PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN KAWASAN TERTINGGAL LAINNYA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

INUNG ISMI SETYOWATI B

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipegunakan untuk sebesar-besar

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi, sistem pemerintahan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG PEMBANGUNAN PULAU NATUNA SEBAGAI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

I. PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Lahirnya Undang-undang No.22

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPPRES 71/1996, PEMBANGUNAN PULAU NATUNA SEBAGAI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Otonomi merupakan suatu konsep politik yang terkait dengan

PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA

KEPPRES 89/1996, KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah, ketimpangan pembiayaan pembangunan antar daerah kian menonjol.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum bagi yang dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPMEN NO. 182 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

TRANSFER DANA DESENTRALISASI LAMPAUI RP500 TRILIUN

BAB I PENDAHULUAN. semenjak diberlakukannya Undang-Undang N0. 22 tahun 1992 yang di revisi

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

BAB I PENDAHULUAN. era baru dengan dijalankannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak big bang decentralization yang menandai era baru pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

RENCANA KERJA BAGIAN PERTANAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MALANG BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

Transkripsi:

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN KAWASAN TERTINGGAL LAINNYA DISAJIKAN DALAM RANGKA RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN TINGKAT PUSAT TANGGAL 16-17 SEPTEMBER 2002 DI JAKARTA DIRJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH SEMAN WIDJOJO DEPARTEMEN DALAM NEGERI JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2002

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Konsepsi dan Pendekatan Pembangunan KTI 2 II. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN 2 III. PERENCANAAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2003 3 3.1. Kebijakan dan Strategi 4 3.2. Pengembangan Program-program di KTI dan Kating lainnya 4 IV. MATRIK ALUR RENCANA KEGIATAN 2003 5 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5 1

PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN KAWASAN TERTINGGAL LAINNYA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang telah dilaksanakan selama ini belum dikatakan dapat memberikan hasil yang optimal, terlihat Kawasan Timur Indonesia masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Ketertinggalan Kawasan Timur Indonesia terhadap Kawasan Barat Indonesia, diperlukan langkah langkah strategis, yaitu melalui upaya percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia ditempuh tidak semata mata melalui upaya peningkatan investasi, akan tetapi juga upaya optimalisasi program program lintas sektor di Kawasan Timur Indonesia. Peningkatan investasi berasal dari mobilisasi segala sumber daya, baik yang berasal dari pihak Pemerintah maupun yang berasal dari pihak swasta, sedangkan optimalisasi program program lintas sektor adalah untuk menghasilgunakan serta mendayagunakan kegiatan kegiatan lintas sektor guna mencapai sasaran yang hendak dicapai. Optimalisasi pencapaian sasaran percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia, perlu dipertimbangkan terhadap keterbatasan dalam pembiayaan dan oleh karena itu, formulasi strategi atau Grand Strategy (Kebijakan Strategi Nasional- Jaktranas) menjadi sangat penting, karena dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi seluruh program program yang akan diarahkan ke Kawasan Timur Indonesia. Dengan berlakunya kebijakan otonomi daerah, Kebijakan Strategi Nasional tersebut perlu mempertimbangkan keterlibatan Pemerintah Daerah, karena bagaimanapun Jaktranas tersebut merupakan dokumen perencanaan pembangunan, sementara menurut Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah hampir seluruh kewenangan sudah ada di daerah, sehingga akan sangat tepat apabila semuanya dikembalikan kepada Pemerintah Daerah dan Jaktranas sebagai rambu rambu Pemerintah Daerah dalam upaya mempercepat pembangunan 2

Kawasan Timur Indonesia, dimana Pemerintah Pusat hanya menempatkan sebagai fasilitator. 1.2. Konsepsi dan Pendekatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Ketertinggalan Kawasan Timur Indonesia terhadap Kawasan Barat Indonesia, bukan berarti bahwa seluruh daerah/wilayah yang ada di Kawasan Timur Indonesia tertinggal dan kondisinya bervariasi, ada daerah dan wilayah yang sudah siap dilakukan percepatan pembangunan dan ada daerah dan wilayah yang belum siap dilakukan percepatan pembangunan. Daerah dan wilayah yang siap dilakukan percepatan seperti daerah cepat tumbuh atau wilayah yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET) dan Daerah /Wilayah yang belum siap dilakukan percepatan seperti wilayah perbatasan, pedalaman, pulau pulau kecil, dan pesisir. Pendekatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia berbijak pada kondisi dan prinsip bahwa setiap daerah satu dengan daerah yang lain berbeda, sehingga pendekatan yang diterapkan adalah guna memacu daerah daerah yang perlu dilakukan percepatan pembangunan dan pemberdayaan daerah daerah yang belum siap dilakukan percepatan pembangunan. Dengan kondisi ketimpangan yang terjadi antar satu daerah dengan daerah lain tersebut, diperlukan suatu pendekatan yang tepat. Pada kondisi yang demikian pendekatan pengembangan wilayah merupakan pendekatan pemerataan pembangunan yang tepat Pengembangan wilayah sebagai pendekatan diarahkan untuk menyeimbangkan pembangunan antar daerah satu dengan daerah yang lainnya, artinya tidak tertutup kemungkinan untuk daerah yang sudah maju dan potensi untuk lebih maju dan cepat pembangunannya dan daerah yang tertinggal untuk dapat lebih cepat kemajuan pembangunannya.. II. PERMASALAHAN PERMASALAHAN Permasalahan permasalahan yang dijumpai berkaitan dengan percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia adalah : 1) Keterbatasan Pemerintah Daerah untuk ikut serta membiayai program program pembangunan di Kawasan Timur Indonesia yaitu berkaitan dengan 3

