BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN UJRAH PADA PELAKSANAAN PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARI AH. CABANG SEMARANGs

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

dikeluarkan oleh Bank BNI Syari ah Cabang Semarang. 1 Secara struktural, pembiayaan haji terdiri dari dua suku kata, pembiayaan dan haji.

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB III SYARI AH CABANG SEMARANG. A. Profil Bank BNI Syari ah Cabang Semarang. 1. Sejarah Singkat BNI Syari ah Cabang Semarang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN TAKE OVER PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS TAKE OVER KPR DARI BMI KE BRI SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB II LANDASAN TEORI

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN. PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ini pun dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bersedia untuk

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana, kemudian

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

Produk Talangan Haji Perbankan Syariah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

ANALISIS PENERAPAN AKAD QARD} WAL IJA>RAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGELOLAAN REKSA DANA MELATI US DOLLAR

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis terhadap Akad bisnis Advertising dengan pendapatan

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI DI BANK BNI KONVENSIONAL

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

Transkripsi:

1 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN UJRAH PADA PELAKSANAAN PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARI AH CABANG SEMARANGs A. Analisis Penentuan Ujrah Pada Pembiayaan Haji di BNI Syari ah Cabang Semarang Akad yang digunakan dalam melaksanakan pembiayaan haji ada dua, yaitu akad qarḍ dan akad ijarah. 1 Akad qarḍ digunakan oleh bank BNI Syari ah Cabang Semarang untuk meminjamkan dana talangan haji kepada nasabah. Akad ijarah digunakan oleh bank sebagai representasi atas ujrah yang diambil atas jasa bank dalam menguruskan administrasi di Kementerian Agama. 2 Qarḍ secara bahasa berarti potongan atau sebab yang mempunyai harta untuk memotong harta nya untuk si peminjam agar dia bisa bertindak dengan harta itu dengan sepotong keuntungan. 3 Hukum qarḍ adalah boleh antara kedua belah pihak yang berakad, keduanya memiliki hak untuk membatalkan akad kapan saja dia mau, sebab pengelolaanya 1 Wawancara dengan Bapak Tri Agung, Kepala Bagian Pemasaran BNI Syari ah 27 Mei 2013 Pukul 16.41 WIB 2 Wawancara dengan Bapak Agus Priyanto, Bagian Pemasaran BNI Syari ah 27 Mei 2013 Pukul 16.28 WIB 3 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Nidhom Al-Mu amalati fil fiqh al islam, terjemahan Fiqh Mu amalah sistem transaksi dalam Islam, Nadirsyah Hawari, LC, M.A, Jakarta: AMZAH, 2010, hlm. 245

2 terhadap harta orang lain dengan izinnya, maka keduanya memiliki hak untuk membatalkan akad seperti akad simpanan dan perwakilan. 4 Akad Qarḍ dalam aplikasinya pada pelaksanaan pembiayaan haji di BNI Syari ah Cabang Semarang adalah sebagai berikut: 1. Pelaku akad, yaitu, muqtariḍ (peminjam), pihak yang membutuhkan dana, dan muqriḍ (pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana. muqtariḍ disini adalah pihak nasabah yang membutuhkan pinjaman dana talangan haji. Sedangkan muqriḍ disini adalah pihak BNI Syari ah Cabang Semarang yang meminjamkan dana kepada nasabah yang membutuhkan pinjaman dana talangan haji. 2. Objek akad, yaitu dana. Dana disini adalah dana talangan haji yang dipinjamkan oleh BNI Syari ah Cabang Semarang kepada nasabah yang membutuhkan pinjaman dana talangan haji. 3. Tujuan, yaitu berupa pinjaman tanpa imbalan. BNI Syari ah Cabang Semarang dalam meminjamkan dana talangan haji kepada nasabah yang membutuhkan tidak membebankan biaya tambahan. 4 Ibid

