PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

dokumen-dokumen yang mirip
Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Fatima Hannum dan Nurdin Bukit Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

Nova Rina Setia Sari Sinaga dan Sehat Simatupang Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 16 MEDAN

Inna Sakinah Manik dan Nurdin Bukit Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SEDERHANA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA FISIKA SMP

Wirakaryati dan Jurubahasa Sinuraya Jurusan Fisika FMIPA Unimed)

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MEDAN T.P 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE INKUIRI DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Julianti Saragih dan Ida Wahyuni Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS PADA SISWA SMA

Fernando Lumban Batu dan Nurdin Siregar Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed ABSTRAK

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

EFEK MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

Derlina dan Bintang Nainggolan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Shinta Surya Lasmita dan Sondang R. Manurung

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTU MEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

Nita Pani dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Fajrul Wahdi Ginting dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Anton Jahuda Parhusip dan Eva Marlina Ginting Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Yehuda

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

The Effects of Inquiry Training Learning Model Assisted Mind Map for Conceptual Knowledge and Science Process Skills

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI I PERCUT SEI TUAN

Ema Yesha Sinaga dan Abd. Hakim Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRACT

Fitria Sakinah dan Purwanto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

Rappel Situmorang Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Jln. Willem Iskandar Pasar V, Medan 20221

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN RODA LOGIKA

Ida Wahyuni 1) dan Siti Maysarah 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIPISPIS T.P. 2012/2013

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN MODEL KONVENSIONAL PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINNING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN PENGUKURAN KELAS VII SEMESTER I

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE BERBANTUAN KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 KISARAN

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTU MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

Helastrin Hutagaol dan Sehat Simatupang Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Fadhli dan Togi Tampubolon Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

Ridwan Abdullah Sani dan Maryono Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) MENGGUNAKAN BUKU SAKU TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs USB SAGULUNG BATAM

Sartika Sari Rambe dan Sahyar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Makmur Sirait dan Euodia Siaen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FIND SOMEONE WHO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNERGETIC TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Jurnal Saintech Vol. 08 No.03 September 2016 ISSN No

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MAN TANJUNG BALAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

Nora Hawari Daulay dan Usler Simarmata Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPOSITORY BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 21 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 50 54

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

Key Words: Question Student Have (QSH), Learning achievement, Solubility and solubility product.

Heny Wahyuningdyah dan Retno Hasanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF QUESTION STUDENT HAVE (QSH) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 5 PEKANBARU

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

ABSTRACT. Keywords: MathLearning Outcomes, Inquiry Without LKS, LKS accompanied Inquiry

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

PENGARUH MODEL PEMBELEJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KONSEP SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 16 TASIKMALAYA JURNAL

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

Transkripsi:

PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA Eka Murtiningsih dan Alkhafi Maas Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ekamurtiningsih14594@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan Proses Sains siswa pada materi pokok fluida statis kelas X semester genap di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan menggunakan desain penelitian two group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Medan yang terdiri dari 14 kelas. Sampel penelitian diambil 2 kelas yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas X MIA-14 dengan 41 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA-4 dengan 41 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu ketrampilan proses sains berupa lembar kerja siswa (LKS) dan lembar observasi aktivitas pembelajaran. Hasil uji t satu pihak dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleht hitung > t (4.04 > 1.67), maka H o di tolak dan H a di terima dengan kata lain bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol, berarti ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok fluida statis kelas X semester genap di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 76.98 tergolong ke dalam kategori aktif. Kata kunci : model pembelajaran inquiry training, keterampilan proses sains. ABSTRACT This study aimed to investigate the effect of inquiry training learning model on Science Process skills of students in the subject matter of static fluid in the second semester of class X SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016. This research is a quasi experimental research design with two group pretest-posttest. The population in this study were all students of class X SMA Negeri 3 Medan, which consists of 14 classes. Samples were taken two classes are determined by random cluster sampling technique, namely MIA X-14 class with 41 students as an experimental class and class X MIA-4 with 41 students as the control class. The instrument used in this study there are 2 of the science process skills in the form of student worksheet (LKS) and learning activity observation sheet. T test results of the parties with a significance level of 0.05 was obtained t hitung > t (4.04 > 1.67), then Ho is rejected and Ha accepted, in other words that the science process skills of students in the experimental class is better than science process skills of students in the control class, means influence learning model Inquiry Training on science process skills of students in the subject matter of static fluid in the second semester of class X SMA Negeri 3 Medan TP 2015/2016. Activities during the learning process of students in the experimental class has an average value of 76.98 belonging to the active category. Keywords: inquiry training learning model, science process skills. PENDAHULUAN Belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan siswa dalam belajar fisika seharusnya dilakukan dengan pembinaan keterampilan proses, dimana keterampilan intelektual, sosial dan fisik siswa diproses untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan lebih baik. Jika siswa menguasai keterampilan proses, mereka akan dapat memahami, mengolah fakrta dan konsep sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Melalui penerapan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa untuk digunakan melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual dan kemampuan berfikir siswa dan juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan (Sani, 2010: 16). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 3 Medan, yang telah disebari angket oleh peneliti, pada umumnya siswa menganggap pelajaran fisika itu biasa saja (56,7%) mereka tidak menganggap pelajaran fisika itu adalah pelajaran sulit namun 1

