PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA SMP ARTIKEL.

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN MEDIA PERMAINAN KARTU SOAL DISERTAI JAWABAN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DISERTAI MEDIA CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR DAN SIKAP KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS HANDS ON ACTIVITIES UNTUK SISWA DI SMP ARTIKEL

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP ARTIKEL

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Ari Soraya Nurilah, Sudarti, Nuriman

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DISERTAI TEKNIK SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Aulya Nanda P., Sri Astutik, Rif ati Dina H.

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP ARTIKEL

PENERAPAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW (SQ3R) DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

Bagus Dwi Jaya, Sutarto. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 TANGGUL ARTIKEL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

Eli Dwi Susanti, 2) Indrawati, 2) Yushardi 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

MODEL QUANTUM TEACHING DISERTAI METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP. Winda Ayu Wijayanti, Indrawati, Trapsilo Prihandono

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI SMP. Imroatus Sholehah, Trapsilo Prihandono, Yushardi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI FISIKA SISWA SMP

Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning, metode eksperimen, pembelajaran IPA, dan hasil belajar.

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DENGAN BANTUAN LKS ADAPTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMK

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

Pengaruh Metode Discovery

Putri Darma 25, Joko Waluyo 26, Pujiastuti 27

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CO-OP CO-OP DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh:

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK BERTUKAR PASANGAN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI AINUN NADIFAH NIM.

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PEMBELAJARAN FISIKA MATERI GERAK LURUS MELALUI MODEL POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) DISERTAI DIAGRAM VEE DI KELAS X SMA NEGERI PAKUSARI

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA DI SMP

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAI PETA KONSEP DI MAN 2 JEMBER (Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus)

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER

JURNAL. Oleh. Naelal Ngiza NIM

Pangesti et al., Pengaruh Penggunaan Media Lingkungan...

IMPLEMENTASI METODE EXAMPLE NON EXAMPLE DALAM PEMBENTUKAN KONSEP FISIKA SISWA SMP SKRIPSI. Oleh. Gaguk Fitriono NIM

MODEL PEMBELAJARAN CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) DENGAN ORIENTASI MELALUI OBSERVASI GEJALA FISIS DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENGGUNAAN STRATEGI IMAGE STREAMING (MENGALIR - KAN BAYANGAN) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMK

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA BERBASIS CULTURAL PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP. Abstract

HASIL BELAJAR IPA SISWA DI SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Fian Totiana*, Elfi Susanti VH 2, Tri Redjeki 2. Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Abstrak. Kata kunci : LKS berbasis analisis wacana fisika, metode eksperimen, aktivitas belajar siswa, hasil belajar fisika.

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 12 JEMBER

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

Falestina Rosyida et al., Model Tugas Analisis Video Kejadian Fisika dengan Verifikasi Konsep...

BAB I PENDAHULUAN. umum, yaitu gabungan antara fisika, kimia, dan biologi yang terpadu. Materi

PERBANDINGAN MODEL MAKE A MATCH DAN MODEL PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI PELUANG

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Keyword: Cooperative learning,experimental method, learning activities, physics achievement, science process skill, TPS.

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh

SKRIPSI. Oleh. Dewi Nindya Sari NIM

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI. Oleh. Rianty Chanshera Dewi NIM

sari et al., Pengaruh Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses...

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, AND TRANSFERRING

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK BERBASIS IT PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Syitaul Umaha, Sri Wahyuni, Subiki

Kata Kunci: pendekatan SAVI melalui metode eksperimen, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

PENERAPAN MODEL DEEP DIALOGUE AND CRITICAL THINKING (DDCT) DENGAN STRATEGI PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

PERBEDAAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DENGAN MEDIA SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA FOTO KEJADIAN FISIKA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 2 JEMBER

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TTW (THINK, TALK, WRITE) MENGGUNAKAN MULTIMEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI.