3 4. Ṣigah, yaitu ijab dan qabul. Ṣigah disini merupakan penandatanganan form akad oleh nasabah ynag membutuhkan sebagai pihak peminjam dan pihak BNI Syari ah Cabang Semarang sebagai pihak yang meminjami. Sedangkan syarat dari akad qiraḍ dalam aplikasinya dengan pelaksanaan haji di BNI Syari ah Cabang Semarang adalah: 1. Kerelaan kedua belah pihak. Syarat ini dipalikasikan dalam kesepakatan penandatanganan form akad oleh kedua belah pihak. 2. Dana yang digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal. 5 Dana yang dipinjamkan oleh pihak BNI Syari ah Cabang Semarang digunakan nasabah untuk pemenuhan BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Selanjutnya yaitu akad ijarah, ijarah secara bahasa artinya upah, sewa, jasa atau imbalan. Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah sewa menyewa, kontrak, menjual jasa dan lain-lain. Ada beberapa definisi ijarah menurut beberapa ulama: 1. Ulama madzhab Hanafi Mendefinisikan: ض Transaksi terhadap suatu manfaat dengan suatu imbalan 5 Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Ghazali, Ihya Ulumuddin Juz 2, Beirut- Lebanon: Darul Kitab Alamiyah, 607 H hlm. 79

4 2. Ulama madzhab Syafi I mendefinisikannya: دة واضم Transaksi terhadap manfaat yang dituju, tertentu, bersifat bisa dimanfaatkan, dengan suatu imbalan tertentu. 3. Ulama Malikiyah dan Hanbaliyah mendefinisikannya: ض ةم! "#$% Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan. 6 Berdasarkan definisi tersebut, maka akad ijarah tidak boleh dibatasi dengan syarat. Ulama fiqh berpendapat, yang menjadi dasar diperbolehkannya ijarah adalah firman Allah:!"# $ 34 +& -./012 &'() * 8 9:6 7! / $6 7 +& - ) $; @A B / >? $=+ $; & -H 80DEF80G6 N KL DM IJ Q+L R O XKYZ U V$W S 0T2 Artinya: Apakah mereka yang membagi rahmat Tuhannya? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian 6 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam ( Fiqh Muamalat), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, hlm. 229

5 yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (QS Az- Zukhruf : 32) 7 Ulama madzhab hanafi menjelaskan, bahwa rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab dan qabul saja, tetapi jumhur ulama berpendapat, bahwa rukun ijarah ada empat: 1. Orang yang berakal. 2. Sewa/ imbalan. 3. Manfaat. 4. Ṣigah (ijab dan qabul). Menurut ulama madzhab Hanafi, rukun yang dikemukakan oleh jumhur ulama diatas, bukan rukun tapi syarat. Sebagai sebuah transaksi atau akad umum, ijarah baru dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya. Adapun syarat akad ijarah adalah: 1. Syarat bagi kedua orang yang berakad, adalah telah balig dan berakal (Madzhab Syafi I dan Hanbali). Dengan demikian, apabila orang itu belum atau tidak berakal, seperti anak kecil atau orang gila, menyewakan hartanya, atau diri mereka sebagai buruh (tenaga dan ilmu boleh disewa), maka ijarahnya tidak sah. Berbeda dengan Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki mengatakan,bahwa orang yang melakukan akad, tidak harus mencapai 7 Departemen Agama RI, Op. Cit hlm. 798

6 usia balig, tetapi anak yang telah mumayyiz pun boleh melakukan akad ijarah dengan ketentuan, disetujui oleh wali nya. Kedua belah pihak yang melakukan akad menyatakan, kerelaanya untuk melakukan akad ijarah itu. Apabila salah seorang diantara keduanya terpaksa melakukan akad, maka akadnya tidak sah. 8 Landasan hukumnya adalah sebagai berikut : ^_`0 ab 7 V[\]A c7f goh;\$i e c7 U"27d Ok!" *&dn$6j 2 ^ dn$i Z 0mAk6 +&dn)0t2 >q7l$i U o!lapv02 +&dnot9c7f g s$ie +&dn u ab 7 1 XYJZ I /0v Artinya: Hai orang- orang yang beriman, jangan lah kamu saling memakan harta sesama mu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu, Dan jangan lah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(qs An- Nisaa : 29 ) 9 Upah atau ujrah dalam ijarah ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan, ini merupakan asas pemberian upah sebagaimana ketentuan yang dinyatakan dalam firman Allah 10 : Exy A B / 6 Ok06 +& -Q0G; U806 c c7 g0 ${#OU e +& +&VgA; XyJZ Artinya: Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka hlm. 202 8 M. Ali Hasan, Op. Cit hlm. 232 9 Departemen Agama RI, Op. Cit hlm, 122 10 Lukman Hakim, Prinsip- prinsip Ekonomi Islam, Surakarta: PT Gelora Aksara Prima, 2012

