BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga (Sukwiaty, 2006 : 154). Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmempengaruhi. Tingkat inflasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi terhadap inflasi di masa yang akan datang. Ekspektasi inflasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset finansial yang dimilikinya menjadi asset riil, seperti tanah, rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya ekspektasi inflasi yang rendah akan memberikan insentif terhadap masyarakat untuk menabung serta melakukan investasi pada sektor-sektor produktif. Ekspektasi inflasi dapat dibentuk diantaranya melalui pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan serta kebijakan yang diambil bank sentral dalam pencapaian target tersebut. Jika Bank sentral sangat kredibel di mata agen ekonomi, maka
agen ekonomi sangat percaya bahwa bank sentral akan melakukan tindakan yang tepat dalam mengendalikan inflasi ketika inflasi mulai bergerak menjauh dari sasaran inflasi yang ditetapkan. Dalam situasi tersebut, ekspektasi inflasi masyarakat tidak akan bergerak liar, namun terpatri pada tingkat yang sesuai dengan tujuan Bank Sentral dalam menjaga stabilitas harga. Penetapan harga dan upah cenderung mengikuti koridor target inflasi yang ditetapkan bank sentral dan kurang responsif terhadap fluktuasi inflasi sesaat. Hal ini sangat membantu bank sentral, karena otoritas moneter dapat mengabaikan volatilitas harga jangka pendek dan lebih cenderung mengambil pendekatan jangka menengah-panjang dalam mengendalikan inflasi. Ekspektasi inflasi merupakan salahsatu peran penting dalam proses pembentukan inflasi sebagai konsekuensi logis dari aktivitas perekonomian suatu Negara. Pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dari suatu rumah tangga, perusahaan atau pemerintah selaku pembuat kebijakan-kebijakan juga sangat tergantung pada bagaimana ekspektasi mereka terhadap kondisi ekonomi mendatang. Ekspektasi inflasi juga menjadi salah satu landasan utama umumnya para agen ekonomi dalam menetapkan harga dan upah yang pada akhirnya mempengaruhi keputusan konsumsi dan investasi. Ekspektasi inflasi mengacu pada pandangan atau ramalan pelaku ekonomi mengenai perubahan harga yang terjadi di masa mendatang. Pemahaman agen ekonomi akan prospek harga ke depan melatar belakangi keputusan yang diambilnya saat ini, yang bahkan dapat mempengaruhi harga aktual atau bahkan variabel ekonomi lain di luar harga. Ekspektasi inflasi dapat terbentuk dari proses
pemikiran yang bersifat backward looking atau forward looking. Dengan pola pikir yang backward looking, agen ekonomi meramal arah tingkat harga ke depan berdasarkan data historis. Dalam hal ini, perubahan ekspektasi inflasi bersifat adaptif, artinya perubahan itu tergantung pada persepsi pelaku ekonomi mengenai inflasi, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang telah terjadi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan menaikkan harga produknya dalam merespons inflasi bahan pokok yang tinggi. Selama inflasi aktual (perubahan harga dari masa lalu ke masa sekarang) masih tinggi, perusahaan tersebut belum akan berhenti menaikkan harga. Sementara itu, ada ekspektasi yang disusun berdasarkan pola pikir yang forward looking. Dimana ekspektasi inflasi agen ekonomi mengacu pada target inflasi bank sentral dan upayanya untuk mencapai sasaran itu. Dalam kasus perusahaan tadi misalnya, perusahaan yang lebih berorientasi forward looking akan langsung menghentikan kenaikan harga produknya jika dia mendapati bahwa bank sentral sudah bertindak untuk menahan laju inflasi (dan dengan demikian percaya bahwa inflasi ke depan akan lebih terkendali). Di Indonesia, ekspektasi inflasi belakangan ini menjelma menjadi salah satu faktor yang menentukan arah dan stabilitas pasar keuangan, tren kenaikan upah minimum buruh di beberapa daerah, rencana kenaikan tarif tenaga listrik (TTL), dan tekanan kepada pemerintah untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM), turut meningkatkan ekspektasi inflasi setiap tahunnya. Dari sisi moneter, kondisi tersebut telah menyebabkan tekanan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah yang meningkat, sementara inflasi masih relatif tinggi salah satunya karena dampak meningkatnya ekspektasi inflasi. Bank
