BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

STUDI TENTANG PERAN DAN MANFAAT KURIKULUM NON AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN SIKAP DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Sawahlunto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

commit to user BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB XI LAYANAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ismi Nurlatifah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ajar dan pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Peran perpustakaan sekolah sangatlah signifikan dalam mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

PengembanganKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

siswa, berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta pengelolaan atau manajemen sekolah. Di dalam faktor kurikulum yang mempengaruhi prestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bangsa yang berkualitas adalah bangsa yang maju pendidikannya. Karena pendidikan adalah penentu sebuah bangsa menjadi berkembang dan berkualitas (Barizi, 2009: 46). Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan individu peserta didik, dilingkungan sekolah. Sekolah adalah lembaga yang bersifat komplek dan unik, bersifat komplek karena sekolah sebagai organisasi yang mana di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lainnya saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Ciri-ciri yang menempati sekolah memiliki karakter tersendiri dimana terjadi proses belajar mengajar untuk perkembangan potensi umat manusia. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan tetapi tidak hanya berfungsi sebagai tempat mentransfer ilmu pengetahuan pada siswa, 1

2 melainkan juga dituntut untuk dapat merangsang siswa dalam mengembangkan potensi-potensinya. Dengan begitu siswa dapat mengembangkan kreativitasnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan juga dapat menerima serta memahami kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan, dan meningkatkan mutu pendidikan (Mustakim, 2010: 1). Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah, khususnya di kabupaten/kota, seyogyanya dikaji lebih dulu kondisi obyektif dari unsurunsur yang terkait pada mutu pendidikan, yaitu: (1) Bagaimana kondisi gurunya? (persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi, kompetensi pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat kesejahteraan); (2) Bagaimana kurikulum disikapi dan diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?; (3) Bagaimana bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku pelajaran); (4) Apa saja yang dirujuk sebagai sumber belajar oleh guru dan siswa?; (5) Bagaimana kondisi prasarana belajar yang ada?; (6) Adakah sarana pendukung belajar

3 lainnya? (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan sekolah dengan pusat-pusat informasi); (7) Bagaimana kondisi iklim belajar yang ada saat ini? (Anonim, 2010). Adapun usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti yang diharapkan selain menggunakan cara yang lazim seperti penyempurnaan kurikulum juga dengan mengefektifkan komponen-komponen yang mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan. Kondisi pendidikan persekolahan kita yang strategis namun terabaikan, sehingga tidak mampu memikul tanggung jawabnya secara sendirian, mengharuskan segenap komponen manusia Indonesia untuk lebih memperhatikan keadaan pendidikan. Pemerintah, masyarakat dan orang tua (keluarga) tidak mungkin diam melihat kondisi pendidikan yang sangat membutuhkan perhatian. Oleh karenanya, gagasan luhur Ki Hadjar Dewantara dengan Tri Pusat Pendidikan yang terdiri dari orang tua, sekolah dan masyarakat dan sekarang ditambah dengan peran serta aktif pemerintah, patut dilaksanakan dalam rangka memprioritaskan sektor pendidikan, baik yang informal, non formal, maupun yang formal seperti didirikannya sekolah-sekolah. Peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks pembangunan secara menyeluruh, yang bertujuan memberikan manfaat sesuai dengan cita-cita bangsa. Pembangunan tidak mungkin berhasil jika tidak melibatkan manusianya sebagai pelaku dan sekaligus sebagai tujuan pembangunan. Untuk menyukseskan pembangunan perlu di tata suatu sistem pendidikan yang relevan, sistem pendidikan dirancang dan dilaksanakan oleh orang-orang yang

4 ahli dalam bidangnya. Tanpa keahlian yang memadai maka pendidikan sulit berhasil. Keahlian yang diperoleh tenaga pendidik, tidak dimiliki oleh masyarakat pada umumnya, melainkan hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu yang telah menjalani pendidikan secara berencana dan sistematik. Secara jujur harus diakui salah satu permasalahan yang dihadapi pendidikan adalah rendahnya mutu, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah dengan diluncurkannya Peraturan Mendiknas No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No 24 tahun 2006. Implementasi dari berbagai peraturan tersebut upaya peningkatan diwujudkan dalam bentuk pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, juga peningkatan kualitas manajemen sekolah (Eko, 2009: 4). Berbagai peraturan yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan memuat beberapa hal penting diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang kemudian dipopulerkan dengan istilah KTSP. Di dalam KTSP, struktur kurikulum yang dikembangkan mencakup

