STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu cara yang. ditempuh agar tujuan tersebut dapat tercapai.

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. berhasilnya suatu pendidikan yang berada di negara tersebut. Berhasilnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

SUDARYANTI NIM. A

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

I. PENDAHULUAN. derajat suatu bangsa dapat ditingkatkan menjadi bangsa yang besar dan

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

UPAYA PENINGKATAN RESPON DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SEKOLAH ALTERNATIF. (Studi Etnografi di SMP Alternatif Bumi Madania Salatiga)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa. Pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar dan terencana

UPAYA PENINGKATAN INTENSITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIC SMPN 3 Sawit Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika Oleh : IMAM WICAKSONO A 410 030 159 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 Ayat (1) menegaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan adalah proses menemukan, menjadi dan mengembangkan diri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1

2 Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Pasal 4 Ayat (4) UU No. 20 Tahun 2003). Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pembelajaran mengandung serangkaian aktivitas guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 1995: 4-5). Pembelajaran meliputi dua aktivitas, yaitu guru mengajar dan siswa belajar. Inti dari pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan kepada siswa agar dapat belajar dengan optimal. Pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Banyak usaha telah dilakukan oleh para ilmuwan pembelajaran dalam mengklasifikasi variable-variabel pembelajaran. Salah satu variabel yang esensial dalam pembelajaran adalah karakteristik belajar siswa. Siswa sebagai subjek dalam pembelajaran memiliki keunikan. Ada siswa yang cepat dalam belajar karena kecerdasannya sehingga dapat menyelesaikan kegiatan belajar lebih cepat dari yang diperkirakan. Ada siswa yang lambat dan memerlukan waktu lebih lama dari waktu yang diperkirakan. Ada siswa yang kreatif yang menunjukkan kreatifitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu dan selalu ingin memecahkan persoalan-persoalan. Ada siswa yang berprestasi kurang, walaupun mempunyai taraf intelegensi tergolong tinggi, dan ada pula

3 siswa yang gagal dalam belajar sehingga tidak selesai dalam studinya di sekolah. Guru harus berupaya memahami karakteristik siswa dan dapat melakukan pendekatan yang tepat sebagai upaya mengoptimalisasikan hasil belajar. Jika guru dapat memahami karakteristik siswa, maka ia dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswa-siswanya. Reigeluth (1983) dalam Budiningsih (1997: 4), secara tegas menempatkan karakteristik siswa sebagai variabel yang paling berpengaruh dalam pengembangan strategi pembelajaran. Analisis karakteristik siswa amat penting sebelum langkah pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran. Teori pembelajaran apapun yang dikembangkan dan strategi apapun yang dipilih untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada karakteristik siswa. Keberhasilan pembelajaran pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik siswa dan strategi pembelajaran. Dewasa ini, sebagaimana ditegaskan UNESCO dalam Konverensi Tahunan di Melbourne, setidaknya ada empat pilar dalam pembelajaran, yakni pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama (Diptoadi, 1999: 165) Empat pilar tersebut menjadi acuan bagi sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran. Konsep di atas relevan dengan konteks global dewasa ini dan menjadi kebutuhan yang mendesak bagi program pembelajaran pada sekolah-sekolah di Indonesia. Tujuannya agar sekolah-sekolah mampu menghasilkan lulusan yang memadai dengan tuntutan global.

4 Pergeseran-pergeseran juga terjadi dalam paradigma pembelajaran. Pergeseran itu adalah pergeseran dari mengingat ke arah berpikir/bernalar; dari menyampaikan secara verbal seluruh materi pelajaran ke arah yang lebih menekankan materi kunci (sentral); dari pembelajaran berbasis materi (content) ke arah keseimbangan antara materi dan proses; dari teoritik ke arah aplikasi, dari berpusat pada guru (teacher centered) ke arah berpusat pada siswa (learner centered); dan dari penyajian secara steril ke arah keterkaitan pada isu sosial dan lingkungan (Firman, 1999: 9). Dewasa ini terdapat banyak kritik terhadap proses pembelajaran. Sejumlah kritik terarah pada kegiatan belajar mengajar yang sangat berpusat pada guru sehingga pembelajaran tampak sebagai ceramah. Pengetahuan ditransmisikan dari guru tanpa menstimulasi siswa untuk berpikir/bernalar. Kritik lain terarah pada materi pelajaran yang di samping padat, juga sangat bersifat teoritik-akademik, tanpa menyinggung aplikasinya untuk memahami peristiwa alam di sekitarnya atau produk-produk teknologi yang hadir dalam kehidupan sehari-hari. Kesan yang diperoleh dari sebagian besar siswa adalah mata pelajaran jauh dari kehidupannya (Firman, 2000: 1). Pada mata pelajaran matematika, masalah umum yang terjadi adalah rendahnya rata-rata NEM (Nilai Ebtanas Murni) secara nasional dan rendahnya minat belajar karena matematika terasa sulit. Banyak guru matematika mengajarkan matematika dengan materi dan metode yang tidak menarik. Guru menerangkan, sementara murid mencatat. Pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan

5 tradisional yang menekankan proses latihan dan praktek (drill and practice), prosedural, serta menggunakan rumus dan algoritma sehingga siswa dilatih mengerjakan soal seperti mekanik. Apabila siswa diberi soal yang berbeda dengan soal latihan yang biasa dikerjakan, mereka tidak bisa mengerjakan. Siswa tidak terbiasa memecahkan masalah di sekelilingnya (Zulkardi, tt : 2). Keadaan tersebut, menurut Hudojo (1998), terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah situasi pembelajaran. Selama ini masih banyak dijumpai pembelajaran matematika yang sifatnya verbal dan prosedural. Siswa tampak pasif dan menerima pengetahuan sesuai yang diberikan oleh guru. Hal ini berdampak pada lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar matematika. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pembelajaran matematika. Penelitian difokuskan pada strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Penelitian dilakukan di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga. Sekolah ini dirancang sebagai sekolah alternatif, yang berdiri atas prakarsa dari warga setempat. Secara administratif tercatat sebagai SMP terbuka yang menginduk ke SMP Negeri 10 Salatiga. Sekolah ini berupaya mengimplementasikan empat pilar pembelajaran dalam program-program pembelajarannya dan merintis pembelajaran khas yang berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimanakah strategi pembelajaran Matematika di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, memahami, dan memaknai hal-hal yang paling mendasar dalam strategi pembelajaran matematika di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam khasanah teoretik strategi pembelajaran Matematika. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi sekolah dan guru dalam pengembangan kompetensi di bidang strategi pembelajaran, terutama strategi pembelajaran Matematika. E. Definisi Operasional 1. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah siasat/taktik yang direncanakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. 2. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah pembelajaran tentang ilmu logika, pola dan hubungan mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep

7 agar siswa mampu berpikir kritis, logis, sistematis, objektif, jujur, dan disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah. 3. Sekolah Alternatif Sekolah alternatif adalah sekolah yang secara kelembagaan, kurikulum, metode pendidikan dan metode evaluasinya bersifat alternatif, lahir dari keinginan untuk mengantarkan anak pada persoalan nyata, lembaga dan pengajarnya mampu memberi pengajaran dengan metodemetode yang inovatif dan kreatif.