penggunaan DAU sebagaian besar untuk kegiatan rutin dan beberapa daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga terbatas. 2) Keterbatasan Pemerintah Daerah dalam membiayai kegiatan pembangunan berimplikasi terhadap kurangnya perhatian terhadap daerah daerah yang tertinggal, sehingga daerah daerah tersebut semakin tertinggal bila dibandingkan dengan daerah daerah lainnya. 3) Daerah daerah atau Wilayah wilayah potensi cepat tumbuh seperti KAPET kurang memperoleh perhatian khusus dalam penyediaan sarana dan prasarana; 4) Situasi yang kurang kondusif yaitu di satu sisi Pemerintah Daerah dengan kewenangan besar tidak didukung dengan kemampuan pembiayaan, sedangkan di pihak lain Pemerintah Pusat yang lebih konsen dengan wilayah atau kawasan cepat tumbuh seperti KAPET terbatas kewenangan dan pembiayaanya. III. PERENCANAAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2003 Dalam kaitannya dengan percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia, akan diterbitkan Keppres tentang Konsepsi Kebijakan Strategi Nasional percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia dan Inpres tentang Kebijakan Strategi nasional Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. yang sudah dibahas dalam Sidang Kabinet Terbatas tanggal 26 Agustus 2002. Dari hasil Sidang Kabinet Terbatas tersebut, Departemen Dalam Negeri terlibat dalam beberapa kegiatan tindak lanjut seperti dalam kegiatan Dana Alokasi Khusus, Pengembangan Kawasan Perbatasan, Percepatan Pelaksanaan Otonomi Khusus Papua, pemanfaatan dana Pemda untuk mengambil alih perusahaan di BPPN, pengkajian penetapan wilayah pengembangan strategis serta keterkaitan dengan kegiatan kegiatan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Berkaitan dengan hal itu serta sehubungan dengan tugas dan fungsi Departemen Dalam Negeri dikembangkan kebijakan serta program program sebagai berikut : 4

3.1. Kebijakan dan Strategi 1) Memberikan perhatian secara khusus terhadap kawasan Timur Indonesia melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) di luar DAK Reboisasi. 2) Meningkatkan kapasitas kelembagaan Aparat Daerah di Kawasan Timur Indonesia; 3) Memberdayakan masyarakat sebagai antisipasi menghadapi kehadiran investor dan sekaligus mengantisipasi era globalisasi. 4) Memberikan perlakuan yang berbeda beda terhadap setiap Daerah, atas dasar kondisi masing masing daerah bervareasi; 5) Memberikan perhatian yang lebih terhadap wilayah wilayah tertinggal seperti wilayah pesisir, pulau pulau kecil serta perbatasan. 6) Melibatkan Pemerintah Daerah dan Swasta dalam upaya percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia 7) Penggunaan pendekatan Pengembangan Wilayah Terpadu untuk Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. 3.2. Pengembangan Program Program 1) Program Pembangunan wilayah tertinggal melallui Pengembangan Prasarana Perdesaan 2) Program Pengembangan Wilayah Terpadu 3) Program Fasilitasi pembangunan Kawasan Cepat Tumbuh 4) Program Fasilitasi pembangunan Kawasan Perbatasan 5) Program Faslitasi pembangunan Wilayah Laut, Pesisir dan Pulau Pulau Kecil 5

IV. MATRIK ALUR RENCANA KEGIATAN 2003 Dalam Tahun Anggaran 2003 diusulkan 5 proyek dengan jumlah dana sebesar Rp 412.633.000.000,- dan detail gambaran dari masing masing proyek sebagaimana terlampir. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Pembiayaan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia sangat terbatas, baik keterbatasan pembiayaan pembangunan dari Pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat. 2. Penggunaan Dana Alokasi Umum sebagaian besar untuk membiayai kegiatan rutin dan sedikit dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan. 3. Kurangnya perhatian Pemerintah Daerah terhadap daerah daerah serta wilayah wilayah yang tertinggal, seperti kawasan pedalaman, pesisir, pulau pulau kecil. 4. Dana Alokasi Khusus merupakan peluang untuk mempercepat pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. 5. Pemberdayaan masyarakat sebagai pra kondisi kehadiran investor dan antisipasi era globalisasi. 5.2 SARAN SARAN 1. Dalam rangka percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia, agar dialokasikan dana yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK); 2. Memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada pemerintah daerah sepanjang dapat memperikan kemajuan daerah yang bersangktan namun masih dalam rambu rambu kepentingan nasional. 3. Mempergunakan pendekatan pengembangan Wilayah Terpadu sebagai pendekatan dalam percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia. 4. Memberikan perhatian lebih kepada daerah daerah atau wilayah wilayah yang relative tertinggal seperti wilayah perbtasan, pedalaman, pesisir dan pulau pulau kecil. 6