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL Oleh Rr. Laksmi Wulandari NIM 080210102002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Rr. Laksmi Wulandari 1), Sri Astutik 2), Nuriman 3) Pendidikan MIPA Fisika, FakultasKeguruandanIlmuPendidikan (FKIP), UniversitasJember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 Email: Laksmeywulandari@ymail.com Abstract: Problem Posing is one of the models of learning that can enable learners, develop critical and creative thinking skills. It is expected to build a positive attitude, and improving the quality of human resources to face future challenges. Information that is processed in the mind. After understanding, students can create questions (about). The purpose of this study firstly to examine differences in student learning outcomes using the model of Problem Posing with the method of structured tasks and conventional learning in high school. Secondly to find out the students' learning activities during the model of Problem Posing with the method of structured tasks. Keywords: problem posing with method of structured tasks, learning outcomes and learning activities 1) Rr. Laksmi adalah Mahasiswa Program S1 Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember 2) Sri Astutik adalah Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember 3) Nuriman adalah Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENDAHULUAN Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir analitis dengan sikap, sehingga siswa dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi (Depdiknas, 2002). Proses pembelajaran di sekolah SMA Negeri 5 Jember menurut siswa kelas X masih dianggap sulit dan tidak menyenangkan. Siswa merasa jenuh dan bosan untuk menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Fisika dapat dikategorikan sebagai ilmu yang bersifat induktif, yaitu ilmu yang dibangun atas dasar penyimpulan dari kejadian-kejadian di alam. Tujuan pembelajaran fisika di SMA maupun SMP adalah untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan dan Belajar fisika berlama-lama karena terlalu banyak perumusan dan konsep yang susah untuk dipahami, sehingga apa yang disampaikan guru menjadi tidak bermakna pada siswa. Akibatnya, siswa memiliki pengetahuan yang rendah pada mata pelajaran tersebut dan berdampak pada rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut terlihat pada hasil nilai ulangan harian sebelumnya mata pelajaran Fisika kelas X. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa fisika sampai saat ini masih diajarkan melalui pembelajaran yang bersumber dari buku atau secara teoritik, sehingga pembelajaran fisika terkesan hanya sebagai proses transfer pengetahuan dari pikiran guru ke dalam pikiran siswa (Bektiarso, 2000). Proses pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru dan berjalan satu arah sehingga siswa menjadi pasif. Dalam pembelajaran ini, siswa cenderung belajar fisika dengan menghafal rumus tanpa memahami konsepnya sehingga menimbulkan anggapan bahwa fisika itu sulit dan membosankan. Padahal, pembahasan fisika tidak cukup hanya menekankan pada produk, yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum (Prayekti, 2003). Model pembelajaran Problem Posing (pengajuan soal) merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dapat mengaktifkan siswa dengan memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya. Siswa tidak hanya diminta untuk mengajukan soal, tetapi mereka diminta untuk mencari penyelesainnya. Soal yang mereka ajukan bisa dikerjakan sendiri atau berkelompok (Hobri, 2009:92). Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang artinya merumuskan masalah (soal) atau mengajukan masalah (soal). Problem Posing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang diharapkan dapat membangun sikap positif, dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi masa depan yang lebih banyak tantangan. Informasi yang ada diolah dalam pikiran. Setelah memahami, peserta didik dapat membuat pertanyaan (soal). Dengan demikian, menyebabkan terbentuknya pemahaman yang lebih mantap pada diri peserta didik.dengan kegiatan itu akan membuat peserta didik secara aktif mengonstruksi hasil belajar (Chotimah, 2005). Model Problem Posing akan dipadukan dengan suatu metode yang dapat mengatasi masalah hasil belajar siswa yang masih rendah. Metode yang dimaksud adalah metode tugas terstruktur. Metode ini mewajibkan siswa untuk mempersiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran karena guru memberikan tugas-tugas yang kompleks tetapi realistik kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini di rancang dalam suatu studi eksperimen untuk mengetahui hasil belajar dan aktivitas siswa, sehingga penelitian ini