juga tidak dianggap pelajaran yang mudah, mereka berpendapat demikian karena di dalam materi-materi fisika, ada materi yang dengan mudah dapat mereka pahami dan ada juga materi yang sukar untuk dipahami. Di dalam proses pembelajaran siswa jarang sekali bertanya dan mengungkapkan pendapat mereka kepada guru, sebesar 70% siswa mengatakan demikian. Mereka cenderung acuh kepada guru di dalam kelas, dan jarang sekali mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Hal tersebut dapat disebabkan karena mereka kurang mengerti dengan materi yang diajarkan atau juga takut untuk bertanya dan mengajukan pendapat kepada guru. Siswa akan cenderung bersemangat dan aktif dalam proses pembelajaran apabila mereka paham akan materi yang diajarkan. 50% siswa mengatakan pembelajaran yang diberikan guru di kelas dilakukan dengan pemberian materi, mencatat dan mengerjakan soal sehingga terkadang siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang demikian. Pengalaman belajar yang diinginkan mereka adalah dengan melakukan praktikum atau percobaan (53,3% mengungkapkan demikian), mereka ingin mengetahui bagaimana jika faktafakta dan konsep fisika itu jika dibuktikan dengan sebuah percobaan. Percobaan juga dapat memancing rasa ingin tahu siswa akan suatu hal, sehingga dapat menumbuhkan minat dan keaktifannya dalam proses pembelajaran itu sendiri. Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan juga didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran fisika yang dilaksanakan belum bisa memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sainsnya. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan metode ceramah dan sesekali diselingi metode penugasan dan tanya jawab. Dalam proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS) siswa. Alasan guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini mudah dilakukan baik dari segi persiapan, peralatan dan waktu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training. Menurut Joyce dan Calhoun (2009), model pembelajaran Inquiry Training di rancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Menurut Suchman, siswa akan lebih menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Suchman juga berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Hasil pembelajaran utama dari model Inquiry training adalah keterampilan proses sains yang melibatkan aktivitas observasi, mengumpulkan dan mengolah data, merumuskan penjelasan, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis, merancang percobaan dan menggambarkan kesimpulan (Joyce dan Calhoun, 2009). Harlen dan Elsegeest membedakan keterampilan proses sains menjadi dua jenis, yang pertama keterampilan proses sains dasar, dan yang kedua keterampilan proses sains terpadu. Keterampilan proses sains dasar meliputi keterampilan mengamati, mengelompokkan, menyimpulkan, mengukur/ menghitung, mengkomunikasikan, memprediksi, dan menemukan pola hubungan. Kemudian keterampilan proses sains terpadu meliputi, merumuskan hipotesis, merumuskan penjelasan, mengumpulkan dan mengolah data, merancang percobaan, dan menerapkan konsep (Sheba, 2013). Adapun indikator keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut mengamati, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan dan mengolah data, merumuskan penjelasan dan mengidentifikasi hubungan antar variabel, dan menyimpulkan. Penerapan model pembelajaran Inquiry Training ini sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Yusra (2015), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II MAN Kabanjahe T.P 2014/ 2015. Selain itu dapat disimpulkan pula penggunaan model Inquiry Training lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan agar terjadi perubahan yang baik dan bermanfaat bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dan dengan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru jika ingin menerapkan model yang sama. Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilaksanakan di kelas X semester genap di SMA Negeri 3 Medan pada materi pokok Fluida Statis adalah (1) Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model 2

