PENGARUH CUACA TERHADAP GELOMBANG (Study Kasus Terjadinya Gelombang Tinggi Di Pantai Sawarna Lebak Provinsi BantenTanggal April 2015)

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Banjir Bandang Tanggal 2 Mei 2015 Di Wilayah Kediri Nusa Tenggara Barat

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

Kewaspadaan Dini Terhadap Sebaran Polutan Bahan Radio Aktif Akibat Kerusakan Reaktor Nuklir Fukushima Jepang Tanggal 11 Maret 2011

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017)

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal Maret 2018)

VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

ANALISA CUACA BANJIR DI ACEH UTARA TGL FEBRUARI 2016

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

ANALISIS CUACA EKSTREM LOMBOK NTB HUJAN LEBAT (CH mm) DI LOMBOK TENGAH 15 SEPTEMBER 2016

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal 11 Oktober 2017)

Gambar 1. Peta Lintasan Siklon Tropis Dahlia ( Sumber :

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017)

Mengenal Lebih Dekat Informasi Cuaca Penerbangan

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DI PROPINSI BANTEN TANGGAL 24 NOPEMBER 2008

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

Northerly Cold Surge: Model Konseptual dan Pemantauannya

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI DUSUN WAYARENG DESA MULYOSARI KEC.BUMI AGUNG KAB. LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 18 Februari 2018)

Memantau Wilayah Kekeringan di Indonesia Menggunakan Analisis Data Satelit MTSAT Kanal IR3

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Studi Kasus Tanggal 29 Desember 2017)

VARIASI BULANAN GELOMBANG LAUT DI INDONESIA MONTHLY OCEAN WAVES VARIATION OVER INDONESIA

ANALISA CUACA PADA SAAT KEJADIAN ROBOHNYA JEMBATAN DI PULAU BERHALA TANGGAL 7 JULI 2016

Prakiraan Cuaca Pada Saat Gerhana Matahari Total Menggunakan Model Analogi dan Statistik

ANALISIS BANJIR DI WILAYAH BIREUEN TANGGAL 12 JUNI Oleh : Syahrir Stamet kelas 1 Blang bintang Banda Aceh

HINDCASTING GELOMBANG MENGGUNAKAN DATA ANGIN DARI MRI-JMA (METEOROLOGY RESEARCH INSTITUTE/JAPAN METEOROLOGY AGENCY) DALAM KURUN WAKTU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI SAMBELIA LOMBOK TIMUR TANGGAL 08 FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BMKG BMKG I. INFORMASI KEJADIAN

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO, PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI STASIUN METEOROLOGI BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA S STASIUN METEOROLOGI MARITIM KENDARI

ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI PULAU BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA - BELITUNG TANGGAL 11 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 08 APRIL 2009

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Historis Banjir Jakarta

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

ANALISA CUACA BANJIR DI ACEH UTARA TGL JANUARI 2016

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

ANALISIS KEJADIAN HUJAN DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH KOTA PONTIANAK DAN SEKITARNYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 04 DESEMBER 2017

TURBULENSI HEBAT di INDONESIA Tahun 2016 M. Heru Jatmika, Heri Ismanto, Zulkarnaen, M. Arif Munandar, Restiana Dewi, Kurniaji

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG DI DESA BRAJAASRI KEC.WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 14 Nopember 2017)

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

Analisis Korelasi Suhu Muka Laut dan Curah Hujan di Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Kendari Tahun

PEMANFAATAN DATA LUARAN MODEL PRAKIRAAN CUACA CONFORMAL-CUBIC ATMOSPHERIC MODEL (CCAM) SEBAGAI INPUT MODEL GELOMBANG WIND WAVE-05

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WAVEWATCH-III DENGAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT ALTIMETRI DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG

I. INFORMASI METEOROLOGI

STASIUN METEOROLOGI KLAS I SERANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI SUMATERA BARAT MENGAKIBATKAN BANJIR DAN GENANGAN AIR DI KOTA PADANG TANGGAL 16 JUNI 2016

I. INFORMASI METEOROLOGI

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN PUTING BELIUNG DI ARJASA SUMENEP TANGGAL 03 APRIL mm Nihil

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI KENDARI

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Meteorologi Nabire

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN ES DI KABUPATEN SOLOK TANGGAL 4 JULI 2016

