TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN KUALITAS AIR

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PARAMETER KUALITAS AIR

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

I. PENDAHULUAN. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN. air. Demikian juga dengan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

IV. HASIL DA PEMBAHASA

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Dan Pembagian Limbah Secara Umum. kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya

Oleh: ANA KUSUMAWATI

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah disektor ini memerlukan pendekatan tersendiri. Selain berhadapan dengan sumber daya yang bergerak terus, penggelolaan sumber daya perikanan juga dihadapkan pada masalah peliknya hak kepemilikan juga kompleksitas biologi dan fisika perairan. Interaksi faktor ini kemudian melahirkan eksternalitas yang berakibat pada terjadinya degradasi lingkungan dan seterusnya terjadinya pencemaran, yang berdampak pada kesehatan ikan dan penurunan kualitas hasil perikanan (Syofyan dan Usman, 2011). Ikan patin (Pangasius sp.) cukup banyak terdapat di perairan umum Indonesia. Ikan patin merupakan ikan air tawar berukuran besar dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi sebagai ikan konsumsi. Ikan ini cukup popular dan banyak diminati oleh konsumen terutama dari daerah Sumatera dan Kalimantan. Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, tidak bersisik, dan panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm. Pada saat ukuran masih kecil (5 12 cm) ikan patin dapat dipajang diakuarium sebagai ikan hias. Ikan patin sudah dapat dikonsumsi setelah mencapai ukuran tubuh 300 1000 g. Ikan patin adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil didomestikasi, sebagai ikan unggul dan ekonomis, serta pengembangan budidaya yang cukup prospektif. Dukungan untuk pengembangan ikan ini cukup tersedia, mulai dari luas lahan, penguasaan teknologi budidaya (Adria dan Jenny, 2006).

Resirkulasi Kualitas suatu perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk hidup di perairan itu sendiri. Lingkungan yang baik bagi hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya (Minggawati, 2012). Sistem resirkulasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas air sebagai media pemeliharaan ikan dalam kegiatan budidaya. Sirkulasi air dapat membantu distribusi oksigen ke segala arah baik didalam air maupun difusinya atau pertukaran dengan udara dan dapat menjaga akumulasi atau mengumpulnya hasil metabolisme beracun sehingga kadar atau daya racun dapat dikurangi (Kelabora dan Sabariah, 2010). Penggunaan sistem resirkulasi pada akuakultur, dapat memberikan keuntungan yaitu memelihara lingkungan kultur yang baik pada saat pemberian pakan untuk pertumbuhan ikan secara optimal. Kelebihan sistem resirkulasi dalam mengendalikan, memelihara dan mempertahankan kualitas air menandakan bahwa sistem resirkulasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan proses perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah, terutama dari aspek biologisnya (Akbar, 2003). Oksigen Dilihat dari jumlahnya, oksigen (O 2 ) adalah satu jenis gas larut dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat dari segi kepentingan untuk budidaya perairan, oksigen menempati urutan teratas. Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya di dalam

air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segala aktivitas biota akan terhambat (Kordi, 2010). DO (Dissolved Oxygen) atau disebut dengan oksigen terlarut dalam badan air disamping digunakan untuk kehidupan air, juga akan membantu proses penghilangan beberapa senyawa yang tidak diinginkan dalam air minum, seperti Fe dan Mn dengan cara presipitasi bentuk teroksidanya, serta mengoksidasi amoniak menjadi nitrat. Oksigen terlarut (DO) dalam badan air juga dapat mencegah terjadinya reduksi anaerobik dari sulfat terlarut menjadi H 2 S (Isnaini, 2011). Selain dengan pergantian air dan penggunaan alat bantu, masalah konsentrasi oksigen terlarut rendah juga dapat diperkecil melalui pengaturan pemberian pakan. Kelebihan pemberian pakan biasanya diikuti dengan proses pembusukan yang memanfaatkan oksigen dari air dan hasil akhirnya berupa bahan organik yang merupakan pupuk bagi fitoplankton (Kordi, 2010). Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme adalah dalam proses respirasi. Berbeda dengan faktor temperatur yang mempunyai pengaruh yang merata terhadap fisiologis semua organisma air. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air hanya berpengaruh secara nyata terhadap organisma air yang memang mutlak membutuhkan oksigen terlarut untuk respirasinya (Barus, 2004). Derajat keaasaman Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah ph. ph singkatan dari puissance negatif de H, yaitu logaritma dari kepekatan ion ion H (Hidrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau ph air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu (Kordi, 2010).

