BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (2) mengatur bahwa,

MEREK. Umum. 1. Apakah merek itu?

PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG MEREK DONA PRAWISUDA, SH KANTOR WILAYAH JAWA BARAT KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan. Meskipun pengaturan tentang kejahatan di Indonesia sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mendapat kepastian hukum setelah melalui proses persidangan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Internasional. Tidak mustahil peredaran narkotika yang sifatnya telah

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan dan pembahasan yang telah dilakukan. penulis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup

BAB I PENDAHULUAN. martabat serta hak-hak asasi yang harus dijunjung tinggi. 1 Hak-hak asasi yang

b. Merk jasa Merk jasa yaitu merk yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. produk barang maupun jasa yang ditemukan di pasaran. Barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

Pasal 5: Setiap orang dilarang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat transportasi tetapi juga sebagai identitas seseorang, terbukti dengan

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

BAB I PENDAHULUAN. yang saling mempengaruhi tanpa dapat dipisahkan. 1. dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya menimbulkan dampak positif, tetapi ada beberapa kebiasaan yang dinilai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi kepolisian adalah salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan : pembelian efek yang ditawarkan oleh emiten di Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

Bab XII : Pemalsuan Surat

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang belum tercukupi kebutuhan hidupnya. Hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Berdasarkan ketentuan Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 maka setiap orang memiliki hak untuk mengembangkan diri dan perekonomiannya guna mempertahankan hidupnya. Dalam proses mempertahankan diri, kegiatan perekonomian yang sering menjadi pilihan masyarakat adalah dengan berwiraswasta atau mengembangkan usaha. Setiap proses produktivitas selalu menghasilkan output barang/jasa. Hasil output barang/jasa tersebut kemudian diperdagangkan kepada konsumen. Perdagangan barang baik yang dilakukan dalam ruang lingkup internasional dan nasional menyebabkan beranekaragam jenis barang yang dipasarkan. Globalisme membuat perkembangan perdagangan semakin maju dan berkembang, selain itu memacu pelaku usaha dalam melakukan persaingan usaha. Jenis barang/jasa sebagai obyek yang diperdagangkan pada dasarnya memiliki persamaan diantara pelaku usaha. Hal tersebut membuat pelaku usaha menggunakan merek sebagai identitas barang yang membedakan antara barang yang satu dengan barang yang lain. Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 diatur bahwa, merek adalah adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- 1

2 angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Merek barang/jasa yang telah menjadi milik umum dalam perdagangan barang pada dasarnya memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan barang dengan merek yang belum dikenal oleh masyarakat. Barang/jasa dengan kualitas yang lebih baik namun tidak didukung dengan merek dari barang/jasa yang belum dikenal oleh masyarakat akan menurunkan minat beli masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dari pelaku usaha untuk meniru sebagian atau seluruh identitas merek yang terdapat dalam barang/jasa tersebut. Dengan perilaku persaingan usaha tidak sehat dengan meniru sebagian atau seluruh bagian dari merek tersebut akan menimbulkan kesesatan bagi pembeli terhadap barang/jasa yang diperdagangkan di pasar internasional atau nasional. Salah satu kasus mengenai pelanggaran merek adalah sebagai berikut, The Goodyear Tire & Rubber Company (GTRC) yang berpusat di Akron, Ohio, Amerika Serikat menggugat Banteng Pratama Rubber (BPR) lewat Pengadilan Niaga Jakarta atas kasus pelanggaran merek Goodyear. Gugatan yang diajukan oleh GTRC disebabkan BPR telah menggunakan merek Goodyear tanpa izin dari GTRC sebagai pemilik merek. Terhitung dari tahun 1994, BPR memproduksi dan memasarkan ban luar dan ban dalam sepeda dengan menggunakan merek Goodyear tanpa izin resmi dari The Goodyear

