BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

Oleh. Narendra Saputra 2) Dr.Ir.Eddy Winarno, S.Si., MT, Ir. R. Hariyanto, MT 1) Mahasiswa Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta 2)

PENAKSIRAN CADANGAN PASIR BATU DI PT. MEGA BUMI KARSA KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

METODA-METODA DALAM PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember 2016 Penulis. (Farah Diba) vii

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ESTIMASI CADANGAN BATUBARA DENGAN SOFTWARE TAMBANG PADA PIT DE DISITE BEBATU PT. PIPIT MUTIARA JAYA KABUPATEN TANA TIDUNG, KALIMANTAN UTARA

ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA BERDASARKAN DATA WELL LOGGING

Modul Responsi. TE-3231, Metode Perhitungan Cadangan. Asisten: Agus Haris W, ST

POTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

BAB III LANDASAN TEORI

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Artikel Pendidikan 23

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan

ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR BATU DENGAN METODE CROSS SECTION DAN METODE CONTOUR PADA KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Oleh : Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Surya Dharma 2 ABSTRAK

BAB II STUDI LITERATUR

Yogyakarta, September 2011 Penulis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA DI BLOK SELATAN PT. DIZAMATRA POWERINDO LAHAT SUMATERA SELATAN

Desain Pit untuk Penambangan Batubara di CV Putra Parahyangan Mandri, Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA DAN MINERAL MENURUT SNI

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DESAIN PIT PENAMBANGAN BATUBARA BLOK C PADA PT. INTIBUANA INDAH SELARAS KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DENGAN METODE CIRCULAR USGS 1983 DI PT. PACIFIC PRIMA COAL SITE LAMIN KAB. BERAU PROVINSI KALIMATAN TIMUR

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung

PENENTUAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 50

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN

Rencana Rancangan Tahapan Penambangan untuk Menentukan Jadwal Produksi PT. Cipta Kridatama Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

Oleh : Triono 1 dan Mitra Wardhana 2 SARI. Kata Kunci : Cadangan Batubara Metode Cross Section dan Blok Model

ESTIMASI SUMBERDAYA BIJIH BAUKSIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE POLIGON DAN METODE SAYATAN DI KECAMATAN TOBA, KABUPATEN SANGGAU KALIMANTAN BARAT SKRIPSI

Tambang Terbuka (013)

Tugas 1. Metoda Perhitungan Cadangan (TA3113)

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

SNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN. Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif disamping minyak

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB V PEMBAHASAN. perencanaan yang lebih muda dikelola. Unit ini umumnya menghubungkan. dibuat mengenai rancangan tambang, diantaranya yaitu :

METODE PERHITUNGAN CADANGAN TE-3231

DAFTAR ISI. Hal LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ESTIMASI CADANGAN BATUKAPUR DENGAN METODE CROSS SECTION DIBANDINGKAN DENGAN METODE KONTUR

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Bab III Dasar Teori III.1 Batubara III.2 Pembentukan Gambut

BAB III LANDASAN TEORI

DISAIN TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DENGAN CAD

INTERPRETASI SEBARAN BATUBARA BERDASARKAN DATA WELL LOGGING DI DAERAH BLOK X PULAU LAUT TENGAH KABUPATEN KOTABARU

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

PERHITUNGAN MINEABLE COAL RESERVE PADA PIT JUPITER AREA SEAM 16 PT. ENERGI CAHAYA INDUSTRITAMA, BUKUAN SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia )

By : Kohyar de Sonearth 2009

BAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan

3. SNI Amandemen 1, , baru menyentuh klasifikasi berdasarkan tipe endapan batubara di Indonesia. Hanya saja karena terlalu banyaknya klas

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar dengan Kegiatan perhitungan sumberdaya dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum tahap persiapan penambangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung tonase sumberdaya dari suatu endapan bahan galian. Untuk menghitung sumberdaya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Sumberdaya (resource) dan Cadangan I.2 Rumusan Masalah Dalam laporan Penaksiran Cadangan Batu bara, kami mencoba mengangkat masalah yang berhubungan dengan proses penambangan itu sendiri, diantaranya : a. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan. b. Perhitungan Volume c. Nisbah Pengupasan (Striping Ratio) 1.3MaksuddanTujuan Adapun maksud dan tujuan Makalah Metode Penambangan batu bara secara tambang terbuka Menjelaskan Nisbah Pengupasan (Striping Ratio) Mengetahui cara menerapkan perhitumgam tonase batu bara dalam Tambang Terbuka dengan rumus Maen area 1

