kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada penderita diabetes militus. Manfaatfamily support bagi penderita

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin dari sel beta pankres atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Stanley, Blair, dan Beare, 2005). Defisiensi insulin mengakibatkan tingginya kadar glukosa dalam darah, namun tidak dapat dipergunakan sebagai sumber energi bagi sel (Silbernagl, 2006). Bila kadar glukosa darah tidak dikontrol dengan baik, maka akan mengakibatkan komplikasi bagi pasien DM baik akut maupun kronik. Komplikasi akut akibat DM adalah shock hipoglikemi, hiperosmolaritas dan ketoasidosis diabetik yang dapat berujung pada kematian pasien DM. Komplikasi kronis yang terjadi pada DM mengakibatkan gangguan makrovaskuler dan mikrovaskuler. Gangguan makrovaskuler yang sering terjadi akibat DM adalah stroke dan infark miokard. Sedangkan gangguan mikrovaskuler yang terjadi adalah diabetic retinopathy dan nefropathy (Dunning, 2005). Prevalensi individu dengan DM di Asia Tenggara pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak 58,7 juta orang dari 1,439 juta penduduk yang ada. Jumlah individu dengan DM tersebut diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 101 juta orang dari 1,788 juta penduduk yang ada menurut data Federasi Diabetes International Diabetes. Prevalensi individu dengan DM pada tahun 2003 berdasarkan data Badan Pusat Statistik dari 133 juta penduduk Indonesia yang berumur di atas 20 tahun terdapat 21,9% penderita DM yaitu sebanyak 13,7 juta orang. Jumlah penderita DM tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 20,1 juta orang pada tahun 2030 (Perkeni, 2011). Maka, pengelolaan yang tepat pada penderita DM sangat dibutuhkan sebagai pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi akibat DM. 1

2 Pengelolaan DM bertujuan mengontrol kadar gula darah tetap dalam batas yang normal untuk mencegah terjadinya komplikasi akut dan kronik (Shristava, Shristava, & Ramasamy, 2013). Pengelolaan DM dilakukan dengan cara menaati diet yang diberikan, olah raga secara rutin untuk meningkatkan efektivitas insulin, menjalani terapi hipoglikemik secara teratur, serta pengawasan gula darah mandiri (Hanko, Kazmer, Kumli et al, 2007), ditambah pula dengan perawatan kaki untuk mencegah ulkus kaki (Moattari, Ghobadi, Beigi, & Pishdad, 2012). Pengelolaan DM harus dilakukan secara patuh seumur hidup oleh individu dengan DM untuk mengontrol kadar gula darah, karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan bersifat menahun. Ketidakpatuhan pengelolaan terapi DM dapat disebabkan oleh: kompleksitasnya rencana terapi yang harus dijalani; kesulitan dalam memahami terapi pengobatan yang diberikan; aspek sosioekonomi yang rendah; perhatian dan keyakinan dalam menjalankan terapi pengobatan (Neto et al, 2011). Ketidakpatuhan tersebut dapat dicegah apabila pasien memiliki kemampuan self care dalam pengelolaan terapi hipoglikemi. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh: pengetahuan tentang penyakit yang diderita; pemahaman yang dimiliki untuk taat mengikuti program terapi; kemampuan sosioekonomi, sosioekonomi yang rendah mengakibatkan individu mengurangi dosis terapi agar obat tidak segera habis atau hanya mempergunakan terapi apabila merasa ada keluhan (Stanley et al, 2005). Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Collins, et al. (2009) menunjukkan bahwa persepsi self care dalam pengelolaan DM pada individu lanjut usia dipengaruhi oleh nilai-nilai kesehatan yang bersifat individual. Penilaian yang dimiliki tersebut berdampak pada kemampuan mengelola diet DM, menentukan aktifitas fisik yang sesuai, monitoring kadar gula darah mandiri serta patuh menjalankan terapi farmakologi DM. Kemampuan self care tersebut harus dilakukan seumur hidup untuk mencegah terjadinya komplikasi serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

3 Kemampuan self care dalam pengelolaan DM salah satunya adalah dalam penatalaksanaan terapi farmakologi yaitu oral hipoglikemi dan insulin. Individu lanjut usia mengalami perubahan kemampuan fisik, sosial dan psikologi (Meiner & Lueckenote, 2006). Perubahan kemampuan tersebut mempengaruhi kemampuan self care dalam pengelolaan DM, salah satunya dalam penatalaksanaan terapi farmakologi. Maka, individu lanjut usia dengan penyakit kronis yang menjalani pengobatan seumur hidup harus memiliki pengetahuan yang baik tentang pengobatan yang dijalani. Pengetahuan tersebut berpengaruh terhadap kepatuhan dan keamanan dalam menjalankan pengobatan. Kepatuhan yang didasari dengan pengetahuan yang baik akan nampak melalui perilaku individu untuk patuh menjalankan pengobatan seumur hidup. Kepatuhan menjalankan pengobatan mampu mengontrol kondisi individu dengan DM, mencegah komplikasi dan mempertahankan kualitas hidup individu (Chan, Wong, So, Kung, Wong, 2013). Penelitian kuantitatif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan seumur hidup dengan penyakit kronis telah banyak dilakukan. Namun penelitian tersebut kurang menggambarkan pengalaman kepatuhan, kemampuan self care, hambatan serta strategi yang harus dilakukan individu lanjut usia dalam menjalankan terapi hipoglikemi baik oral maupun insulin. Melalui penelitian kualitatif ini pengalaman kepatuhan serta kemampuan self care individu lanjut usia dengan DM selama menjalankan pengobatan akan digali. Pengalaman tersebut akan memberikan gambaran esensi dasar yang dialami individu terhadap fenomena yang ada, serta bermanfaat untuk menentukan intervensi yang tepat bagi individu lanjut usia dengan DM. 1.2 Rumusan Masalah Diabetes Melitus menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol. Kadar gula darah yang tinggi tersebut tidak dapat dipergunakan oleh sel, kejadian tersebut akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi akut maupun kronik. Maka, kontrol gula darah yang baik diperlukan bagi individu sebagai pencegahan terjadinya komplikasi.