3 Tire and Rubber Company sebagai pemilik merek. GTRC adalah pemilik merek Goodyear dengan desain logo sepatu bersayap yang memiliki hak eksklusif untuk menggunakan mereka tersebut pada berbagai produk barang dan jasa yang didaftarkannya. 1 Contoh kasus yang menggunakan merek produsen lain secara sebagian atau seluruhnya adalah PT Tossa Shakti. PT Tossa Shakti mengedarkan dan memproduksi sepeda motor dengan merek Karisma yang menjadi salah satu merek sepeda motor Honda yang dipasarkan di Indonesia. Kasus tersebut berawal dari informasi konsumen di Semarang, Denpasar, Manado, Banjarmasin, dan Purwakarta yang mengalami kesesatan merek Karisma produksi Honda dengan yang diproduksi oleh PT Tossa Shakti. 2 Permasalahan mengenai pelanggaran merek telah menjadi suatu hal yang sering dilakukan oleh pelaku usaha untuk memasarkan produknya dengan tujuan mendapatkan keuntungan ekonomi dari merek yang telah dikenal oleh masyarakat umum. Dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek diatur bahwa, Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dalam Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek diatur 1 http://www.gatra.com/2004-05-02/artikel.php?id=35865, Tulisan Pelanggaran Merek, Goodyear gugat Banteng Pratama, Last Revised 19 April 2004, Sabtu 05 September 2009. 2 http://www.gatra.com/2006-02-08/artikel.php?id=92103, Tulisan Tossa Diminta Tarik Peredaran Motor Merek Karisma, Last Revised 8 Februari 2006, Sabtu 05 September 2009.

4 bahwa, Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek sanksi pidana yang diatur belum memberikan sanksi yang dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran merek. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran merek telah mendapatkan keuntungan yang besar selama proses perdagangan barang/jasa yang menggunakan merek yang sama secara keseluruhan atau sebagian dengan pelaku usaha yang telah dikenal sebelumnya oleh masyarakat. Didukung dengan Pasal 95 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001 yang didalamnya diatur bahwa, Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 merupakan delik aduan, menyebabkan keuntungan yang diperoleh selama melakukan pelanggaran merek tidak memberatkan pelaku usaha secara materiil. Hal ini menyebabkan kasus pelanggaran merek terus menerus terjadi. Ketentuan yang diatur didalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek pada dasarnya memiliki peluang dan memberikan ruang bagi pelaku usaha yang beritikad melakukan persaingan usaha tidak sehat untuk terus melakukan pelanggaran merek.

5 Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dalam kaitannya dengan, Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Merek. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek telah memberikan perlindungan hukum berdasarkan bagi pemilik merek yang dilanggar? 2. Apakah aparat penegak hukum telah malaksanakan upaya dalam mengatasi permasalahan perbuatan melawan hukum atas merek? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan obyektif Penelitian ini untuk memperoleh, memahami, dan menganalisa data tentang a. Apakah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek telah memberikan perlindungan hukum berdasarkan bagi pemilik merek yang dilanggar.. b. Apakah aparat penegak hukum telah melaksanakan upaya dalam mengatasi permasalahan perbuatan melawan hukum atas merek.

6 2. Tujuan subyektif Memperoleh data guna menyusun penulisan hukum sebagai salah satu syarat memeperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hukum di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis adalah bahwa penelitian ini dapat memberikan masukan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan dalam bidang kajian hukum perdata dan pemerhati hak atas kekayaan intelektual, khususnya tentang, Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Merek. 2. Manfaat Praktis Maksud manfaat praktis adalah dari bahan penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai acuan pihak yang secara langsung terlibat antara lain adalah pejabat berwenang yang pada umumnya membentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan bidang hak atas kekayaan intelektual

7 E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum Hukum ini merupakan hasil karya penulis, bukan merupakan duplikasi atau plagiasi dari hasil karya penulis lain. Apabila Penulisan Hukum ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan / atau sanksi hukum yang berlaku. F. Batasan Konsep 1. Hukum Pidana Menurut Moelyatno Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk : a. Menentukan perbuatan yang mana boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana telah diancamkan. c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut. 3 2. Pelanggaran (wetsdeliktern) dalam perspektif kualitatif adalah perbuatanperbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan demikian. 3. Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undanag Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek mengatur bahwa, Merek adalah tanda yang berupa 3 Ibid. hlm 7

