menyampaikan formulir LHKPN. (3) User sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c mempunyai tugas : a. melakukan entry data wajib lapor LHKPN; b. melakukan Edit Data dan Delete Data wajib lapor LHKPN untuk dilaporkan kepada Administrator KPK. Pasal6 Pejabat DESDM dan BPH Migas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 selama dan setelah memangku jabatannya wajib melaporkan seluruh harta kekayaannya kepada KPK dengan mengisi formulir LHKPN. BAB III TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA Pasal 7 (1) Pada setiap awat tahun, masing-masing unit pengelola kepegawaian pada Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal dan Badan termasuk Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi menyusun daftar nama Pejabat DESDM dan BPH Migas yang wajib menyampaikan laporan harta kekayaannya. (2) Paling lambat pada akhir bulan Januari, masing-masing pengelola kepegawaian sebagaimana dimaksud, pada ayat (1), menyampaikan seluruh daftar nama Pejabat DESDM dan BPH Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang wajib menyampaikan laporan harta kekayaannya kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi. (3) Sekretaris Jenderal menyampaikan seluruh daftar nama Pejabat DESDM dan BPH Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Ketua KPK dengan tembusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Pasal 8 Biro Kepegawaian dan Organisasi mengkoordinasikan dengan KPK terhadap kebutuhan formulir LHKPN yang akan diisi oleh Pejabat DESDM dan BPH Migas. Pasal 9 (1) Paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelahsecara resmi dilantik dan menduduki jabatannya, Pejabat DESDM dan BPH ~4igas wajib m,enyampaikan laporan harta kekayaannya kepada KPK dengan mengisi formulir LHKPN. (2) Pejabat DESDM dan BPH Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang untuk pertama kalinya melaporkan harta kekayaannya, mengisi formulir LHKPN Model I<PK-A.

-5- (3) Apabila Pejabat DESDM dan BPH Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah pernah mengisi formulir LHKPN Model KPK-A maka pelaporan harta kekayaannya menggunakan formulir LHKPN Model KPK-B. Pasal10 (1) Setiap 2 (dua) tahun memangku jabatannya, Pejabat DESDM dan BPH Migas wajib melaporkan kembali harta kekayaannya kepada KPK, dengan mengisi formulir LHKPN Model KPK-B. (2) Pelaporan harta kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah Pejabat DESDM dan BPH Migas 2 (dua) tahun menduduki jabatannya.. Pasal11 (1) Apabila dipandang perlu, KPK sewaktu-waktu dapat meminta Pejabat besdm dan BPH Migas untuk melaporkan kembali harta kekayaannya dengan mengisi formulir LHKPN Model KPK-B. (2) Pelaporan harta kekayaan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dilakukan paling lambat 2 (dua) bulan setelah diterhnanya permintaan dari KPK. Pasal 12 (1) Pejabat DESDM dan BPH Migas yang mengalami mutasi jabatan, promosi jabatan, mengakhiri jabatan, atau memasuki pensiun paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah serah terima jabatan atau setelah mengakhiri jabatan, atau setelah pensiun wajib melaporkan harta kekayaannya kepada KPK, dengan mengisi formulir LHKPN Model KPK-B. (2) Pelaporan harta kekayaan sebagaimana dimasud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pejabat DESDM dan BPH Migas yang bersangkutan, atau oleh ahli warisnya apabila Pejabat DESDM dan BPH Migas yang bersangkutan meninggal dunia. Pasal 13 Formulir LHKPN Model KPK-A dan formulir LHKPN Model KPK-B, yang telah diisi oleh Pejabat DESDM dan BPH Migas, wajib dilampiri dengan foto copy akte/bukti/surat kepemilikan harta kekayaannya dalam rangkap 2 (dua), dengan ketentuan 1 (satu) rangkap disampaikan kepada KPK, dan 1 (satu) rangkap disimpan oleh Pejabat DESDM dan BPH Migas yang bersangkutan, atau ahli warisnya. Pasal 14 Surat Pernyataan dan Surat Kuasa yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari formulir LHPN Model KPK-A dan formulir LHKPN Model KPK-B, ditandatangani oleh Pejabat DESDM dan BPH Migas yang bersangkutan atau ahli warisnya di atas materai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 15 (1) Pelaporan Harta Kekayaan Pejabat DESDM dan BPH Migas dengan menggunakan formulir LHKPN Model KPK-A dan formulir LHKPN Model KPK-B, dikoordinasikan oleh. masing-masing unit pengelola kepegawaian pada Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal dan Badan termasuk Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi.