diajukan dengan judul Penerapan Model Problem Posing Dalam Pembelajaran Siswa Di SMA. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengkaji perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model Problem Posing dengan metode tugas terstruktur dengan pembelajaran konvensional di SMA, 2) untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama mengikuti model Problem Posing dengan metode tugas terstruktur. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk eksperimen. Menurut Arikunto (2006:86), penelitian eksperimen adalah jenis penelitian yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan yaitu dengan adanya kelompok lain yang tidak dikenai perlakuan tetapi ikut mendapatkan pengamatan, yaitu biasa disebut sebagai kelas kontrol. Desain penelitian ini adalah menggunakan modifikasi Design Randomized Post Test Only Control Group (Suparno, 2007:142). Treatment group X 1 O Control group X 2 O Gambar 1 Design Randomized Post Test Only Control Group (Suparno, 2007:142 ) Keterangan: Treatment group: kelas eksperimen (kelas yang menggunakan pembelajaran dengan model Problem Posing dengan Tugas Terstruktur) Control group : kelas kontrol (kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional) X 1 : Perlakuan berupa penggunaan kelompok yang menggunakan pembelajaran dengan model Problem Posing dengan Tugas Terstruktur X 2 : Perlakuan berupa penggunaan pembelajaran konvensional O : Hasil post-test kelas eksperimen dan control Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling area artinya daerah yang sengaja dipilih berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu yaitu keterbatasan waktu. Daerah penelitian ini adalah SMA Negeri 5 Jember. sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari empat kelas X. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode cluster random sampling karena sampel yang digunakan bukan personal melainkan kelompok atau kelas X. Sebelum pengambilan sampel dilakukan uji homogenitas terhadap populasi kelas X untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki kelas X, bila diketahui tingkat kemampuan kelas X homogen atau sama maka dilakukan pengambilan sampel secara random atau acak untuk menentukan 2 kelas, kemudian dilakukan undian terhadap 2 kelas tersebut untuk menentukan 1 kelas kontrol dan 1 kelas eksperimen. Jika hasil analisa data dinyatakan tidak homogen, maka dilanjutkan dengan memilih mean yang paling kecil selisihnya. Dua kelas yang memiliki selisih nilai mean terkecil yang akan dipilih menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen. Analisis data digunakan dalam rangka menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka digunakan teknik analisis statistic untuk mengolah data yang diperoleh. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Uji Homogenitas Sebelum menentukan sampel terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan SPSS 16. Berdasarkan hasil uji homogenitas, bila populasi dinyatakan homogen atau memiliki kemampuan sama maka pengambilan sampel meng-gunakan metode cluster random sampling. b. Untuk mengkaji perbedaan yang signifikan hasil belajar fisika siswa menggunakan model Problem Posing dengan Tugas Terstruktur dengan pembelajaran konvensional, peneliti menganalisa data dengan menggunakan uji Independent samples t tes pada SPSS 16. Penilaian hasil belajar meliputi penilaian kognitif proses (observasi), kognitif produk (post test), afektif perilaku berkarakter (observasi), dan afektis keterampilan sosial (observasi), namun yang digunakan sebagai pedoman untuk mengkaji perbedaan adalah penilaian kognitif produk (post test). c. Untuk mengkaji aktivitas belajar siswa selama pembelajaran metode eksperimen terbimbing digunakan rumus. Keterangan: Pa = Aktivitas belajar siswa A = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh siswa N = Jumlah skor aktivitas maksimum Dengan kriteria aktivitas seperti pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 1 Kriteria Aktivitas Siswa Prosentase Aktivitas P a 80% 60% Pa < 80% 40% Pa < 60% 20% Pa < 40% Pa < 20% HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria Sangat aktif Aktif Sedang Kurang aktif Sangat kurang aktif Sumber: Basir (1988:132) Hasil Belajar Data hasil belajar rata-rata kognitif produk siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 2 yang di dapat dari kognitif produk (post test). Tabel 2: Hasil Belajar Kognitif Produk Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Belajar Rata-Rata Kognitif Produk Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 79,32 62,46 Data hasil belajar fisika siswa diperoleh dari beberapa penilaian yang meliputi penilaian kognitif proses (observasi), kognitif produk (post test), afektif perilaku berkarakter (observasi), dan afektif mengembangkan keterampilan sosial (observasi). Data hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada. Adapun ringkasan hasil belajar rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