8 gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian hukum dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian dengan melakukan abstraksi melalui proses deduksi dari norma hukum positif yang berupa sistematisasi hukum, yang dimaksud dengan sistematisasi hukum adalah mendiskripsikan dan menganalisis isi dan struktur hukum positif. Selain melakukan sistematisasi hukum juga dilakukan sinkronisasi hukum, yaitu melakukan interprestasi dan menilai hukum positif secara vertical. 2. Sumber data a. Data sekunder Data yang digunakan dalam penelitian hukum normatif ini adalah data sekunder atau bahan hukum dipakai sebagai data utama dan data primer dipakai sebagai pendukung dan tidak diperoleh dari lokasi penelitian. Adapun data sekunder terdiri dari : 1) Bahan hukum primer yang meliputi Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

9 2) Bahan hukum sekunder yang meliputi bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer, seperti artikel-artikel ilmiah, hasil penelitian, pendapat dari para ahli dibidang hukum. b. Data primer Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari narasumber tentang obyek yang diteliti. 3. Narasumber Untuk mencari data primer penulis hendak melakukan wawancara dengan: 1) Bapak Unan Pribadi, S.H. (Kepala Dinas Hak atas Kekayaan Intelektual Daerah Istimewa Yogyakarta). 2) Ibu Suryawati, S.H. (Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta) 4. Metode analisis Data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif artinya analisis dengan memaparkan sanksi pidana dalam Undang-Undang HAKI terhadap pelanggaran merek yang diteliti sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan. 5. Proses penarikan kesimpulan Karena penelitian hukum ini menggunakan metode normatif maka prosedur penarikan kesimpulan akan menggunakan metode deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum dan telah diketahui

10 kebenarannya kemudian ditarik pada kasus-kasus konkrit yang bersifat khusus. Oleh karena itu langkah-langkah yang akan dilakukan oleh penulis adalah : a. Melakukan deskripsi yang meliputi isi maupun struktur hukum positif yang berupa menguraikan tindak pidana terhadap pelanggaran merek. b. Melakukan sistematisasi untuk mendiskripsikan dan menganalisis isi maupun struktur hukum positif yang berkaitan dengan tindak pidana terhadap pelanggaran merek. c. Melakukan analisis hukum positif dengan melakukan penalaran hukum. Pengkajian norma hukum positif adalah suatu proses bernalar, dimana proses penalaran tersebut selalu dikaitkan dengan logika dan analisis. Penalaran beranjak dari konsep. Salah satu cara yang seringkali digunakan untuk menjelaskan konsep adalah definisi. d. Melakukan interprestasi hukum secara gramatikal yaitu mengartikan suatu bagian kalimat menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum. e. Melakukan penilaian hukum positif bahwa peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan masalah tindak pidana terhadap pelanggaran merek mengandung berbagai macam nilai didalamnya (sarat nilai). Bukan hanya nilai hukum saja tetapi juga nilai keadilan, nilai kemanusiaan, nilai persamaan hak dan kedudukan serta nilainilai sosial.

11 H. Sistematika Penulisan Bab I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metodologi penelitian. Bab II : Berisi uraian tentang variabel satu dan variabel dua serta mencari hubungan antara variabel satu dengan variabel dua. Dalam konteks penelitian ini maka pembahasan akan terdiri dari Perlindungan Hukum Pidana, Pelanggaran Hukum Pidana, Pelanggaran Merek Menurut Hukum Pidana, Tinjauan Peraturan Perundang-Undangan terhadap Pelanggaran Merek, dan Pelaksanaan Hukum Pidana dalam Pelanggaran Merek. Bab III : Berisi tentang kesimpulan yang menjawab permasalahan yang diteliti dan saran yang diajukan berdasarkan temuan persoalan dalam penelitian hukum.