BAB II DASAR TEORI Kegiatan perhitungan sumberdaya dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum tahap persiapan penambangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung tonase sumberdaya dari suatu endapan bahan galian. Untuk menghitung sumberdaya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Sumberdaya (resource) dan Cadangan II.1. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan Batubara Sumberdaya (Resource) adalah jumlah atau kuantitas bahan galian yang terdapat di permukaan atau di bawah permukaan bumi yang sudah diteliti tetapi belum dilakukan studi kelayakan dan mungkin dapat diekstraksikan dengan tingkat keberhasilan yang masih harus dipertimbangkan. Istilah sumberdaya dalam bidang teknis kebumian dapat berkonotasi kuantitatif, yaitu perkiraan besarnya potensi sumberdaya batubara yang secara teknis menunjukkan harapan untuk dapat dikembangkan setelah dilakukan penelitian dan eksplorasi. Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya yang telah diteliti dan dikaji kelayakannya dengan seksama dan telah dinyatakan layak serta dapat ditambang berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi pada saat itu. Terdapat empat kategori pengertian cadangan yang sering digunakan di dunia pertambangan, yaitu : a. Cadangan ditempat (In Place Reserve) Cadangan ditempat diartikan sebagai jumlah batubara yang sebenarnya terdapat di bawah permukaan yang telah dihitung dan memenuhi persyaratan ekonomi pertambangan dalam kondisi tertentu. Cadangan ditempat tidak seluruhnya dapat ditambang, secara teknis dapat ditambang berdasarkan teknologi yang tersedia pada saat itu. Pada proyek pertambangan komersial, cadangan ditempat selanjutnya dievaluasi untuk memperhitungkan berapa sebenarnya jumlah batubara yang akan dapat dimanfaatkan melalui operasi penambangan. b. Cadangan dapat ditambang (Mineable Reserve) Cadangan dapat ditambang adalah bagian dari cadangan ditempat (in place reserve) yang diharapkan akan dapat ditambang dengan teknologi saat ini dan sesuai kondisi ekonomi saat ini. 2

c. Cadangan telah ditambang (Recoverable Reserve) Cadangan telah ditambang adalah cadangan yang berasal dari (Mineable Reserve) yang telah ditambang atau terambil atas dasar biaya dan kondisi ekonomi yang telah ditetapkan. Cadangan dapat ditambang dalam lingkungan tambang terbuka pada umumnya diperhitungkan lebih dari 90% dari cadangan ditempat sedangkan untuk tambang bawah tanah 50 60%, namun kondisi struktur endapan dan metoda penambangan yang digunakan juga memegang peranan dalam menentukan jumlah cadangan yang dapat ditambang. Angka persentasi tersebut diperoleh dari pengalaman operasi tambang dan hanya berlaku untuk tambang bersangkutan. d. Cadangan dapat dijual (Saleable Reserve) Cadangan dapat dijual adalah cadangan yang berasal dari (Recoverable Reserve) yang akan dijual langsung atau dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan pertimbangan kualitas batubara dan permintaan pasar, apabila kualitas batubara sesuai permintaan pasar tanpa harus dilakukan pencucian atau blending maka batubara dapat langsung dijual, namun apabila batubara terlalu banyak pengotor sehingga kualitas batubara tidak sesuai dengan permintaan pasar maka harus dilakukan pencucian dan blending sehingga kualitas batubara sesuai dengan permintaan konsumen. II.2. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Keberadaan bahan galian di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah indikasi adanya bahan galian tersebut di permukaan bumi. Keadaan seperti demikian memberikan kesempatan kepada para ahli untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, baik secara geologi, geofisika, pemboran maupun lainnya. Penyelidikan secara geologi pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti dan kuantitatif informasi mengenai bahan galian tersebut, akan tetapi sudah dapat dikategorikan adanya sumberdaya (resource). Bila penyelidikan dilakukan secara lebih teliti, yaitu dengan menggunakan berbagai macam metode (geofisika, geokimia, pemboran dan lainnya), maka bahan galian tersebut sudah dapat diketahui dengan lebih pasti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan demikian bahan galian dapat dikategorikan sebagai cadangan (reserve). Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan dan diolah lebih lanjut secara ekonomis. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak untuk ditambang secara ekonomis dan sesuai dengan teknologi yang ada. Klasifikasi Sumberdaya (resource) batubara dikategorikan sebagai berikut : 3

a. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau. b. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi. c. Sumberdaya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. d. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci. e. Sumberdaya Batubara Kelayakan (Feasibility Coal Resource) adalah sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Kelayakan atau suatu kegiatan penambangan yang sebelumnya yang biasanya dilaksanakan di daerah Ekplorasi Rinci. f. Sumberdaya Batubara Pra Kelayakan (Prefeasibility Coal Resource) adalah sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Pra Kelayakan yang biasanya dilaksanakan di daerah Eksplorasi Rinci dan Eksplorasi Umum. Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara adalah upaya pengelompokan sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi II.3 Metoda Penampang Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda penampang ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan membuat penampangpenampang yangrepresentatif dan dapat mewakili model endapan pada daerah tersebut.pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui) luas batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut. Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) penampang, atau 2(dua) penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga dengan rangkaian banyak penampang 4

a. Dengan menggunakan 1 (satu) penampangcara ini digunakan jika diasumsikan bahwa 1 penampang mempunyai daerah pengaruh hanyaterhadap penampang yang dihitung saja Gambar 3. Jarak pengaruh sebuah penampang. Volume = (A x d 1 ) + (A x d 2 ) dimana : A = luas overburden d 1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1 d 2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2 Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh penampang tersebut. Jika penampangtunggal tersebut merupakan penampang korelasi lubang bor, maka akan merefleksikan suatu bentukpoligon dengan jarak pengaruh penampang sesuai dengan daerah pengaruh titik bor (poligon)tersebut. b. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal di antara 2 penampangtersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi (perbedaan) dimensi antara kedua penampangtersebut. Jika tidak terlalu berbeda (Gambar 4a), maka dapat digunakan rumus mean area & rumuskerucut terpancung, tetapi jika perbedaannya terlalu besar (Gambar 4b) maka digunakan rumusobelisk. 5

Gambar 4a. Penampang untuk rumus mean area & kerucut terpancung. Rumus Mean Area : Rumus Krucut Terpancung : Dimana A1 dan A2 adalah luasan penampang 1 & 2, dan d adalah jarak antar penampang. Gambar 4b. Penampang untuk rumus obelisk Rumus Obelik V A1 4m A2 xd 6 dimana c. Dengan menggunakan 3 (tiga) penampang 6

Metoda 3 (tiga) penampang ini digunakan jika diketahui adanya variasi (kontras) pada areal di antara2 (dua) penampang, maka perlu ditambahkan penampang antara untuk mereduksi kesalahan(gambar 5). Untuk menghitungnya digunakan rumus prismoida. Gambar 5. Kondisi penggunaan metoda 3 penampang Rumus prismoida : dimana A1 & A3 adalah luas penampang 1 & 3, A2 adalah luas penampang antara Data-Data Awal Peta-peta dasar (peta topografi, peta geologi, peta struktur elevasi roof/floor batubara), Peta isopach ketebalan dan atau peta poligon daerah pengaruh lubang bor. Peta Lokasi Pit Potensial & batasan-batasannya. Hasil analisis kestabilan lereng Seluruh data-data awal tersebut akan menjadi dasar dalam pembuatan (konstruksi) seriespenampang perhitungan cadangan. Data-Data Olahan & Konvensi Penaksiran tebal (jika diperlukan), untuk penaksiran ini dapat digunakan metoda poligon, metodainverse distance, atau metoda geostatistik. Penaksiran kualitas (jika diperlukan), untuk penaksiran ini juga dapat digunakan metoda poligon,metoda inverse distance, atau metoda geostatistik. 7