No. Penilaian JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA Tabel 3: Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Rata-rata skor Kelas Kontrol 1 Kognitif produk 62,46 79,32 2 Kognitif proses - 95 3 Afektif perilaku berkarakter 80,18 82,80 4 Afektif mengembangkan keterampilan sosial 87,5 94,67 Kelas Eksperimen Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa hasil belajar kognitif produk rata-rata siswa kelas eksperimen yaitu 79,32, sedangkan hasil belajar kognitif produk rata-rata siswa kelas kontrol yaitu sebesar 62,46. Meskipun dari tabel terlihat hasil belajar kognitif produk siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol, namun perlu pengujian dan analisa menggunakan uji Independent Samples T Test untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar fisika dengan model Problem Posing disertai metode tugas terstruktur. Adapun hipotesis statistik untuk uji Independent Samples T Test SPSS 16 adalah sebagai berikut: Ho : tidak ada perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara penerapan model Problem Posing disertai metode tugas terstruktur dan pembelajaran konvensional. Ha : ada perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara penerapan model Problem Posing disertai metode tugas terstruktur dan pembelajaran konvensional. Tabel 4: Ringkasan Analisa Hasil Uji Independent Samples T Test Sig. Sig. (2-tailed) Kesimpulan 0,380 0,000 Ha diterima, Ho ditolak Berdasarkan analisa data kognitif produk diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 atau < 0,05 jika dikonsultasikan dengan pedoman pengambilan keputusan maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (Ha diterima, Ho ditolak). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kognitif produk antara kelas yang menggunakan model Problem Posing disertai metode tugas terstruktur dengan kelas konvensional. Aktivitas Belajar Siswa Tindakan observasi dalam penelitian ini menghasilkan data berupa aktivitas belajar siswa selama pembelajaran menggunakan model Problem Posing disertai metode tugas terstruktur. Ringkasan tentang rata-rata aktivitas belajar siswa dapat di buat selama pembelajaran menggunakan Problem Posing disertai metode tugas terstruktur yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5: Nilai Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Rata-rata Persentase (%) No. Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1 Memperhatikan penjelasan guru 82,50% 71,5% 2 Menjadi pendengar yang baik 84,16% 69,9% 3 Menghargai pendapat orang lain 90% 77,2% 4 Bekerja sama 81,66% 70,7% Rata-rata 88,54% 72,32%