7 (balasan) pekerjaan-pekerjaan. Mereka tiada di rugikan. (QS Al- Ahqaaf:19) Akad ijarah di dalam pembiayaan haji ialah sebagai representasi atas akad ijarah yang digunakan oleh bank BNI Syari ah Cabang Semarang atas jasanya menguruskan administrasi calon haji dalam hal ini nasabah di Kementerian Agama. Peminjaman dana talangan haji dan pengurusan administrasi ini satu paket, sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Nasabah yang menginginkan pengurusan administrasi di Kementerian Agama harus memenuhi prosedur penerapan produk pembiayaan di Bank BNI Syari ah Cabang Semarang. Ujrah yang ditetapkan oleh BNI Syari ah Cabang Semarang tidak serta merta diaplikasikan kepada nasabah. BNI Syari ah Pusat sebagai induk dari BNI Syari ah Cabang Semarang melakukan penelitian terhadap seluruh BNI Syari ah di Indonesia. Kemudian hasil tersebut di rata-rata untuk menghasilkan besar ujrah yang bisa ditetapkan di seluruh Indonesia. Rukun dan syarat dalam pelaksanaan produk pembiayaan haji di Bank BNI Syari ah adalah sebagai berikut: 1. Ṣigah (Ijab Qabul) Bentuk ijab Qabul dalam pelaksanaan produk pembiayaan haji di Bank BNI Syari ah Cabang Semarang adalah dalam bentuk

8 penandatanganan kontrak akad antara nasabah dan pihak Bank BNI Syari ah Cabang Semarang. 2. Al- Aqid (Orang yang melakukan akad) Orang yang melakukan akad dalam pelaksanaan produk pembiayaan haji di Bank BNI Syari ah ini adalah antara calon haji dalam hal ini disebut nasabah dengan Bank BNI Syari ah Cabang Semarang. 3. Mauḍu aqd (Objek Akad) Objek akad dalam pelaksanaan produk pembiayaan haji di Bank BNI Syari ah Cabang Semarang disini terdiri dari dua unsur, yaitu barang dan jasa. Barang disini berupa uang rupiah yang dipinjamkan berdasarkan akad qarḍ. Dan yang selanjutnya adalah Jasa, yaitu Jasa bank dalam menguruskan administrasi calon haji dalam hal ini nasabah di Kementrian Agama yang berdasarkan atas akad ijarah. 4. Ujrah Ujrah atau sewa jasa dalam pelaksanaan produk pembiayaan haji di Bank BNI Syari ah Cabang Semarang adalah dalam bentuk upah yang dinilai dengan uang. Menurut jumhur ulama rukun ijarah ada empat, yaitu: 1. Orang yang berakad. 2. Sewa atau imbalan. 3. Manfaat.

9 4. Ṣigat atau ijab qabul. Sebagai sebuah transaksi ijarah baru dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya. Adapun syarat ijarah adalah sebagai berikut: 11 1. Orang yang berakad. Menurut ulama Syafi iyah dan Hanabilah disyaratkan telah balig dan berakal. Maka jika yang melakukan ijarah orang yang belum atau tidak berakal, maka ijarah-nya tidak sah. Berbeda dengan ulama Hanafiyah dan Malikiyah, mereka berpendapat bahwa orang yang berakad tidak perlu mencapai usia balig, tapi anak yang mumayiz pun boleh melakukan asalkan ada izin dari walinya. 2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaaanya untuk melakukan akad ijarah. Apabila salah satu pihak melakukan akad dengan terpaksa maka ijarah-nya tidak sah. 3. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna, sehingga tidak muncul penyesalan di kemudian hari. 4. Objek ijarah ini bisa diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat. Oleh sebab itu para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak bisa diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa. 5. Objek ijarah adalah sesuatu yang dihalalkan oleh syara. 11 Nasrun Harun, Fiqh Mu amalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007 hlm. 231