ph atau yang disebut dengan derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun badan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat dalam air. Air normal yang memeenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai ph sekitar 6,5 7,5. Air yang bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya ph. Bila ph dibawah ph normal, maka air tersebut bersifat asam. Air limbah dan bahan buangan akan mengubah ph air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik (Warlina, 2004). Derajat keasaman atau ph mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya, pada ph rendah (keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktifitas pernapasan naik dan selera makan akan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan ph 6,5 9,0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 8,7. Oleh sebab itu nilai ph suatu kolam budidaya harus tetap dijaga. Adapun hubungan antara ph dan ikan budidaya menurut (Kordi, 2010) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hubungan antara ph dan Kehidupan Ikan Budidaya ph air <4,5 5-6,5 6,5 9,0 9,0 Pengaruh terhadap ikan budidaya Air bersifat racun bagi ikan Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri dan parasit Ikan mengalami pertumbuhan optimal Pertumbuhan ikan terhambat

Alkalinitas Alkalinitas atau lebih dikenal dengan total alkalinitas adalah konsentrasi total dari unsur basa basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO 3 ). Dalam air, basa basa yang terkandung biasanya dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat. Untuk tumbuh optimal, plankton menghendaki total alkalinitas sekitar 80 120 ppm. Pada kisaran total alkalinitas kurang atau melebihi dari kisaran tersebut, pertumbuhan plankton terhambat. Namun demikian bukan berarti pertumbuhan plankton pasti optimal bila total alkalinitas air cukup. Hal ini karena masih banyak parameter kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan plankton, seperti ketersediaan CO 2 dan ph (Kordi, 2010). Suhu air Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme dan organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan air tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air. Secara umum laju pertumbuhan meningkatkan sejalan dengan menaikkan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai drastis (Kordi, 2010). Suhu atau temperatur merupakan faktor pembatas bagi semua mahluk hidup. Temperatur juga merupakan faktor fisik dalam reproduksi, pertumbuhan, pendewasaan, dan umur organisme. Dalam ekosistem perairan, masing masing jenis organisme yang ada memiliki kisaran suhu optimum bagi kehidupannya. Misalnya untuk jenis hewan tertentu memiliki kisaran suhu optimum 32 0 C. Dalam kasus lain hewan yang ada dalam perairan yang sama tidak memiliki toleransi terhadap suhu yang demikian sehingga akan mempengaruhi posisinya (tempat hidupnya) pada perairan tersebut (Isnaini, 2011).

Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas didalam air serta semua aktivitas biologis fisiologis di dalam ekosistem air sangat dipengaruhi oleh temperatur. Menurut hukum Van Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 10 o C (hanya pada kisaran temperature yang masih di tolerir) akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2 3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitas untuk melakukan respirasi (Barus, 2004). Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28 0 C 32 0 C. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Dibawah suhu 25 0 C, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 180 0 C 25 0 C, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu air 12 0 C 18 0 C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu dibawah 12 0 C ikan tropis mati kedinginan. Pergantian atau percampuran air merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh suhu tinggi. Suhu air tambak cenderung lebih tinggi dari suhu air laut akibat perbedaan volume. Pergantian air yang diupayakan untuk pengenceran metabolit sekaligus dapat mempengaruhi suhu tinggi (Kordi, 2010). Amoniak dan Nitrit Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang, sementara nitrit merupakan senyawa toksik yang dapat mematikan organisma air. Keberadaan senyawa nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang berasal dari industri, pertanian dan domestik (Isnaini, 2011).