Dari hasil analisa data dan kriteria persentase aktivitas pada bab metodologi penelitian maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa selama pembelajaran menggunakan model Problem Posing disertai metode tugas terstruktur pada pelaksanaan pembelajaran tergolong sangat aktif yaitu sebesar 88,54%. Perbedaan hasil belajar tersebut dikarenakan adanya perbedaan perlakuan pada kedua kelas. Pada kelas eksperimen dikenai pembelajaran model problem posing dengan tugas terstruktur. Tugas terstruktur pada kelompok eksperimen diberikan sebelum materi disampaikan sehingga siswa diharapkan aktif membaca literature yang terkait untuk kemudian mencatat permasalahan yang ditemukan sebagai persiapan pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya siswa sudah mempunyai modal yang cukup untuk paling tidak bertanya atau mengungkapkan permasalahan yang ditemukannya. Setelah pembahasan terhadap permasalahan yang ditemukan siswa selesai kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan memberikan LKS, dimana setiap siswa mengajukan atau membuat soal yang serupa atau soal dengan jenis sama dengan soal yang dicontohkan guru dengan variabel dan variasi soal sesuai kelompok di LKS Pengajuan Soal. Selanjutnya, siswa menukar soal antar kelompok dan setiap kelompok saling mengerjakan soal yang dibuat oleh teman dari kelompok lain. Kemudian, siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan selanjutnya guru memberikan evaluasi pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional materi yang diperoleh tergantung pada apa yang disampaikan guru dan juga tergantung pada ketrampilan mengajar guru yang berkaitan. Sedangkan pada pembelajaran problem posing dengan tugas terstruktur peluang untuk pengembangan materi sangat terbuka. Pemberian tugas terstruktur diawal sebelum materi disampaikan merupakan salah satu cara untuk memotivasi siswa untuk belajar terlebih dahulu tentang materi yang akan datang, sehingga pembahasan permasalahan yang ditemukan lebih banyak dan materi menjadi berkembang. Pemberian tugas terstruktur memberikan peluang materi berkembang dan akan memberi kesempatan siswa menemukan berbagai pertanyaan/permasalahan baru. Rasa puas terhadap apa yang dicapai akan dirasakan setelah siswa berhasil menyelesaikan permasalahan pada saat mengerjakan tugas atau pada saat pembahasan. Apa yang diusahakannya telah berhasil atau telah memperoleh jawaban atas berbagai hal yang tidak diketahui sebelumnya. Hal ini akan memberikan rasa puas tersendiri sehingga memberikan kesan dalam ingatan yang lebih dalam. Pembelajaran dengan model Problem Posing disertai metode tugas terstruktur menempatkan siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran, sehingga siswa secara aktif berpikir dalam membuat pengajuan soal dan menjawab pengajuan soal tersebut sehingga dapat menumbuhkan rasa keingintahuan yang besar pada diri siswa sehingga siswa tertarik untuk belajar fisika. Selain itu, siswa diberikan tugas terstruktur sebagai tambahan tugas sehingga siswa dapat membaca buku kembali dan dapat membantu memahami konsep fisika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model Problem Posing dengan metode tugas terstruktur dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Namun dalam penerapannya harus memperhatikan kesesuaian antara model pembelajaran dengan karakteristik materi yang akan diajarkan dan karakteristik siswa di suatu kelas. Hasil observasi analisa persentase rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran fisika menggunakan model Problem Posing dengan metode tugas terstruktur menunjukkan bahwa aktivitas siswa adalah 88,54 %. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa siswa kelas X.3 SMA Negeri 5 Jember berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Banyak siswa menunjukkan keantusiasan dan keseriusan dalam belajar,

Pelaksanaan pembelajaran model problem posing dengan tugas terstruktur tidak terlepas dari adanya kendala diantaranya yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam pembelajaran, dan perencanaan yang baik. Solusinya yaitu dengan meningkatkan peran guru dalam pembelajaran, dimana guru dalam pengelolahan kelas harus efektif dan efisien agar tercipta keseriusan dan kedisiplinan siswa, selain itu guru juga harus bisa mengelola waktu agar waktu yang disediakan untuk pembelajaran tercukupi. Sesuai dengan analisis data yang didapatkan, bahwa siswa kelas X.3 berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran model problem posing dengan tugas terstruktur dalam pembelajaran fisika di SMA Negeri 5 Jember dapat diterapkan sebagai alternatif pendekatan pembelajaran fisika di sekolah tersebut. Dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran problem posing dengan tugas terstruktur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di kelas X.3 SMA Negeri 5 Jember semester ganjil tahun 2012/2013. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa menggunakan model Problem Posing dengan Metode Tugas Terstruktur dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 5 Jember tahun ajaran 2012/2013. 2. Aktivitas belajar siswa kelas X.3 SMA Negeri 5 Jember tahun ajaran 2012/2013 selama mengikuti pembelajaran fisika menggunakan model Problem Posing dengan Metode Tugas Terstruktur termasuk dalam kategori sangat aktif yaitu sebesar 88,54 %. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Basir, A. 1988. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Airlangga University Press. Bektiarso, S. 2000. Pentingnya Konsepsi Awal Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Saintifika. Jember: P.Mipa FKIP Universitas Jember. Chotimah, H. 2005. Strategi Pembelajaran Untuk Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang. Depdiknas. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika. Jakarta : Balitbang Depdiknas. Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center of Society Studies. Prayekti. 2002. Pendekatan SAINS Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8 (039): 773-783. Suparno, P. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.