10 6. Yang disewakan itu bukan sesuatu yang wajib dikerjakan bagi penyewa. Seperti menyewa seseorang untuk melakukan shalat, haji, dan kewajiban-kewajiban lain. 7. Objek ijarah merupakan sesuatu yang biasa disewakan seperti rumah, Mobil, dan hewan tunggangan. 8. Upah sewa dalam akad ijarah harus jelas, tertentu, dan sesuatu yang bernilai harta. 9. Menurut ulama Hanafiyah, upah sewa tidak boleh sejenis dengan manfaat yang disewa. 12 Jasa yang dilakukan oleh Bank BNI Syari ah dalam penerapan produk pembiayaan haji adalah Ijarah dalam bentuk jasa pengurusan administrasi calon haji dalam hal ini nasabah di Kementerian Agama. Dilihat dari objek transaksi nya ijarah yang dilakukan oleh Bank BNI Syari ah Cabang Semarang dalam melaksanakan pembiayaan haji adalah ijarah dalam bentuk jasa, dalam artian bahwa Bank BNI Syari ah menggunakan transaksi jasa untuk menerapkan produk pembiayaan haji nya. Jasa yang dimanfaatkan dalam akad ini adalah jasa sumber daya manusia dan jasa perbankan. Bank BNI Syari ah Cabang Semarang sebagai sebuah lembaga yang memberikan jasa dalam pengurusan administrasi calon haji dalam hal ini nasabah di Kementrian Agama. 12 Ibid, hlm. 232-235

11 Sehingga dari jasa tersebut Bank BNI Syari ah Cabang Semarang berhak mendapatkan imbalan dari nasabah yang telah memanfaatkan jasa nya. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Penentuan Besarnya Ujrah Pada Produk Pembiayaan Haji di Bank BNI Syari ah Cabang Semarang Islam memandang akad sebagai komitmen yang seharusnya melekat padanya. Islam juga menyatakan bahwa menjaga akad adalah suatu keharusan bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Kestabilan dari transaksi, persetujuan di antara orang, serta kebaikan dan kekuatan urusan mereka sifatnya adalah terlindungi. Akan tetapi, Islam juga menyatakan bahwa pembubaran akad adalah permasalahan yang serius dan dapat dilakukan, tentunya dengan sejumlah persyaratan. 13 Akad dapat batal dikarenakan 4 hal, yaitu: 1. Tidak terpenuhinya komitmen dari salah satu pihak yang bersepakat. Jika salah satu dari kedua belah pihak dalam komitmen timbal balik mengikat kedua pihaknya, tidak dapat memenui kewajibannya, pihak lain dapat. Pembatalan akan menjadi efektif apabila terdapat beberapa kondisi sebagai berikut: a. Akad harus merupakan komitmen timbal balik dan mengikat kedua belah pihak. b. Salah satu pihak gagal dalam memenuhi komitmen. c. Pihak lain harus mampu memenuhi komitmennya. 13 Veithzal Rivai, dkk, Op. Cit hlm. 299

