Pengajaran Sejarah Pada Generasi Muda Secara Efektif

dokumen-dokumen yang mirip
Sejarah Dan Pembangunan Bangsa. A. Sobana Hardjasaputra Guru Besar Ilmu Sejarah

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH SILABUS

Manfaat Mempelajari Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan. identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini dunia pendidikan semakin terpuruk karena dianggap telah

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan bersamaan. Berbicara

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

Oleh: Winarni. SDN 01 Karangrejo Kec Kerjo, Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menyangkut tentang cita-cita hidup manusia. Sehubungan dengan itu

BAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

I. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depan. Demikian halnya dengan Indonesia yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SILABUS : : : : Mata Kuliah Kode Mata Kuliah SKS Dosen : : : Program Studi Prasyarat Waktu Perkuliahan

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang akan. baik dalam perkembangan pengetahuan, penguasaan keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Semester : 1 Materi Pelajaran : Berita : 2 jam pelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam proses belajar mengajar. bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. IPS merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa mulai

Rian Purusatama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

SKALA MINAT MEMBACA. A. Aspek Kesadaran Aspek yang mengungkap seberapa jauh subyek menyadari, mengetahui dan memahami manfaat membaca buku.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori-teori yang berpengaruh untuk perkembangan perbaikan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi sehingga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BAB I PENDAHULUAN. edukasi bagi siswa untuk dewasa ini. Sekolah Dasar sebagai sarana pelayanan

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

MANFAAT PERPUSTAKAAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BAGI SISWA DI SEKOLAH DASAR. Dosen : Nanik Arkiyah, M.IP. Oleh : Leny Nurhanifah PGSD/ 7A

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Sejarah. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Pengertian Program Dokumenter Televisi

B A B I P E N D A H U L U A N

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.3, Oktober 2014, hal ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI KEARIFAN LOKAL PADA SISWA SMA NEGERI 1 GORONTALO MELALUI MODUL SEJARAH PERGERAKAN ORGANISASI MUHAMMADIYAH GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

pendidikan sekitar 25% sampai 30%dari APBN pertahun. Ini merupakan indikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. sehingga timbul reaksi siswa kearah perubahan tingkah laku yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, di bawah ini di paparkan

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah. diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Rokhmah, 2015

BAB IV PENUTUP. 2. siswa mempunyai sikap untuk menghargai dan mencintai segala sesuatu yang diciptakan Tuhan YME.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

Contoh Makalah Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin hari

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KRITIK POPULER FILM DOKUMENTER WARISAN SANG EMPU

Transkripsi:

NAPAK TILAS SEJARAH DI JAWA BARAT 20 s.d 21 MEI 2014 Pengajaran Sejarah Pada Generasi Muda Secara Efektif A. SobanaHardjasaputra

PENGERTIAN SEJARAH Pengajaran sejarah perlu dilandasi oleh kesadaran sejarah, baik pengajar maupun pihak yang menerima pengajaran. Kesadaran sejarah mencakup mencintai sejarah serta memahami pengertian sejarah dan fungsi sejarah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sejarah pun berkembang dari pengetahuan menjadi suatu ilmu, yaitu ilmu empiris -- empiria = pengalaman yang masuk ke dalam kelompok ilmu-ilmu humaniora. Ilmu Sejarah membagi sejarah dalam dua pengertian, yaitu sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah. Sejarah sebagai peristiwa Peristiwa sejarah sebagaimana terjadinya di masa lampau atau proses sejarah dalam aktualitasnya (history as past actuality). Sejarah sebagai kisah Sejarah sebagaimana dikisahkan secara tertulis (history as written) berdasarkan fakta hasil penelitian. Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah rekonstruksi peristiwa sejarah berdasarkan fakta sejarah mengenai peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum. PENGAJARAN SEJARAH Landasan Pengajaran sejarah selain dilandasi oleh kesadaran sejarah, juga harus dilandasi oleh pemahaman akan arti pentingnya sejarah, baik bagi kehidupan pribadi maupun badi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain, pengajaran sejarah harus dilandasi oleh pemahaman akan fungsi/kegunaan sejarah. Kegunaan sejarah, khususnya sejarah sebagai kisah, mencakup fungsi-fungsi informatif, edukatif, inspiratif, pragmatis, dan rekreatif.