GeologicalLosses,MiningLosses, ProcessingLosses, seperti yang telah diuraikan sebelumnya dapatmelalui konvensi maupun dengan perhitungan. Tahap Pengerjaan Perhitungan Cadangan Pembuatan lintasan penampang perhitungan, sebaiknya deretan penampang dibuat memotong(relatif tegak lurus) arah umum bidang perlapisan. Konstruksi penampang, telah memasukkan elemen-elemen topografi, bidang lapisan batubara,geometri lereng, serta faktor-faktor pembatas lainnya. Pemilihan rumus perhitungan, dengan memperhatikan variasi masing-masing penampang. Perhitungan luasan masing-masing penampang, dapat dengan menggunakan planimeter maupundengan menggunakan program komputer. Perhitungan tonase batubara & volume overburden, dalam tabulasinya sebaiknya dibuat dalamworksheet II.4 Perhitungan Volume Adapun rumus perhitungan volume yang digunakan adalah rumus luas ratarata (mean area) dan rumus kerucut terpancung (frustum). 3.6.1. Rumus Luas Rata-rata (Mean Area) Rumus luas rata-rata (mean area) adalah rumus yang paling sederhana untuk perhitungan volume yang terletak di antara dua buah penampang yang sejajar. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus mean area dapat dilihat pada Sumber: Constantine C. Popoff, 1965 Gambar Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area V S 1 S 2 2 L Keterangan : S1, S2 = luas tiap-tiap penampang (m2) L = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m) V = volume cadangan (m3) 8

II. 5. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio) Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis tidaknya pengambilan suatu cadangan batubara. Semakin besar nisbah pengupasannya, berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk mengambil endapan batubara. Semakin kecil nisbah pengupasannya, semakin sedikit overburden yang harus digali. Di tambang batubara sering dipakai m3 waste/ton batubara. Stripping Ratio = Tanah Penutup Batubara ton m 3 a) Stripping Ratio by Volume Stripping Ratio by volume adalah perbandingan antar volume tanah penutup atau overburden yang akan digali (m3) dengan jumlah volume batubara yang akan diambil (ton) dijadikan dalam m3. Overburden m Stripping Ratio by Volume = 3 Batubara m Batubara dalam (ton) dikonversikan menjadi m3 yaitu membagi berat batubara dengan densitas batubara, sehingga volume batubara menjadi m3. b) Stripping Ratio by Area Stripping Ratio by area adalah perbandingan antara luasan lapisan tanah penutup (m2) dengan luasan batubara (m2) pada suatu sayatan. Overburden m Stripping Ratio by Area = 2 Batubara m Dari Stripping Ratio by volume perbandingan overburden dan batubara dalam m3 dibagi dengan jarak antar sayatan, sehingga menjadi perbandingan luas yaitu dalam m2. 2 3 9

BAB III PEMBAHASAN Penentuan layak tidaknya suatu sumberdaya endapan batubara untuk dieksploitasi adalah didasarkan pada hasil eksplorasi yang telah dilaksanakan. Dalam upaya untuk mengetahui apakah endapan batubara tersebut layak untuk dieksploitasi atau tidak, disini akan dibahas mengenai hasil eksplorasi yang meliputi jumlah sumberdaya batubara, jumlah lapisan tanah penutup dan Stripping Ratio. Metode perhitungan sumberdaya yang digunakan adalah metoda Cross Section dengan rumus maen area, begitu pula untuk perhitungan tanah penutupnya (overburden). III.1. Kategori Batubara Menentukan jenis klasifikasi batubara adalah dengan cara memperhatikan tahapan eksplorasi dan kajian apa saja yang telah dipertimbangkan serta yang telah terpenuhi dari suatu perusahaan. Dilihat dari klasifikasi Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) AMANDEMEN 1-SNI 13-5014-1998, maka sumberdaya batubara diklasifikasikan berdasarkan dari semua aspek dari studi kelayakan dan tahapan eksplorasi, apabila perusahaan telah melakukan semua tahapan eksplorasi lalu melakukan studi kelayakan dan dianggap layak maka endapan batubara tersebut dapat disebut cadangan batubara. Endapan batubara yang sudah dilakukan tahapan eksplorasi tetapi belum dilakukannya studi kelayakan atau sudah dilakukan tetapi hasilnya belum layak maka endapan batubara itu masih disebut sumberdaya batubara. Batubara telah ditetapkan batasan batasan dari estimasi sumberdaya batubara tersebut. Batasan - batasan tersebut berupa ketebalan, kedalaman, kemiringan, jurus dan kualitas dari endapan batubara tersebut. Pada lokasi belum dilakukan eksplorasi detil dengan uji pemboran dan data eksplorasi yang hanya sebatas pada singkapan, sumur uji, dan paritan, maka batubara di daerah penelitian diklasifikasikan sebagai sumberdaya batubara Terukur (Measured Resource). III.2. Dasar Pemilihan Metode Pada penelitian ini akan menghitung sumberdaya batubara dengan menggunakan metode cross section. Metode ini digunakan karena : 1) Metode ini dapat digunakan untuk menafsir sumberdaya. 10