5 tiga komponen yaitu: (1) Mata Pelajaran; (2) Muatan Lokal dan (3) Pengembangan Diri. Komponen Pengembangan Diri merupakan komponen yang relatif baru dan berlaku untuk dikembangkan pada semua jenjang pendidikan. Sebagai sesuatu yang dianggap baru, kehadirannya menarik untuk didiskusikan dan diperdebatkan, demikian halnya dengan pengelolaan pengembangan diri siswa di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan, yang dalam pelaksanaanya hal tersebut tergolong baru tentunya masih terdapat berbagai kekurangan, kekurangan tersebut disebabkan oleh perencanaan pembelajaran pengembangan diri yang belum matang, demikian pula dengan pelaksanaannya belum sepenuhnya mendapat dukungan dari unsur sekolah dan masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan dalam pengembangan diri kurang maksimal (Priyanto, 2010: 2). Potensi pengembangan diri anak dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di luar jam pelajaran, selain membantu siswa dalam mengembangkan minatnya, juga membantu siswa agar mempunyai semangat baru agar lebih giat belajar sera menanamkan tanggungjawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Keikutsertaan siswa akan kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggungjawab sebagai warga negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandanganpandangan kerja sama, dan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan mandiri (Marlinda, 2008: 124).

6 Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik (Chandra, 2009: 5). Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti berguna bagi kehidupan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya belum semua sekolah secara berkesinambungan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler sehingga terjadi kesenjangan kebutuhan siswa dalam pengembangan potensi akademik dan pengembangan diri belum maksimal. Tersedianya kegiatan ekstrakurikuler diharapkan akan dapat mengakomodasi kebutuhan dan bakat yang dimiliki siswa (Amirullah, 2010: 3). Tujuan umum pengembangan diri: untuk menggali kompetensi sumber daya manusia untuk membentuk dan mengembangkan wawasan kepemimpinan, keterampilan, etika dan estetika serta iman dan taqwa sehingga mempunyai kecakapan hidup. Selain itu pengembangan diri

7 bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan pengembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi serta kemampuan sekolah. Memfasilitasi pengembangan potensi siswa, terdapat keuntungan yang membawa dampak positif bagi penyelenggaraan pembelajaran. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler, siswa dan guru dapat berinteraksi membincangkan kendala-kendala yang terjadi di kelas maupun luar kelas. Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pendampingan seperti kegiatan olahraga atau pengembangan bakat, minat dan kreatifitas siswa bidang lainnya (Hermawan, 2009: 5). Secara khusus tujuan pengembangan diri menunjang peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, kemandirian. Selain itu kegiatan ekstra kurikuler ini juga merupakan wahana pembinaan siswa yang mana dapat di pupuk dan di tumbuh kembangkan sehingga siswa tersebut juga dapat memiliki jati diri dan moral yang jelas. Oleh karena itu sekolah harus dapat mengelola dan melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler ini dengan baik secara efektif dan efisien. B. Fokus Penelitian Berdasarkana latar belakang penelitian tersebut di atas, maka fokus penelitian ini adalah Bagaimana pengelolaan pengembangan diri dalam

8 kegiatan ekstrakurikuler rebana di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan, yang dibagi dalam tiga sub fokus sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan kegiatan pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler rebana di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler rebana di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan? 3. Bagaimana evaluasi kegiatan pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler rebana di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan pengelolaan pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler rebana di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan perencanaan kegiatan pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler rebana di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan. 2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler rebana di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan. 3. Untuk mendeskripsikan evaluasi kegiatan pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler rebana di SD Negeri 1 Karangrayung Grobogan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat menambah literatur pada program pascasarjana Universitas

9 Muhammadiyah Surakarta khususnya pada program magister manajemen pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga Pendidikan (sekolah) serta instansi-instansi yang terkait di dalamnya, kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pelaksanaan program pengembangan diri bidang ekstrakurikuler rebana. b. Bagi orang tua, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk lebih mendorong pengembangan diri pada siswa yang lebih mengarah pada penapaian kepribadian yang lebih baik. c. Bagi masyarakat yang peduli pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam pemilihan program sekolah yang representatif dan mengembangkan potensi dini anak didik. E. Definisi Istilah 1. Pengelolaan merupakan proses yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan secara mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lain 2. Pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dari kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.

10 3. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum 4. Rebana merupakan gendang berbentuk bundar dan pipih yang merupakan salah satu kesenian yang bernafaskan Islam.