Pada budidaya ikan atau udang intensif yang menerapkan padat penebaran tinggi dan pemberian pakan secara intensif, penimbunan limbah kotoran terjadi sangat cepat. Sebagian besar pakan yang dimakan oleh ikan dan udang akan dirombak menjadi daging atau jaringan tubuh, sedangkan sisanya dibuang berupa kotoran padat (feces) dan terlarut (ammonia) (Kordi, 2010). Arang Aktif Daya serap dari arang aktif umumnya tergantung kepada jumlah senyawa karbon yang berkisar antara 85 sampai 95% karbon bebas. Arang aktif dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air. Arang aktif adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap atau adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap. Arang aktif dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon baik organik atau anorganik, tetapi yang biasa beredar di pasaran berasal dari tempurung kelapa, kayu dan batubara. Pada umumnya arang aktif digunakan sebagai bahan penyerap dan penjernih. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25 100% terhadap berat arang aktif (Suhartana, 2006). Untuk menanggulangi air yang berwarna kuning, biasanya orang menggunakan media pasir bangunan dan ijuk. Media media ini dimasukkan ke bak semen atau drum, dimana pasir diletakkan di bagian atas dan ijuk di bagian bawah. Penempatan seperti ini dimaksudkan agar pasir tidak terbawa air. Namun metode ini hanya efektif untuk air yang kadar kotorannya ringan karena kadar kotoran yang tinggi akan menyebabkan pengendapan dan menyumbat jalannya air. Media yang efektif untuk menghilangkan warna kuning dan bau pada air adalah pasir zeolit dan arang jepang. Pasir zeolit berfungsi untuk menghilangkan kotoran dan arang jepang berfungsi untuk menghilangkan bau. Media gabungan pasir zeolit dan arang jepang ini mulai banyak

digunakan dalam alat penjernih air, dan mudah didapat serta relatif terjangkau (Aguskamar, 2011). Eceng Gondok Eceng gondok (Eichhornia crassipes.) merupakan tumbuhan gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada perairan dalam. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7 10 hari (Pasaribu, 2007). Eceng gondok merupakan salah satu jenis tanaman air yang pertumbuhannya sangat cepat dan sangat mudah tumbuh di perairan. Namun selain sebagai tanaman pengganggu perairan, tanaman eceng gondok dapat dimanfaatkan manusia untuk mengatasi pencemaran, baik pencemaran yang disebabkan oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga. Eceng gondok dapat menyerap dan mengakumulasi zat-zat polutan dalam perairan ke dalam struktur tubuh tumbuhan air tersebut. Eceng gondok dapat menyerap 50% N-organik dalam waktu 3,6 hari pada kolam pembersih limbah yang berasal dari daerah pertanian yang kotor (Setyanto dan Warniningsih, 2011).

Tabel 2. Manfaat dari media filter sederhana Media Fungsi Kelebihan Kekurangan Pasir& Batu -Penyaring kotoran -Harga murah Kerikil ( fisika ) -Batu dapat sebagai tempat tinggal bakteri pengurai ( biologi ) - design filter sulit biasanya harus sistim Vertikal - Batu sebagai tempat tinggal bakteri pengurai kurang efektif karena membutuhkan jumlah yg banyak. Batu Zeolit Ijuk -Menyerap zat zat yang berbahaya misalkan ammonia ( kimia ) -Sebagai penyaring kotoran ( fisika ) -Harga relative murah -Harga murah, untuk di daerah mudah didapat Arang -Menyerap racun -Dapat juga berfungsi sebagai penyaring kotoran - bila terkena garam akan melepas kembali zat ammonia yang terserap. - mudah busuk, sehingga dapat berubah menjadi sumber penyakit. Harga relatif murah dan mudah didapat