pembelajaran Inquiry Training? (2) Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Training (3) Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model pembelajaran Konvensional? (4) Bagaimana pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa? MODEL INQUIRY TRAINING Menurut Joyce dan Calhoun (2009), model pembelajaran Inquiry Training sebenarnya telah dikembangkan oleh Richard Suchman (1962) untuk mengajarkan siswa tentang proses dalam meneliti dan menjelaskan fenomena asing. Model Suchman ini didasarkan pada konsepsi metode ilmiah, model ini mencoba mengajarkan siswa beberapa keterampilan dan bahasa penelitian ilmiah. Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihanlatihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Inquiry Training dimulai dengan menyajikan kejadian yang sedikit membingungkan (Puzzling event) pada siswa. Model pembelajaran Inquiry Training memiliki lima tahap (Joyce dan Calhoun, 2009) yaitu (1). Menghadapkan pada masalah. Menjelaskan prosedur-prosedur tujuan prosedur-prosedur penelitian, memberikan puzzling event, dan menjelaskan perbedaaan peristiwa. (2). Pengumpulan data-verifikasi. Memverifikasi objek dan kondisi yang dialami, dan memverifikasi peristiwa dari permasalahan. (3). Pengumpulan data-eksperimen. Memisahkan variabel-variabelyang relevan dan menghipotesiskan serta menguji hubungan sebab akibat. (4). Mengolah, merumuskan suatu penjelasan. Merumuskan suatu penjelasan. (5). Analisis proses Inkuiri. Menganalisis strategi penyelidikan dan mengembangkan yang lebih efektif. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Medan yang beralamat di jalan Budi Kemasyarakatan Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas X semester genap T.P 2015/2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016 yang terdiri dari 14 kelas. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Arikunto, 2002:109). Pengambilan sampel di lakukan secara acak (cluster random sampling) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Training kelas X MIA 14 dan kelas kontrol yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran konvensional yaitu kelas X MIA 4. Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperimen dengan Desain penelitian yang digunakan adalah two group pretest - postest design. Rancangan ini sebagai berikut : Tabel 1. Two Group Pre-test and Post-test Design Kelas Pretes Perlakuan Postes Eksperimen X 1E T X 2E Kontrol X 1K O X 2K Sumber: Sudjana (2001) Keterangan: X 1E = Pemberian Tes awal (Pre Test) kelas eksperimen X 1K = Pemberian Tes awal (Pre Test) kelas kontrol X 2E = Pemberian Tes akhir (Pos Test) kelas eksperimen X 2K = Pemberian Tes akhir (Pos Test) kelas kontrol T = Perlakuan dengan model pembelajaran inquiry training O = Perlakuan dengan model pembelajaran konvensional Teknik analisis data terdiri dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data kedua sampel berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Liliefors, Sedangkan untuk menguji homogenitas digunakan uji F dan pengujian hipotesis yang digunakan adalah Uji-t. Dengan rumus: x1 x 2 t 1 1 s n n 1 dengan kriteria pengujian terima H o jika thitung t dimana t1 2 didapat dari distribusi t dengan dk n1 n2 2 dan peluang (1- ). Untuk harga-harga t lainnya H ditolak. Apabila analisis data menunjukkan o bahwa t t 1, maka hipotesis H o diterima, berarti keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen (dengan menggunakan model Inquiry Training) sama dengan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol. Jika analisis data menunjukkan harga t yang lain, maka H o ditolak dan terima H a, berarti keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen (dengan menggunakan model Inquiry Training) lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol (dengan menggunakan pembelajaran konvensional), maka model pembelajaran 3