2) Morfologi daerah penyelidikan mempunyai kenampakan yang relatif sama berupa perbukitan bergelombang rendah sampai sedang dengan kondisi topografi yang tidak terlalui menonjol di setiap daerahnya. telah mengalami perubahan-perubahan. Aliran sungai di daerah penelitian pada umumnya hanya berupa sungai kecil, tetapi dengan air yang permanen. 3) Wilayah kajian geologi daerah penyelidikan dibatasi pada kawasan yang paling potensial mengandung batubara, dimana pada Anak Cekungan Pasir formasi pembawa batubara disekitar daerah penyelidikan terdapat pada Formasi Tanjung dan Formasi Warukin. 4) Digunakan untuk perhitungan endapan yang berlapis dan endapan placer. 5) Metode ini digunakan untuk menghitung endapan dengan ketebalan dan kualitasb yang seragam atau secara umum memiliki perubahan kualitas yang bertahap. 5.4. Metode Cross Interprestasi analitis yang diterapkan pada endapan batubara di daerah penelitian, erat hubungannya dalam penentuan batas-batas daerah pengaruh pada penampang tegak (cross section). Berdasarkan obyeknya interpretasi ini menggunakan interpretasi analitis yang dilakukan dengan dua pedoman yaitu pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dan pedoman titik terdekat (rule of nearest point). Gambar 5.1 Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Perubahan Bertahap Pada Metode Cross Section Pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) pedoman ini dapat diterapkan pada metode cross section, karena dalam perhitungannya lebar daerah pengaruh 11

penampang tidak selalu dibuat dengan ukuran yang tetap. Disamping itu penampang satu dengan penampang lainnya dapat dihubungkan secara langsung, sehingga setiap perhitungan volume dibatasi oleh dua penampang. Pengaruh penerapan pedoman tersebut dalam Perhitungan sumberdaya meliputi : a. Penarikan Garis Batas Sumberdaya Penarikan garis batas sumberdaya dengan menerapkan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change), diterapkan pada titik Bor BH-01,BH-02,BH-03 yang terluar, sehingga titik conto tersebut terletak pada garis batas sumberdaya. Batas daerah pengaruh pada metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) adalah sepanjang jarak antar sayatan yaitu sebesar 125 meter, sebagai contoh antara sayatan A-A` sayatan B-B`, dan sayatan C-C` (Gambar 5.1). b. Ketebalan/kedalaman Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan di antara dua penampang mempunyai satu nilai yang didapatkan dari interpolasi dua nilai ketebalan penampang tersebut. Sebagai contoh ilustrasi antara singkapan BH-01,BH-02, BH-03. c. Volume sumberdaya Volume sumberdaya adalah gambaran tiga dimensi dari sumberdaya. Perbedaan yang terjadi pada satu dimensi dan dua dimensi akan menjadi perbedaan kumulatif pada perhitungan tiga dimensi. Metode Cross Section dengan Pedoman Titik Terdekat (Rule of Nearest Point) Pedoman ini dapat diterapkan pada metode perhitungan sumberdaya dengan metode cross section. Hal ini dikarenakan dalam perhitungannya penampang tersebut dapat dibuat dengan ukuran yang tetap. Disamping itu penampang satu dengan penampang lainnya dapat di cari daerah pengaruh masing-masing penampang. 12