12 d. Sebelum mengajukan permintaan pembubaran, salah satu pihak seharusnya memperingatkan pihak lainnya untuk memperlihatkan kesungguhannya terlebih dahulu. 2. Perjanjian pada pembubaran kontrak. Kemungkinan untuk mencapai kesepakatan bahwa akad dianggap diselesaikan secara otomatis ketika komitmen tersebut tidak terpenuhi tanpa membutuhkan peristirahatan hukum. 3. Akad selesai secara otomatis. Akad selesai secara otomatis dikarenakan para pihak yang bersepakat telah menjalankan kewajibannya masing-masing dan karena memang jangka waktu yang ditentukan telah habis. 4. Permohonan ketidaklengkapan akad. Jika dalam komitmen mutual salah satu pihak gagal untuk melakukan pihaknya, pihak lain dapat menahan diri dari pemenuhan kewajiban permohonan bahwa saingannya tidak memenuhi kewajiban. 14 Islam menghalalkan utang sebagai salah satu jalan keluar bagi golongan yang mengalami kesempitan pembelanjaan atau keuangan. Cara ini diambil untuk menjamin supaya golongan itu tidak kecewa untuk mencapai keperluan mereka. Konsep utang piutang dalam Islam adalah semata- mata amal kebajikan diantara golongan yang mampu dengan yang tidak mampu supaya terjalin hubungan muhibah dan bantu membantu antara kedua 14 Ibid, hlm. 304

13 golongan itu. Dan disini Bank Islam menawar kemudahan nota tunai untuk pembiayaan pribadi sesuai kaidah Al- Qarḍ Al- Ḥasan. 15 Akad qarḍ memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapatkan dana talangan jangka pendek, selain itu qarḍ juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syari ah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial selain misi komersial. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syari ah. Pemberian peminjaman dana talangan haji dan pengurusan administrasi di Kementerian agama bagi calon haji dalam hal ini nasabah terhadap produk pembiayaan haji yang dikeluarkan oleh Bank BNI Syari ah Cabang Semarang adalah satu paket. Jadi, disini bank tidak hanya meminjamkan dana talangan haji kepada nasabah, tetapi juga menguruskan administrasinya ke Kementerian Agama. 16 Oleh sebab itu bank berhak menerima ujrah atas jasanya tersebut. Besarnya ujrah atas relevansinya dengan Fatwa DSN-MUI No. 29/ DSN-MUI/III/2002 tentang pengurusan pembiayaan haji LKS tidak boleh dipersyaratkan atas qarḍ nya, dalam hal ini besar pinjaman dana talangan haji yang diberikan kepada nasabah. Akan tetapi, pada prakteknya, besarnya ujrah 15 Veithzal Rivai, dkk, Islamic Transaction in Business dari Teori ke Praktek, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 86-87 16 Wawancara dengan Bapak Ahmad Bagus J., Kepala Staff Pemasaran produk pembiayaan haji BNI Syari ah 26 Juni 2013Pukul 16.31 WIB

14 yang ditetapkan oleh Bank BNI Syari ah Cabang Semarang disesuaikan dengan besarnya dana talangan yang diberikan kepada nasabah. Untuk Pinjaman dana talangan sebesar Rp 23.750.000,- (Dua Puluh Tiga Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) ujrah yang ditentukan sebesar Rp 2.493.750 (Dua Juta Empat Ratus Sembilan Puluh Tiga Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Rupiah), sedangkan untuk dana pinjaman sebesar Rp 32.500.000,- (Tiga Puluh Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), ujrah yang ditentukan sebesar Rp 3.375.000,- (Tiga Juta Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah). 17 Ujrah yang telah ditentukan sesuai jumlah pinjaman tersebut harus di bayar dimuka, berikut uang muka pinjaman dan besar tabungan yang mengendap di dalam rekening nasabah. Jika dikemudian hari terjadi suatu hal yang membuat nasabah kehilangan hak nya untuk dipinjami dana talangan oleh pihak bank dikarenakan tidak membayar cicilan selama dua bulan berturut- turut atau nasabah yang bersangkutan meninggal dan ahli waris tidak mau meneruskan cicilan dana talangan tersebut, maka dana talangan di cabut dan ujrah yang telah dibayar lunas dimuka tersebut tidak dikembalikan karena telah menjadi hak bank. Dana talangan yang telah dpinjamkan oleh bank dan telah disetor oleh nasabah di kembalikan ke nasabah sesuai jumlah yang sudah disetor oleh nasabah setelah dikurangi biaya administrasi yang besarnya menjadi rahasia bank. 18 17 Ibid 18 Ibid