Inquiry Training dikatakan ada pengaruhnya terhadap keterampilan proses sains siswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu model pembelajaran Inquiry Training untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Tahap awal penelitian kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretes yang bertujuan untuk mengetahui kemam-puan awal (keterampilan proses sains) siswa pada masingmasing kelas, Setelah diberikan perlakuan selama empat kali pertemuan, masing-masing kelas diberikan postes untuk melihat pengaruh model yang diberikan. Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes siswa pada kelas eksperimen sebesar 49. Sedangkan di kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretes siswa sebesar 48. Selanjutnya kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Inquiry Training dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah kedua kelas diberi perlakuan, masing-masing kelas diberi postes untuk melihat adanya perbedaan akibat diberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Dari data postes kedua kelas diperoleh nilai rata-rata postes untuk kelas eksperimen sebesar 82.68 dan nilai rata-rata postes kelas kontrol sebesar 73.61. Berikut adalah presentase KPS siswa pada kedua kelas saat pretes dan postes. Tabel 1. Presentase KPS Siswa Pretes Uji Normalitas Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunalan uji Liliefors. Perhitungan uji normaliatas data pretes dan postes kedua kelas adalah sebagai berikut. Tabel 3. Perhitungan uji normalitas data pretes dan postes Berdasarkan 3. menunjukkan bahwa L hitung < L, maka dapat disimpulkan bahwa data pretes dan postes kedua kelompok sampel tersebut berdistribusi normal. Uji Homogenitas Uji homogenitas data penelitian dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji homogenitas data bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak, artinya apakah sampel yang dipakai dalam penelitian ini dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Perhitungan uji normaliatas data pretes dan postes kedua kelas adalah sebagai berikut. Tabel 4. Perhitungan Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes Tabel 2. Presentase KPS Siswa Postes 4

Dengan kriteria pengujian homogenitas F hitung < F maka dapat dinyatakan bahwa kedua sampel memiliki varians yang sama (Homogen) atau dapat mewakili populasi yang ada atau berasal dari populasi yang sama. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis menggunakan uji t, dimaksudkan untuk melihat pengaruh dari suatu perlakuan yaitu model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Fluida Statis. Berikut adalah pengujian hipotesis. Tabel 5. Pengujian Hipotesis Berdasarkan Tabel 5, Karena t hitung > t (4.04 > 1.67), maka H o di tolak dan H a di terima dengan kata lain bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol, berarti ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok fluida statis kelas X semester genap di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016. Aktivitas Siswa Di dalam pelaksanaan selama 4 kali pertemuan, peneliti melihat bagaimana aktivitas yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Observasi bertujuan untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training. Perkembangan aktivitas siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan selama menerima pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training yaitu nilai rata-rata aktivitas belajar siswa dari pertemuan I yaitu 67.97, pertemuan II dengan rata-rata nilai 73.85, pertemuan III dengan rata-rata nilai 82.41, dan pertemuan IV dengan rata-rata nilai 82.63. Jadi, nilai rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas eksperimen adalah 76.98 tergolong ke dalam karakteristik aktif. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry training lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Hasil tersebut diperoleh karena model pembelajaran Inquiry Training di rancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan sehingga siswa akan lebih menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Hal ini sejalan dengan penelitian Yusra (2015); Ferawati dan Motlan (2015) yang menyatakan keterampilan proses sains siswa lebih baik dengan menggunakan model Inquiry Training dibandingkan pembelajaran konvensional dan Hutagalung (2013) yang menyatakan model Inquiry Training dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penggunaan model pembelajaran Inquiry Training pada saat proses pembelajaran tentunya mempunyai dampak atau pengaruh yang baik terhadap keterampilan proses sains siswa, karena di setiap tahap atau fase dari model pembelajaran Inquiry Training dapat membina dan mengembangkan keterampilan mengamati, mengumpulkan dan mengolah data, merumuskan penjelasan, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis, merancang percobaan dan menggambarkan kesimpulan. Sedangkan pada pembelajaran konvensional jarang sekali tergambar keterampilan-keterampilan tersebut, karena biasanya pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan mengerjakan soal-soal, yang sebenarnya pembelajaran fisika tidak hanya menuntut siswa untuk mengerti rumus-rumus tapi juga harus dibina keterampilan proses sains mereka sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa itu sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian Mulbar (2015; dalam Derlina dan Lia, 2016) pemahaman yang dibangun berdasarkan pengalaman yang diperoleh siswa membuat pembelajaran pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Model pembelajaran Inquiry Training mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, melalui penerapan model pembelajaran Inquiry Training, siswa terlibat pada persoalannya, menemukan prinsip-prinsip dan jawaban lewat percobaan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari bahwa Derlina dan Lia (2016) yang menyatakan model pembelajaran inquiry training adalah sebuah kegiatan pembelajaran dimana siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, merumuskan pertanyaan, menyelidiki dan membentuk pengetahuan baru. Melalui penyelidikan siswa dapat meningkatkan keterampilan proses sainsnya. Keterampilan proses sains dinyatakan sebagai kemampuan 5