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

WORKING PAPER PKSPL-IPB

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

KAJIAN PENGARUH BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG TIPE SAMBUNG PANTAI TERHADAP GELOMBANG LAUT DI PELABUHAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN

IDENTIFIKASI CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH ACEH PIDIE PROPINSI ACEH, TANGGAL 01 JANUARI

STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA

TARUNA METEOROLOGI STMKG WAJIB PAHAMI ANALISIS CUACA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI LOMBOK TIMUR TANGGAL 17 JANUARI 2017

I. INFORMASI METEOROLOGI

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

BAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, adapun perangkat tersebut yaitu:

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

Transkripsi:

PENGARUH CUACA TERHADAP GELOMBANG (Study Kasus Terjadinya Gelombang Tinggi Di Pantai Sawarna Lebak Provinsi BantenTanggal 17-18 April 2015) Latar belakang Oleh: Achmad Sasmito, Roni Kurniawan Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BMKG salah satu diantaranya yaitu membuat prakiraan gelombang laut yang setiap hari diterbitkan via Web BMKG. Prakiraan gelombang yang dioperasionalkan BMKG selama ini menggunakan model wind wave generasi II. Untuk mengetahui akurasi dari model tersebut pada tahun 2014 Puslitbang melakukan verifikasi dengan dua cara yaitu disandingkan dengan hasil observasi menggunakan satelit AVISO dan dilakukan pengamatan in situ di beberapa tempat, seperti di Karimunjawa, Pulau Bawean, Selat Sunda, Pulau Nias, Belitung. kepulauan Pada tahun 2015 di lingkungan Puslitbang BMKG sedang mempelajari prakiraan gelombang model Wavewatch generasi III, untuk mengetahui akurasi model juga dilakukan pengamatan in situ menggunakan alat Acoustic Wave and Current (AWAC) yang dilakukan pada tanggal 10-19 April 2015 di pantai Sawarna Lebak Banten. Berdasarkan hasil pengamatan dari alat selama kurun waktu tersebut pada tanggal 17 pukul 15-16 sore dan 18 April 2015 pukul 05-06 pagi diperoleh data tinggi gelombang maksimum berturut-turut setinggi 6 dan 4 meter. Untuk meyakinkan bahwa data tersebut benar yang diperoleh dari alat yang beroperasi dengan baik, maka dilakukan penyelidikan mengapa bisa terjadi gelombang setinggi itu. Untuk mengetahui terjadinya gelombang yang cukup tinggi pada tanggal tersebut pada kesempatan ini akan ditinjau beberapa variabel meteorologi yaitu dengan memperhatikan kondisi cuaca di daerah tersebut dengan melakukan analisis data satelit MTSAT, model gelombang Windwaves-05, dan hasil observasi cuaca permukaan menggunakan automatic weather station (AWS) yang dipasang dekat alat AWAC tersebut. 1

Tujuan kajian Tujuan kajian ini untuk menyelidiki sejauh mana keterkaitan antara fenomena kelautan (gelombang) dengan atmosfer. Salah satu tehnik yaitu dengan melakukan analisis time series data cuaca yang diduga dapat membangkitkan gelombang setinggi 6 dan 4 meter pada tanggal 17 dan 18-04-2015 khususnya antara pukul 15.00-16.00 dan pukul 03.00-04.00 WIB di sekitar pantai Sawarna Lebak Provinsi Banten. Tinjauan Teoritis Windwaves-05 adalah software berbasis PC untuk analisis dan prakiraan gelombang yang didesain untuk keperluan operasional dalam menyediakan informasi meteorologi kelautan BMG. Software ini dikembangkan berdasarkan model MRI-II yang diperoleh tahun 1994 dari Asean Specialized Meteorologi Center(ASMC), Singapura. Studi tentang penerapan model ini untuk prakiraan gelombang di perairan Indonesia dilakukan oleh Suratno, 1997 yang didalam studinya model diverifikasi dengan data kapal. Setelah melalui uji coba selama 3 tahun pada tahun 2000, model MRI II dioperasikan secara rutin untuk pelayanan informasi meteorologi kelautan. Persamaan umum yang digunakan dalam model-model prakiraan gelombang adalah persamaan transfer energi gelombang yang dapat ditulis sebagai [1,2]: S/ t = -. (CgS) + S in + S nl + D ds 1. Dengan S S( f, ) adalah spectral energi sebagai fungsi frekuensi dan arah rambat, tmenyatakan waktu, C adalah vector kecepatan kelompok gelombang (group velocity). Suku -.( S) C g menyatakan perubahan energi selama perambatan gelombang karena adveksi dan refraksi oeleh dasar laut, Sin menyatakan perubahan energi karena angin, Snl perubahan energi karena tranfer energi non linier anatar gelombang dan yang hilang karena termasuk karena gesekan dasar laut. S ds menyatakan menyatakan energi Dalam kajian ini untuk menghitung prakiraan gelombang selain menggunakan model numeric juga digunakan model statistik yaitu tinggi gelombang sebagai fungsi angin, tekanan permukaan, dan suhu permukaan. Dalam matematis lazim ditulis sebagai 2