4 Kadar gula darah pada individu dengan DM dapat dikelola melalui terapi non farmakologi seperti diet dan aktifitas fisik melalui olahraga. Terapi farmakologi akan mulai diberikan apabila kontrol gula darah tidak dapat dilakukan oleh individu. Kadar gula darah tersebut harus dikontrol seumur hidup, sehingga pengelolaan DM pada individu juga harus dilakukan seumur hidup terutama bila terapi farmakologi seperti oral antihiperglikemi dan insulin telah diberikan. Seiring dengan pertambahan usia dan penurunan fungsi fisik, berbagai penyakit juga dialami individu lanjut usia. Penyakit kronis tersebut umumnya juga membutuhkan pengobatan yang harus dijalankan seumur hidup. Pengobatan yang dijalankan seumur hidup tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan fungsional dan kognitif pada individu. Kemampuan tersebut nampak melalui kemampuan self care dengan perubahan kondisi kesehatan saat ini serta dalam menjalankan pengobatan. Sehingga, pengobatan yang dijalani bermanfaat bagi individu untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian serta meningkatkan kualitas hidupnya. Kemampuan self care dalam menjalani terapi hipoglikemik dengan patuh sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang penyakit yang dialami serta keyakinan terhadap pengobatan yang dijalani. Kepatuhan menjalankan pengobatan seringkali mengalami hambatan akibat pemahaman yang dimiliki individu bahwa pengobatan hanya dilakukan apabila kadar gula darah tinggi, serta keyakinan yang rendah tentang manfaat pengobatan DM untuk mengontrol kadar gula darah. Pengobatan yang harus dilakukan seumur hidup juga menimbulkan ketakutan akan efek samping obat seperti gangguan hati dan ginjal. Berdasarkan kenyataan tersebut, melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini akan menggali pengalaman kepatuhan serta kemampuan self care dalam penatalaksanaan terapi hipoglikemi oral dan insulin pada individu lanjut usia dengan DM. Eksplorasi pengalaman tersebut akan menggambarkan pengalaman kepatuhan dan kemampuan self care individu lanjut usia dalam menjalankan terapi hipoglikemi baik oral maupun insulin. Sehingga pertanyaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengalaman dalam

5 kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Diketahui pengalaman individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus tentang kepatuhan dan menjalani self care terhadap terapi hipoglikemi oral dan insulin. 1.3.2.2 Diketahui faktor penghambat dan pendukung kepatuhan selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin pada individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi pelayanan Keperawatan Medikal Bedah Pengalaman hidup pasien DM berusia lanjut yang telah digali, diharapkan mampu menggambarkan fenomena yang dialami pasien tentang kepatuhan dan menjalankan self care terhadap terapi hipoglikemi baik oral maupun insulin. Berdasarkan fenomena tersebut diharapkan pelayanan Keperawatan Medikal Bedah mampu menentukan pelayanan keperawatan sesuai tingkat usia terutama pada individu lanjut usia dengan penyakit kronis dan harus menjalani pengobatan seumur hidup. Sehingga, dapat ditentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan dan efikasi diri bagi pasien DM lanjut usia dalam menjalankan pengobatan. 1.4.2 Bagi perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang tepat bagi perawat melalui penggambaran fenomena yang dialami pasien DM berusia lanjut dalam penatalaksanaan terapi hipoglikemik. Penggambaran fenomena kepatuhan selama menjalankan terapi hipoglikemi baik oral maupun insulin pada individu

6 lanjut usia diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidikan keperawatan medikal bedah dalam proses pembelajaran mahasiswa. Proses pembelajaran tersebut terutama berfokus dalam merencanakan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada individu lanjut usia dengan DM. 1.4.3 Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya tentang penilaian kepatuhan menjalankan pengobatan pada individu lanjut usia yang aplikatif. Intervensi keperawatan yang tepat pada individu lanjut usia serta pengelolaan DM yang tepat sesuai usia diharapkan juga berdasarkan pada hasil penelitian ini. Karena individu lanjut usia dengan penyakit kronis yang dialami serta penurunan baik fungsi fisik, sosial dan psikologi akan menimbulkan banyak permasalahan yang membutuhkan intervensi keperawatan yang tepat.