Gambar 5.2 Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Titik Terdekat ( rule of nearest point ) Pada Metode Cross Section Pengaruh penerapan pedoman tersebut dalam Perhitungan sumberdaya meliputi : a. Penarikan garis batas sumberdaya Penarikan garis batas sumberdaya dengan menerapkan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) melalui batas terluar dari daerah pengaruh titik contoh yang terluar, sehingga titik conto tersebut tidak terletak pada garis batas sumberdaya. Batas daerah pengaruh pada metode cross section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) adalah setengah dari jarak metode rule of gradual change sebesar 125 meter. Sebagai contoh antara sayatan A-A`, sayatan B-B` dan sayatan C-C` (Gambar 5.2). b. Ketebalan/kedalaman Penerapan pedoman pedoman titik terdekat ketebalan di antara dua penampang penampang mempunyai dua nilai ketebalan yang berbeda sesuai dengan nilai ketebalan kedua penampang di dekatnya. Sebagai contoh ilustrasi antara Titik bor 1, 2 dan 3. c. Volume sumberdaya Volume sumberdaya dengan meggunakan metode cross section yang berpedoman titik terdekat (rule of nearest point) diperoleh Sumberdaya Batubara untuk adalah rata-rata 631800 ton dan total semua batu bara adalah 3198000 ton III.3. Cara perhitungan cadangan batu bara Di Indonesia perhitungan cadangan batubara umumnya dilakukan berdasarkancara perhitungan USGS (USGS Circular 891, tahun 1981) yang dimodifikasi untukkondisi Indonesia).Untuk cadangan terukur (measured) apabila hanya ada satu lubang bor 13

atausingkapan maka jarak pengaruhnya adalah 400 meter dari singkapan batubara ataulubang bor (Gambar 16). Sedangkan kalau ada singkapan dan lubang bor atau lebihdari satu lubang bor dengan jarak maksimum 400 meter, maka jarak pengaruhnyaadalah 1/2 jarak kedua lubang bor atau singkapan tersebut.dengan catatan : kalau ada sesar maka jarak pengaruhnya hanya sampai sesar (Lihat Gambar).kalau kemiringan lapisan batubara lebih dari 30 o, maka jarak pengaruhnyamenjadi 250 meter, atau dalam ketebalan lapisan batubara tersebut merata maka jarak pengaruhnya boleh 400 meter searah lapisan batubara (Lihat Gambar). Gambar. Perhitungan jumlah cadangan terukur pada lapisan batubara, dimana ;luas lapisan batubara yang dihitung pada penampang denganmenggunakan planimeter, dan ketebalan batubara dihitung darisingkapan, lubang bor atau test pit. 14

Gambar. Contoh pengaruh sesar pada perhitungan cadangan batuba III.4. Perhitungan Volume Adapun rumus perhitungan volume yang digunakan adalah rumus luas ratarata (mean area) dan rumus kerucut terpancung (frustum). Rumus Luas Rata-rata (Mean Area) Rumus luas rata-rata (mean area) adalah rumus yang paling sederhana untuk perhitungan volume yang terletak di antara dua buah penampang yang sejajar. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus mean area dapat dilihat pada Sumber: Constantine C. Popoff, 1965 Gambar Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area V S 1 S 2 2 Keterangan : L 15