berikuths = f (VV), Hs = f (VV, PP), atau Hs = f (VV, PP, TT).Dalam bentuk persamaan biasa ditulis sebagai berikut: Y = a +bx1 Y = a + bx1+ cx2 Y = a + b.x1+ c.x2 + d.x3 2. Dimana : Y = Tinggi Gelombang Hs atau Hmax ; a, b, c, d = konstantanta empiris; x1 = Kecepatan angin ; x2 = Tekanan udara permukaan ; x3 = Suhu udara permukaan. Mengingat data tekanan udara satuannya sangat besar (ribuan) terhadap nilai data Hs, Hmax, angin, dan temperature udara (puluhan), maka dalam tehnik pengolahannya digunakan nilai anomalinya yaitu x3 x3 rata2nya dibagi standar deviasinya. Sedang untuk mencari hubungan antar variabel tersebut dihitung dengan menggunakan nilai korelasi yaitu ditulis sebagai berikut: Dimana : R zxy = korelasi 3 variabel x,y, dan z; r xz =korelasi variabel xz; r yz =korelasi variabel yz; r xy =korelasi variabel xy. Hasil 1. Hasil analisi data gelombang Hs dan Hmax tanggal 10-19 April 2015 tampak bahwa mulai tanggal 16-19 terdapat trend yang semakin meningkat dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya, dan puncaknya pada tangga 17-18 terdapat gelombang tinggi berturut-turut 6 dan 4 meter. Keadaan tersebut tidak lazim selama pengamatan tersebut. Hasil analisis tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 1 2. Berdasarkan pantauan AWS yang dipasang di pinggir pantai Sawarna pada ketinggian 2 meter menunjukkan bahwa pada pukul 03.00-04.00 WIB (pagi) dan pukul 15.00-16.00 WIB (sore) kecepatan angin permukaaan berkisar antara 1-2 meter/detik, sedangkan 3

analisis data tekanan udara menunjukkan nilai yang relatif rendah dibanding sebelumnya. Hasil analisis tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 2 3. Hasil analisis data tekanan udara rata-rata setiap jam menunjukkan bahwa variasi tekanan udara maksimum terjadi sekitar pukul 09.oo pagi dan minimum terjadi pada pukul 15.00 sore. Hasil analisis tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 3 4. Bila ditinjau skala synoptis dengan resolusi 1,25x1,25 o lintang hasil analisis data angin permukaan lapisan 1000 mb produk NWP Model JMA tanggal 17-18 April 2015 pukul 15.00-16.00 WIB dan pukul 03.00-04.00 WIB menunjukkan bahwa angin disebelah selatan Pantai Sawarnadominan angin dari barat, sedang di sebelah utara pantai sawarna dominan angin dari timur, hasilnya diperlihatkan seperti pada gambar 4. 5. Berdasarkan pantauan satelit MTSAT kanal IR3 (water vapour) tanggal 17-18-April- 2015 pukul 15.00-16.00 WIB (sore) dan pukul 03.00-04.00 WIB tampak pertumbuhan awan Cb besar dengan suhu puncak awan berkisar antara-50 o s/d -80 o C, hasilnya diperlihatkan seperti gambar 5. 6. Hasil prakiran Hs menggunakan model NWP dan statistik serta hasil korelasi antar variabel hasilnya disajikan seperti pada gambar 6 dan table 1. Pembahasan Berdasarkan data observasi gelombang laut menggunakan alat AWAC yang dipantau di pantai Sawarna menunjukkan bahwa tinggi gelombang significant (Hs) umumnya berkisar antara 1-2 meter, kecuali pada tanggal 17-04-2015 pukul 15-16 dan tanggal 18-04-2015 pukul 03-06 tinggi gelombang berturut-turut mencapai 4,4 dan 3,8 meter. Sedangkan Gelombang maksimum (Hmax) umumnya berkisar antara 2-3 meter, kecuali pada kurun waktu tersebut berturut-turut tercatat gelombang Hmax 6 dan 4 meter. Berdasarkan data time series menunjukkan bahwa gejala terjadinya peningkatan gelombang Hs dan Hmax terjadi sejak tanggal 16 April 2015. Untuk mengetahui proses fisis terjadinya gelombang Hmax hingga mencapai 6 meter perlu diperhatikan hasil analisis data yang direkam oleh alat Portable Weather Station (PWS). Sebagaimana diketahui bahwa tinggi gelombang ditriger oleh angin diatasnya (atmosfer), sedangkan kecepatan angin di suatu wilayah tergantung dari kerapatan isotach yang ada di daerah tersebut. Berdasarkan tinjauan fisis tersebut, maka dengan melakukan analisis 4