-6- (2) Penyampaian formulir LHKPN Model KPK-A dan formulir LHKPN Model KPK-B kepada KPK dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral c.q Biro Kepegawaian dan Organisasi. (3) Pejabat pengelola kepegawaian pada Sekretariat Jenderal, Inspektorat, Jenderal, Direktorat Jenderal dan Badan di lingkungan DESDM termasuk BPH Migas wajib menjaga dan menyimpan kerahasiaan isi formulir LHKPN. Pasal16. Laporan Harta Kekayaan Pejabat DESDM dan BPH Migas yang dituangkan dalam formulir LHKPN Model KPK-A dan formulir LHKPN Model KPK-B, dan yang talah diserahkan kepada KPK merupakan dokumen resmi negara. Pasal 17 Sekretariat Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan kepada KPK apabila terdapat mutasi/rotasi/demosi jabatan dan pensiun para Pejabat DESDMI BPH Migas dengan tembusan kepada Menteri Negara Pandayagunaan Aparatur Negara. BABIV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 Pimpinan masing-masing Unit secara berjenjang memberi peringatan dan mengenakan hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, kepada Pejabat DESDM dan BPH Migas yang lalai atau belum menyampaikan laporan harta kekayaan yang dimilikinya sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Pasal 19 Inspektorat Jenderal melakukan monitoring terhadap pelaksanaan pelaporan harta kekayaan Pejabat DESDM dan BPH Migas kepada KPK.. BABV KETENTUAN PENUTUP Pasal20 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta padatanggal 19 September 2007 ENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, '..~~.,... ---- YUSGIANTORO ~.

,. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 016 TAHUN 2007 TANGGAL 19 September 2007 PEJABAT PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAN BADAN PENGATUR HILIR (BPH) MIGAS YANG WAJIB MELAPORKAN HARTA KEKAYAANNYA 1. Sekretaris Jenderal Departernen Energi dan Sumber Daya Mineral; 2. Inspektur Jenderat Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; 3. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi; 4. Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi; 5. Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi; 6. Kepala Badan Geologi; 7. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral; 8. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral; 9. Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Sumber Daya Manusia dan Teknologi; 10. Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi dan Keuangan; 11. Satf Ahli Menteri ESDM Bidang Informasi dan Komunikasi; 12. Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Kewilayahan dan Lingkungan Hidup; 13. Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Kemasyarakatan dan Kelembagaan; 14. Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama; 15. Kepala Biro Keuangan 16. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi; 17. Kepala Biro Hukum dan Humas; 18. Kepala Biro Umum; 19. Kepala Pusat Data dan Informasi ESDM; 20. Sekretaris Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Burni; 21. Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi; 22. Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi; 23. Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi; 24. Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi; 25. Sekretaris Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi; 26. Direktur Pembinaan Program ketenagalistrikan; 27. Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan; 28. Direktur Teknik dan Lingku'ngan Ketenagalistrikan; 29. Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi; 30. Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi; 31. Direktur Pembinaan Program Mineral, Batubara dan Panas Bumi; 32. Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral, Batubara dan Panas Bumi; 33. Direktur Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Air Tanah; 34. Direktur Teknik Lingkungan Mineral, Batubara dan Panas Bumi; 35. Sekretaris Inspektorat Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; 36. Inspektur I; 37. Inspektur I; 38. Insepktur III 39. Inspektur IV; 40. Sekretaris Badan Geologi; 41. Kepala Pusat Sumber Daya Geologi; 42. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi; 43. Kepala Pusat Lingkungan Geologi; 44. Kepala Pusat Survey Geologi;

- 8-45. Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral; 46. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan; Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "Lemigas"; 47. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara; 48. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan;. 49. Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral; 50. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi; 51. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Geologi; 52. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan; 53. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara; 54. Sekretaris Badan Pengatur Hilir Migas; 55. Direktur Bahan Bakar Minyak; 56. Direktur Gas Bumi; 57. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian; 58. Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah; 59. Direktur Perguruan Tinggi Kedinasan Akamigas; 60. Auditor; 61. Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pembuat Surat Perintah Membayar (SPM), dan Bendaharawan di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). --- MO YUSGIANTORO A-.