Fungsi informatif Sejarah memuat informasi tentang peristiwa-peristiwa penting di masa lampaiu. Fungsi edukatif Pengalaman-pengalaman penting manusia di masa lampau, penting dipetik maknanya sebagai pembelajaran. Sejarah memuat pembelajaran tentang kelemahan dan kekuatan, kegagalan dan keberhasilan, kemunduran dan kemajuan, kesewenang-wenangan dan kearifan, dll. Sejarah mengandung pendidikan moral mengenai baik dan buruk, benar dan salah, dll. Fungsi inspiratif Peristiwa/pengalaman penting di masa lampau dapat menimbulkan inspirasi bagi orang yang mengetahui peristiwa/pengalaman penting itu untuk bersikap dan bertindak atau berkreativitas dalam menghadapi kehidupan masa kini. Fungsi pragmatis Peristiwa/pengalaman penting di masa lampau dapat menjadi bahan acuan bagi para pemimpin dalam membuat kebijakan atau program kerja. Hal itu disebabkan sejarah merupakan proses kausalitas yang berkesinambungan. Sejarah mencakup trimarta (tiga dimensi waktu) yaitu past, present & future. Fungsi rekreatif Melalui tulisan sejarah seolah-olah pembaca berekreasi ke masa lampau, rekreasi ilmiah. Bentuk Pengajaran Sejarah Pengajaran sejarah dilakukan dalam bentuk pengajaran formal di sekolah dan pengajaran di luar sekolah.

a) Pengajaran formal di sekolah, memerlukan unsur-unsur yang memadai. 1) Bahan pelajaran yang baik dan benar (berkualitas), yaitu buku-buku sejarah yang keabsahan informasinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan rasional 2) Guru yang profesional dalam arti ia benar-benar menguasai materi pelajaran dan memiliki wawasan cukup luas mengenai masalah yang terkait dengan materi pelajaran, sehingga ia mampu memberikan eksplansi (penjelasan) mengenai makna suatu peristiwa/masalah sejarah. 3) Menguasai metode pengajaran yang tepat dan mampu meng-implementasikannya dengan baik. Metode pengajaran sejarah yang cukup baik dan efektif adalah metode dua arah dalam bentuk ceramah diikuti oleh diskusi (tanya-jawab antara siswa dan guru). Metode diskusi bertujuan untuk memotivasi siswa agar mereka memiliki kesadaran sejarah untuk memahami arti penting sejarah (fungsi-fungsi sejarah) dengan pola pikir yang kritis. Konsekuensinya, pengetahuan guru tentang sejarah bukan hanya dari buku wajib, tetapi pengetahuan itu diperoleh pula dari buku/tullisan lain yang relevan dengan materi pelajaran, agar ia mampu menjelaskan 5 W & 1 H (What, When, Where, Who, Why & How). Mengapa peristiwa itu terjadi?, Apa faktor-faktor penyebabnya atau latar belakangnya? Bagaimana proses terjadinya peristiwa itu? Apa makna peristiwa itu? Agar siswa menyenangi pelajaran sejarah, implementasi metode pengajaran tersebut (metode dua arah) sebaiknya disertai oleh penggunaan alat peraga yang tepat dan menarik. Misal, menayangkan foto-foto peristiwa, tokoh-tokoh pelaku sejarah, benda-benda peninggalan sejarah, dan lain-lain. Hal itu dimaksudkan agar pembelajaran sejarah berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk menunjang hal tersebut, maka perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum harus memiliki koleksi buku sejarah ilmiah dan tulisan bentuk lain mengenai sejarah.

Dalam hal ini, metode pengajaran sejarah gaya lama, yaitu metode satu arah dalam bentuk ceramah dengan mendiktekan isi buku wajib, harus ditinggalkan. Pengajaran sejarah dengan metode itu (metode satu arah) menyebabkan siswa tidak menyenangi pelajaran sejarah, karena metode pengajaran itu kaku dan membosankan. Siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. b) Pengajaran informal Untuk menanamkan kesadaran sejarah pada generasi muda, tidak cukup hanya melalui pengajaran formal. Secara garis besar tetapi mendasar hal itu disebabkan oleh dua faktor. Pertama, pengajaran sejarah di sekolah waktunya sangat terbatas, bahkan sekarang di SD (Sekolah Dasar) pelajaran sejarah digabungkan ke dalam IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Pengajaran sejarah di perguruan tinggi tidak berlangsung di setiap peguruan tinggi. Kedua, kesadaran sejarah terkait dengan kebiasaan/budaya membaca. Namun kebiasaan/budaya membaca siswa/mahasiswa sebagai generasi muda, pada umumnya lemah. Oleh karena itu, pengajaran sejarah secara formal perlu ditunjang oleh pengajaran sejarah secara informal. Pengajaran sejarah secara informal dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, lokakarya, diskusi, penataran, tayangan film dokumenter dan film bertema sejarah, napak tilas berkaitan dengan momentum sejarah dengan mengunjungi situs-situs sejarah, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu akan/dapat membangkitkan emosional sejarah. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh organ pemerintah dan lembaga terkait secara rutin dalam waktu tertentu. Misal, dalam rangka memperingati hari jadi kota dan kabupaten dan memperingati peristiwa-peristiwa penting, jangan hanya diisi oleh kegiatan yang sifatnya seremonial belaka, tetapi disertai oleh salah satu kegiatan tersebut. Dalam memperingati hari-hari bersejarah dapat pula diselenggarakan lomba bagi generasi muda mengenai penulisan sejarah tentang peristiwa yang diperingati menurut persepsinya, dengan imbalan hadiah yang bermanfaat bagi pemenang. Bila pengajaran sejarah secara informal melalui kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara sungguh-sungguh, kiranya kegiatan-kegiatan itu cukup efektif untuk membangkitkan kesadaran dan emosional sejarah pada generasi muda.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, motto Jangan sekali-kali melupakan sejarah (JASMERAH), Historia Vitae Magistra (Sejarah Guru Kehidupan), History is the torch of truth, Sejarah pedoman untuk membangun masa depan, dan lain-lain, jangan hanya merupakan slogan kososng, tetapi diaplikasikan dengan baik melalui pengajaran sejarah. PENUTUP Sejarah memiliki arti penting sebagai acuan dasar dalam menghadapi kehudupan masa kini dan memprediksi kehidupan di masa mendatang. Arti penting sejarah itu ditunjukan oleh fungsinya, terutama fungsi informatif, edukatif, inspiratif, dan pragmatis. Namun arti penting sejarah itu terkesan belum benar-benar dipahami oleh generasi muda khususnya dan banga Indonesia umumnya. Berdasarkan penetlitian, di antara bangsa-bangsa di Asia Tenggara, bangsa Indonesia pada umumnya termasuk bangsa yang kurang memiliki kesadaran sejarah, padahal fakta sejarah menunjukkan, bangkitnya kesadaran nasional bangsa Indonesia dan perjuangan mencapai kemerdekaan, landasannya adalah kesadaran sejarah, kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, pelajaran sejarah seharusnya menjadi pelajaran wajib umum di setiap jenjang pendidikan, yaitu mulai SD sampai perguruan tinggi. Sementara itu, pengajaran sejarah secara informal pun perlu dilakukan melalui kegiatan-kegiatan tertentu yang melibatkan generasi muda, karena generasi muda adalah penerus bangsa. Bandung, 4 Mei 2014 Penulis

SUMBER ACUAN (Selektif) Abdullah, T. dan Surjomihardjo, A. (eds.). 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi; Arah dan Perspektif. Jakarta: Gramedia. Ankersmit, F.R. 1987. Refleksi Tentang Sejarah. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia. Berkhofer Jr., R.F. 1971. A Behavioral Approach to Historical Analisys. New York: Free Press. Buston, W.H. 1963. Principles of History Teaching. London: Methuen. Gunning, D. 1978, The Teaching of History. London: Croom Helm. Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya. Hardjasaputra, A. Sobana. 2010. Metode Penelitian dan Penulisan Sejarah. Bandung: Fakultas Sastra Unpad. Indonesia. Depdikbud. 1990. Subtema Penulisan Sejarah. Hasil Seminar Sejarah Nasional V. Jakarta: Depdikbud. Disjarah Nitra. Proyek IDSN. Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Rowse, A.L. 1965. The Use of History. New York: Collier Books.