data klimatologis dari alat PWS selama kurun waktu tersebut menunjukkan bahwa data tekanan udara rata2 setiap jam terjadi maksimum sekitar pukul 09.oo pagi dan minimum terjadi pukul 15.oo sore, sedang berdasarkan data time series menunjukkan bahwa pada saat terjadi gelombang Hmax 6 dan 4 meter data tekanan cukup rendah dengan nilai residu terhadap rata-ratanya mencapai 2,0 dan 1,5 mb. Demikian sebaliknya pada saat terjadi Hmax 6 meter kecepatan angin terjadi peningkatan dengan nilai residu + 2 meter/detik terhadap harga rata-ratanya. Gejala terjadinya peningkatan Hs dan Hmax ditengarai berlangsung mulai tanggal 16 April keadaan tersebut bersamaan dengan adanya pertumbuhan awan Cb yang tumbuh di selatan Pantai Sawarnayang membentang arah timur-barat hingga 400km dan utaraselatan mencapai 175 km, dengan suhu puncak awan dimana suhu puncak awan terendah mencapai -65 o C dan pada pada tanggal 17 pertumbuhan awan Cb bergerak ke utara mendekati pantai Sawarna dengan suhu puncak awan mencapai -80 oc. Disamping itu berdasarkan analisis data angin permukaan dalam skala synoptic menggunakan NWP model JMA menunjukkan bahwa disebelah utara Pantai Sawarna angin dominan dari timur, sedang disebelah selatan pantai Sawarna dominan angin dari barat. Berdasarkan analisis data angin menunjukkan bahwa antara tanggal 10-15 April tercatat angin dengan kecepatan mencapai 2 m/detik namun tidak membangkitkan terjadinya gelombang tinggi, hal tersebut berkaitan dengan kondisi fisis air laut itu sendiri misal salinitas, temperatur laut, kekentalan air laut, kandungan plankton dan lain sebagainya. Dengan demikian terjadinya gelombang tinggi tidak semata-mata di triger oleh faktor meteorologi akan tetapi kondisi fisis kelautan juga perlu diperhatikan. Interaksi pasangan antara atmosfer dengan lautan lazim disebut dengan couple. Untuk mengetahui tinggi gelombang selain dilakukan pengukuran juga dapat dilakukan dengan perhitungan numeric (NWP), BMKG dalam operasionalnya selama ini menggunakan model Windwave generasi 02 dan selanjutnya akan mencoba menggunakan model MRI generasi III. Hanya saja model tersebut outputnya diperuntukkan khusus untuk laut dalam, sedang pengukuran yang kita lakukan selama ini berada dekat pantai atau laut dangkal. 5