S1, S2 = luas tiap-tiap penampang (m2) L = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m) V = volume cadangan (m3) III.5. Nisbah Pengupasan Stripping Ratio Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis tidaknya pengambilan suatu cadangan batubara. Semakin besar nisbah pengupasannya, berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk mengambil endapan batubara. Semakin kecil nisbah pengupasannya, semakin sedikit overburden yang harus digali. Di tambang batubara sering dipakai m3 waste/ton batubara. Stripping Ratio = Tanah Penutup Batubara ton m 3 Nilai nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis tidaknya suatu sumberdaya batubara, karena sebagai penentu sampai elevasi berapakah sumberdaya batubara tersebut masih bernilai ekonomis untuk dilakukan penggalian. Nilai nisbah pengupasan yang semakin besar maka akan banyak pula overburden yang harus digali untuk mendapatkan batubaranya, apabila semakin banyak overburden yang harus digali maka semakin besar pula biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan batubara. Permasalahan tersebut diatasi perusahaan dengan cara menentukan batasan atau titik impas tertentu untuk nilai dari nisbah pengupasan sehingga nantinya perusahaan dapat memperkirakan apakah apabila dilakukan penggalian dapat menguntungkan atau tidak. Nilai dari perhitungan yang didapatkan dengan metode sayatan Standar diperoleh nisbah pengupasan 3,96 Bcm (overburden) : 1 ton (batubara), sedangkan dari hasil perhitungan dengan metode sayatan Linier diperoleh nisbah pengupasan 3,99 Bcm (overburden) : 1 ton (batubara). Permasalahannya nilai nisbah pengupasan itu belum 16

tentu akan selalu tetap. Nilai nisbah pengupasan tersebut dapat berubah apabila terjadi perubahan terhadap harga batubara ataupun biaya pengupasan dari overburden, apabila harga batubara terjadi kenaikan dan biaya pengupasan mengalami penurunan maka nilai nisbah pengupasannya akan dapat menjadi lebih besar, namun apabila nilai nisbah pengupasan yang dihasilkan lebih dari nilai nisbah pengupasan yang ditetapkan perusahaan maka nilai nisbah pengupasannya akan diturunkan untuk menghemat biaya operasinya. 17

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu maka dapat disimpulkan dari penelitian penaksiran sumberdaya batubara di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. sebagai berikut : 3. Metode cross section digunakan karena : - Metode ini dapat digunakan untuk menaksir sumberdaya. - Metode ini digunakan untuk menghitung endapan dengan ketebalan dan kualitas yang seragam atau secara umum memiliki perubahan kualitas yang bertahap. 4. Metode Cross Section dengan rumus Mean area dengan jarak antar sayatan 125 meter dan diperoleh sumberdaya Terukur (Measured Resource) sebesar seam A adalah 2.012.626 ton dan seam B adalah 793.199 ton, jadi total tonase Batubara adalah 2.805.826 ton, sedangkan total volume overburden dan interburden adalah 11.098.406 Bcm. 5. Metode Cross Section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) dengan jarak antar sayatan sebesar 125 meter dan diperoleh hasil Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource), untuk seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton. 6. Nilai overburden untuk penambangan pada tahap Sumberdaya Batubara diperoleh untuk adalah rata-rata 631800 ton dan total semua batu bara adalah 3198000 ton 18

DAFTAR PUSTAKA 1. Abdul Rauf, 1998, Penaksiran Cadangan, Jurusan Teknik Tambang Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta. 2. Abdul Rauf, 1998, Teknik Eksplorasi, Jurusan Teknik Tambang Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta. 3. Badan Standar Nasional Indonesia Amandemen I SNI 13-5014-1998, 1998, Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara, Rancangan Standar Nasional Indonesia. 4. Hustrulid, Kuchta, (1998), Open Pit Mine Planning & Design, Volume 1- Fundamentals, A.A. Balkema, Rotterdam, Brookfield. 5. Isaaks dkk., (1989), An Introduction to Applied Geostatistics, Oxford University Press. 6. Kreiter, V. M., (1968), Geological Prospecting and Exploration, MIRPublishers, Moscow. 7. Popoff, C., (1965), Computing Reserve of Mineral Deposit Principles and Conventional Methods, Dept. of The Interior, Beurau of Mines, USA. 8. Reedman, J. H., (1979), Techniques in Mineral Exploration, Applied Scince Publishers, London. 9. Syafrizal, 2000, Optimasi Cadangan Batubara Berdasarkan Kualitas, Institut Teknologi Bandung. 10. T. Mudd, Henry, (1968), Surface Mining, The American Institute of Mining, Metallurgical and Petroleum Engineers, Inc., New York. 11. Totok Darijato, 1999, Model Sumber Daya Batubara, Institut Teknologi Bandung. 19