transfer konsep yang digunakan pada ilmu-ilmu sains yang mencerminkan sikap seorang ilmuan. Keterampilan proses sains mendukung munculnya perilaku sains dan partisipasi aktif siswa, menghasilkan siswa yang terampil meneliti sehingga menghasilkan siswa berperilaku seperti seorang ilmuwan. Dengan demikian, keterampilan proses sains ini sangat penting dikembangkan dalam pembelajaran sains. Penerapan model pembelajaran Inquiry Training tentunya tidak langsung berjalan dengan baik. Siswa mengahadapi beberapa kesulitan di awal penerapan model ini. Siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran Inquiry Training, yang mengajak mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kesulitan yang dihadapi siswa, pertama adalah kesulitan dalam mengamati suatu fenomena atau gejala yang terjadi, mereka pada umumnya kesulitan dalam menemukan faktor-faktor yang menyebabkan suatu fenomena atau gejala dapat terjadi, sehingga mereka sulit untuk merumuskan hipotesis dari suatu permasalahan. Kesulitan selanjutnya adalah dalam hal menganalisis dan menjelaskan data hasil percobaan, mereka kesulitan untuk menjelaskan tentang hubungan dari suatu variabel. Selama proses pembelajaran, peneliti mengobservasi aktivitas siswa yang dibantu oleh dua orang observer. Observasi terdiri dari empat kali pertemuan. Pada pertemuan I yaitu 67.97, pertemuan II dengan rata-rata nilai 73.85, pertemuan III dengan rata-rata nilai 82.41, dan pertemuan IV dengan rata-rata nilai 82.63. Jadi, nilai rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas eksperimen adalah 76.98 tergolong ke dalam karakteristik aktif. Jika dilihat dari perkembangan aktivitas siswa di kelas eksperimen maka terjadi peningkatan selama menerima pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training. Pada pertemuan I, pada umumnya siswa masih terlihat bingung dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training, karena mereka belum terbiasa dan belum mengenal model pembelajaran tersebut, masih banyak siswa yang takut untuk bertanya dan enggan untuk terlibat aktif di dalam pembelajaran. Pada pertemuan ke II, siswa sudah mulai berani untuk mengajukan pertanyaan, sudah mulai terampil untuk merumuskan hipotesis dari suatu permasalah dan beberapa kelompok sudah mulai baik dalam menganalisis data hasil percobaan. Pada pertemuan ke III dan ke IV, aktivitas siswa sangat baik, keterampilan siswa seperti menarik kesimpulan, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan dan mengolah data sudah baik dan sudah mulai mandiri dalam proses pembelajaran. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada materi pokok Fluida Statis kelas X semester genap di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016 diperoleh hasil analisa data dan pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut, (1) Hasil observasi aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen dengan model pembelajaran Inquiry Training diperoleh nilai rata-rata aktivitas 76.98 dengan kriteria aktif. (2) Keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Training memiliki rata-rata 82.68 termasuk ke dalam kategori baik sekali. (3) Keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional memiliki rata-rata 73.61 termasuk ke dalam kategori baik. (4) Berdasarkan pengujian hipotesis, diperoleht hitung > t (4.04 > 1.67), maka H o di tolak dan H a di terima dengan kata lain bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol, berarti ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Derlina dan Afriyanti, L. (2016). Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media Visual Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2016, Tahun XXXV, No. 2: 153-163 Hutagalung, A. M. (2013). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Media Komputer Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika, Volume 2(2): 9-16 Hutapea, F., dan Motlan. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, ISSN 2252-732X: 55-62 6

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Models Of Teaching. Yogyakarta: Percetakan Pustaka Belajar Mulbar, U. (2015). Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Sistem Sosial Masyarakat. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2015, Tahun XXXIV, No.2, 278-287 Murtiningsih, E. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Fluida Statis Kelas X Semester Genap Di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016. Medan: Skripsi, FMIPA, UNIMED Sani, R. A. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika Volume 2(2): 16-22 Sheba, M. N. (2013). An Anatomy of Science Process Skils In The Light Of The Challenge to Realize Science Instruction Leading To Global Excellence in Education. Vol.2, No.4, April 2013: 108-123 Sudjana. (2001). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Yusra, T. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester II MAN Kabanjahe T.P. 2014/2015. Medan: Skripsi, FMIPA, UNIMED 7