Dengan demikian bila kita bandingkan antara tinggi gelombang model untuk laut dalam (deep ocean) disandingkan dengan pengukuran laut dangkal (shallow Water) akan diperoleh hasil yang kurang tepat, disamping itu output dari model NWP tidak selalu sama dengan koordinat yang kita lakukan pengukuran. Untuk menghitung tinggi gelombang selain menggunakan model numeric (NWP) dalam kajian ini juga dilakukan dengan model statistic menggunakan regresi berganda dengan predictor data angin, tekanan udara dan suhu udara permukaan. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pendugaan tinggi gelombang menggunakan tiga predictor angin, tekanan udara dan suhu udara permukaan diperoleh hasil yang lebih baik bila dibanding hanya menggunakan dua variabel (angin, tekanan) atau satu variabel saja (angin). Sedang bila ditinjau nilai korelasi antara tinggi gelombang Hs dengan kecepatan angin dari hasil perhitungan diperoleh nilai negatif., perihal inilah yang menjadi pertanyaan mengapa terjadi demikian. Padahal bila ditinjau dari persamaan fisisnya semakin kencang angin yang dibangkitkan akan menghasilkan Hs semakin tinggi. Bila ditinjau dari tata letak pemasangan alat PWS yang dilakukan di Sawarna berada di sebelah belakang pemasangan alat AWAC, semestinya PWS berada di sebelah depan alat AWAC, sehingga kita mengetahui data angin yang sebenarnya yang membangkitkan gelombang tersebut. Selama ini kita berasumsi bahwa angin yang berada dibelakang alat AWAC seakan dianggap sama dapat mewakili di depan alat. Kesimpulan Terjadinya gelombang Hmax yang mencapai 6 dan 4 meter pada tanggal 17-18 April 2015 tampak seirama dengan terjadinya variasi waktu tekanan udara permukaan yang mencapai minimum pada pukul 15.oo sore yang sekaligus bertepatan dengan terjadinya angin yang relatif cukup kencang pada saat itu yaitu 3,5-4 meter/detik. Disamping itu gejala peningkatan gelombang tinggi dimulai sejak tanggal 16 April 2015 dan berturut-turut selama tanggal 16-18 April terdapat awan Cb dengan luas bentangan maksimum mencapai 400 km arah timur barat dan 175 km arah utara-selatan.memperhatikan fenomena cuaca tersebut di atas seperti yang terjadi di pantai Sawarna pada tanggal 17-18 April 2015 bila di suatu wilayah tumbuh awan dengan bentangan ± 400 x 200 km dapat digunakan sebagai kewaspadaan dini terjadinya gelombang tinggi. 6

Lampiran: Gambar 1.Time Series Gelombang Hs Dan Hmax Hasil Observasi Menggunakan Wave Recorder (Awac) Di Pantai Sawarna Lebak Banten (Posisi 7.00 LS Dan 106.30 BT) Gambar 2.Time Series Tinggi Gelombang Overly Dengan Data Tekanan Udara Permukaan Dan Kecepatan Angin Di Pantai Sawarna Lebak Banten Gambar 3. Tekanan udara Permukaan rata-rata harian Pantai Sawarna Banten 7

Gambar 4. Liputan Awan dan Angin tanggal 17-04-2015 pukul 17.00 WIB (kiri atas ) dan 18.00 WIB (kanan atas ) serta tanggal 18-05-2015 pukul 04.00-05.00 WIBdi sekitar Pantai Sawarna Lebak Banten 8

Gb 5. Kontur Suhu puncak awan Pantauan Satelit MTSAT Kanal IR3 tanggal 17-04-2015 pukul 17.00 WIB (kiri atas), pukul 18.00 WIB (kanan atas), dan tanggal 18-04-2015 Pukul 04.00 WIB (kiri bawah) dan pukul 05.00 WIB (kanan bawah) di sekitar Pantai Sawarna Gb. 6 Prakiraan Gelombang Hs Menggunakan precursor angin, tekanan dan temperature udara permukaan ( model Statistik ) dan model NWP Windwave 02. Tabel 1. Korelasi Hs Terhadap Kecepatan Angin, Temperatur Dan Tekanan Udara di Pantai Sawarna Lebak Banten (Sample data 10-19 April 2015) H (t+1) V (m/s) Temp (oc) Res PP (mb) H (t+1) 1 V (m/s) -0.12 1 Temp (oc) 0.16 0.47 1 Res PP (mb) -0.34 0.10-0.18 1 9

Referensi [1] Philips, O.M., (1969)., Dynamic of the Upper Ocean,Cambridge University Press, New York. [2] Suratno. (1997)., Model Numerik Prakiraan Gelombang Permukaan laut untuk Perairan Indonesia dan Sekitarnya. Tesis, Program studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia. Jakarta. 10