Indonesia memandang bahwa meningkatnya ekspektasi inflasi dan depresiasi nilai tukar rupiah tersebut dapat meningkatkan resiko ketidak stabilan makro ekonomi yang dapat mengganggu keberlangsungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Secara umum tingkat laju inflasi dapat ditentukan oleh kekutan permintaan dan penawaran yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi mereka terhadap laju inflasi di masa yang akan datang. Ekspektasi laju inflasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset finansial yang dimilikinya menjadi aset rill seperti tanah, rumah dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya, ekspektasi laju inflasi yang rendah akan memberikan insentif kepada masyarakat untuk menabung serta melakukan investasi pada sektor-sektor produktif. Ekspektasi masyarakat terhadapa inflasi di masa yang akan datang antara lain dapat dilihat dari perkembangan suku bunga nominal perbankan. Hal ini sejalan dengan sudut pandang term structure theory yang mengatakan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di masa yang akan datang dapat dilihat dari suku bunga nominal. Secara umum, suku bunga nominal mencerminkan suku bunga rill ditambah ekspektasi inflasi. Dengan demikian, perkembangan suku bunga nominal dapat digunakan sebagai indikator ekspektasi inflasi masyarakat. Di Indonesia terdapat beberapa jenis suku bunga nominal di antaranya PUAB. Deposito berjangka 1 bulan sampai dengan 2 tahun, suku bunga kredit
modal kerja, dan suku bunga kredit investasi. Pada umumnya, di negara-negara maju ekspektasi inflasi dilihat dengan menggunakan suku bunga obligasi. Namun demikian, Fry (1988) dalam membahas terms structure of interest rate di negaranegara berkembang menggunakan suku bunga deposito untuk penelitiannya. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk membahas lebih lanjut mengenai ekspektasi inflasi yang berkembang dimasyarakat, dengan suku bunga yang ada melakukan pengujian terhadap berbagai spread suku bunga untuk menemukan suatu suku bunga yang dapat digunakan dalam menjelaskan pergerakan laju ekspektasi inflasi di Sumatera Utara dengan mengangkat judul Analisis Ekspektasi Inflasi di Sumatera Utara. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan suku bunga yang ada penulis akan melakukan pegujian terhadap berbagi spread suku bunga untuk menemukan suatu suku bunga yang dapat digunakan dalam menjelaskan pergerakan laju ekspektasi inflasi di Sumatera Utara. 1.3. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang ada. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang ada bukan berarti jawaban akhir, namun kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya dengan data-data yang mempunyai hubungan ataupun dengan melihat fakta yang terjadi dilapangan.
Berdasarkan bentuk permasalahan yang di kemukakan diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara suku bunga terhadap inflasi sehingga dapat ditemukan suatu suku bunga untuk dapat digunakan sebagai salah satu indikator yang dapat mencerminkan ekspektasi inflasi pada priode jangka pendek dan panjang. 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pergerakan spread suku bunga yang dapat menjelaskan pergerakan ekspektasi inflasi sehingga dapat menggambarkan ekspektasi inflasi masyarakat di Sumatera Utara. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Melalui penelitian ini diharapkan penulis akan memperoleh wawasan yang lebih bermanfaat dan hal-hal yang berkaitan dengan ekspektasi inflasi di Sumatera Utara. Demikian juga dengan pihak-pihak lain akan memperoleh informasi pergerakan ekspektasi inflasi yang terjadi di Sumatera Utara. 2. Sebagai sumbangan pikiran bagi peneliti lainnya untuk menganalisa masalah yang sama dengan metode yang lain, baik dari segi jangka waktu, data yang digunakan, maupun kaedah analisisnya. 3. Dapat digunakan sebagai bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi.