BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia terlupa akan pendidikan karakter bangsa. Padahal,

dokumen-dokumen yang mirip
2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sebuah negara. Maka dari itu, jika ingin memajukan sebuah negara terlebih dahulu

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sumber dan simbol kemajuan suatu bangsa. Kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. produk dengan kualitas-kualitas yang lebih baik. Untuk memenuhi. sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Khoirsyah Riati, 2016

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak dari globalisasi yang terjadi saat ini telah membawa masyarakat Indonesia terlupa akan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu untuk ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Sebab maju-mundurnya, aman-bobroknya suatu bangsa atau Negara tergantung kepada akhlak atau karakter mereka (pemuda pemudi) sebagai generasi penerus bangsa. Disisi lain, karakter bangsa juga merupakan aspek penting terhadap kualitas Sumber Daya Manusia, karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu untuk dibentuk dan dibina sejak usia dini. Dimana usia dini merupakan fase kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Menurut Freud, kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. 1 Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan social di masa dewasanya kelak. Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini dirasa cukup mendesak untuk adanya pengaktualisasian kembali pendidikan karakter. Gambaran 1 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta : Bumi Aksara.2011), h. 35 1

2 masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter ini dirasa perlu mengingat semakin meningkatnya tawuran antar remaja dan bentuk kenakalan remaja lainnya. Sebagaimana pendapat Thomas lickona Seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Cortland University Amerika, yang dikutip oleh Masnur Muslich, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena tanda-tanda ini sudah ada, berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah : 2 1. Meningkatnya kekerasan pada remaja 2. Penggunaan kata-kata yang memburuk 3. Pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan 4. Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas 5. Kaburnya batasan moral baik-buruk 6. Menurunnya etos kerja 7. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru 8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara 9. Membudayanya ketidakjujuran 10. Adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama. Fenomena di atas, sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Syauqi Bei yang telah dijelaskan diatas, bahwasannya Ummat akan tegak, bila ada akhlaknya. Apabila lenyap akhlaknya, ummat itu akan lenyap pula. dan ternyata tanda-tanda yang disebutkan tadi telah dialami oleh bangsa kita sendiri, yaitu terjadinya krisis yang multidimensi (sosial,ekonomi,hukum, dan politik), 2 Ibid, h. 35

3 karena bangsa kita sudah melecehkan nilai-nilai moral atau memarjinalkan nilai-nilai agama. 3 Dari berbagai permasalahan tersebut, diasumsikan bersumber dari krisis etika dan moral: bisa korupsi dianggap prestasi, penipuan dianggap lumrah asalkan tidak keterlaluan, hilangnya budaya malu, hilangnya keperawanan tidak lagi disesalkan, politik uang untuk membeli kekuasaan, berbudi bahasa yang santun dianggap suatu kelemahan, agama tidak lagi dipedomani sebagai akhlak melainkan sebagai alat kepentingan dan kekuasaan, dan bahasa kekerasan adalah bahasa kekuasaan dan ketertindasan. Adanya krisis etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bahkan juga krisis etika dan moral dalam beragama lantas memunculkan pertanyaan tentang peranan dan sumbangan Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk etika dan moral. Walaupun variabel perkembangan permasalahan tersebut sesungguhnya sangat kompleks, namun seringkali secara langsung maupun tidak langsung dihubungkan dengan permasalahan pendidikan agama di sekolah. Pertanyaan seperti ini dianggap sah-sah saja karena sumber dari berbagai permasalahan tersebut adalah akibat 3 Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar Agama (Perspektif Agama Islam), (Bandung: Anggota IKAPI, 2005), h.88

4 adanya krisis etika dan moral, sedangkan tugas pokok pendidikan agama adalah membentuk anak didik memiliki moralitas dan akhlak budi pekerti yang mulia. 4 Sementara itu, di dalam kebijakan nasional, antara lain ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam berbangsa dan bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai lahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional. Lebih lanjut perlu diingat bahwa secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang- Undang No 23 Tahun pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menegaskan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal itu berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan 4 Tobroni, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam.http://tobroni.staff.umm.ac.id/2010/11/24/pendidikan-karakter-dalam-perspektif-islampendahulan/ diakses pada 19 Oktober 2012. 5 Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.2012), h. 26

5 berinteraksi dengan masyarakat. Sebagaimana yang tertuang dalam tatanan nilai pembukaan UUD 45 khususnya yang tertuang dalam UU No 2/1989 dan UU No 20/2003 lebih banyak didominasi oleh dominan afektif atau cenderung kepada pembentukan sikap. Artinya, kecerdasan dan ketrampilan harus berasaskan nilai-nilai luhur agama, seperti halnya; beriman, berakhlakul karimah dan beramal saleh utamanya yang bersumber pada nilai-nilai ajaran agama (islam) adalah bagian dari nilai luhur. 6 Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang tersukses di dunia sekalipun, mereka bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. 7 Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Sehubungan dengan kondisi karakter atau akhlak bangsa Indonesia saat ini, maka para pendidik harus senantiasa meningkatkan komitmennya untuk senantiasa menanamkan nilai-nilai akhlak mulia kepada para peserta didik. Pendidikan akhlak atau karakter yang baik terhadap para siswa atau peserta 6 Asmaun, Sahlan, Mewujudkan Budaya Religious di Sekolah Upaya Mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi, (Malang : UIN MALIKI PRESS, 2010), h.3 7 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional., h. 84

6 didik, baik melalui pengajaran, ketauladanan maupun pembiasaan, diharapkan mereka dapat berkembang menjadi seorang manusia yang berkepribadian yang mantap, atau berakhlakul karimah (akhlak mulia). 8 Penanamaan pendidikan karakter tidak bisa hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu. Pendidikan karakter perlu proses, contoh teladan, pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan sekolah atau madrasah, keluarga, lingkungan masyarakat, mapun lingkungan media massa. Menurut Hill, dalam buku Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, menjelaskan bahwa pendidikan karakter mengajarkan kepada anak tentang cara berfikir dan berprilaku yang dapat membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat dan Negara dan membentuk mereka untuk dapat membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. 9 Dalam aplikasinya, penanaman serta penguatan nilai-nilai karakter dapat dilakukan melalui pembiasaan keagamaan yang telah ada dalam program kegiatan sekolah. Selain pembiasaan, akhlak atau karakter dapat diajarkan melalui internalisasi yang meliputi peneladanan, penegakan, peraturan, pemotivasian serta pembiasan yang telah dijelaskan diatas. 8 Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar Agama (Perspektif Agama Islam), h. 89 9 Masnur Muslich, Op.cit., h. 38

7 Sebagaimanya yang di ungkapkan oleh ustadz Quraih syihab; keberhasilan pendidikan karakter ditentukan oleh integrasi antara olah jiwa, adanya pembiasaan, keteladanan, dan lingkungan yang sehat. 10 Hal demikian menginterpretasikan bahwasanya pendidikan karakter tidak hanya berproyeksi pada aspek kognitif, akan tetapi menyeluruh maupun mendalamnya penanaman nilai dan sikap merupakan hal yang sangat urgen bagi keberhasilan pendidikan karakter yang diharapkan. Adapun Pendidikan Agama Islam, merupakan Pendidikan Nilai. Karena lebih banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun nilai kemanusiaan, yang hendak ditanamkan atau ditumbuh kembangkan ke dalam diri peserta didik sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi kepribadiannya. Proses Internalisasi nilai 11 ini, dalam ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta didik untuk dapat mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga tujuan dari Pendidikan Agama Islam dapat tercapai dengan baik. Sedangkan upaya dari pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai ajaran Islam kepada diri peserta didik menjadi sangat penting, dan salah satu upaya tersebut adalah melalui metode pembiasaan keagamaan di lingkungan sekolah. 10 dikutip dari karya monumental Ustadz Quraish Syihab dalam bukunya berjudul Membumikan Al-Qur an Jilid 2, oleh Aulia Rohmah Al-Habsyi. http://blog.uinmalang.ac.id/auliakhan23/2012/04/14/konsep-pendidikan-karakter-ala-ustadz-quraisy-syihab/. (diakses pada 06 November 2012) 11 Proses menanamkan dan menumbuhkembangkan suatu nilai atau budaya menjadi bagiaan diri (self) orang yang bersangkutan.

8 Metode pembiasaan keagamaan tersebut adalah dengan menciptakan suasana religius di sekolah, karena kegiatan kegiatan keagamaan dan praktikpraktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam serta dapat menguatkan nilai karakter budi pekerti luhur secara baik kepada peserta didik. Berdasarkan latar belakang mengangkat permasalahan tersebut diatas penulis sangat tertarik untuk menjadi sebuah skripsi yang berjudul: Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Keagamaan Jum at Amal di SMP Negeri 19 Surabaya. Sebagai objek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMP 19 Negeri Surabaya. B. Rumusan Masalah : Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang diformulasikan secara singkat sebagai berikut: 1. Bagaimana pendidikan karakter di SMP Negeri 19 Surabaya? 2. Bagaimana pelaksanaan pembiasaan keagamaan jum at amal di SMP Negeri 19 Surabaya? 3. Apakah pembiasaan keagamaan jum at amal dapat memberikan penguatan pada pendidikan karakter di SMP Negeri 19 Surabaya?

9 C. Tujuan Penelitian : Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang pendidikan karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. 2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang pelaksanaan pembiasaan keagamaan jum at amal di SMP Negeri 19 Surabaya. 3. Untuk mengetahui tentang penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan jum at amal di SMP Negeri 19 Surabaya. D. Manfaat Penelitian 1. Lembaga Penelitian Dapat bermanfaat bagi lembaga penelitian dalam rangka sebagai masukan terhadap pengembangan keilmuan, khususnya yang menyangkut tentang Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Keagamaan Jum at Amal di SMP Negeri 19 Surabaya. 2. Lembaga Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan bagi Bapak/Ibu guru dalam memberikan Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Keagamaan Jum at Amal di SMP Negeri 19 Surabaya. 3. Bagi Penulis a. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan sehingga dapat diharapkan mampu membantu dalam memahami, mengantisipasi dalam

10 memecahkan masalah yang berhubungan dengan Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Keagamaan Jum at Amal Di Smp Negeri 19 Surabaya. b. Untuk mengembangkan kemampuan penelitian yang dapat menambah cakrawala pengetahuan peneliti. E. Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengangkat tema tentang penguatan pendidikan karakter budi pekerti luhur melalui pembiasaan keagamaan jum at amal di SMP 19 Negeri Surabaya. Berdasarkan hasil ekplorasi peneliti, terdapat beberapa hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, diantaranya: Penelitian yang ditulis oleh Rosif (2011) Mahasiswa Program Strata Satu Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institute Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (IAIN Sunan Ampel), dengan judul Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Siswa di MAN Model Bangkalan. Penelitian ini mengkaji tentang peranan pendidikan agama islam dalam membantu proses pembentukan karakter siswa MAN Model Bangkalan. Adapun hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: adanya peran

11 penting pada pendidikan agama islam dalam turut membentuk karakter siswa, dan itu semua tidak terlepas dari peran seorang guru. 12 Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang ditulis oleh Hakim As Shidqi (2011), Mahasiswa Program Pascasarjana Jurusan Manajemen Kependidikan, Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, dengan judul Pendidikan Akhlak Menurut KH. Imam Zarkasyi & Relevansinya dengan Pendidikan Karakter Bangsa. Penelitian ini mengkaji tentang relevansi pendidikan akhlak menurut KH Imam Zarkasyi dengan pendidikan karakter bangsa. Adapun hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Pendidikan akhlak menurut KH Imam Zarkasyi masih relevan dengan pendidikan karakter bangsa, meskipun KH Imam Zarkasyi memandang pendidikan secara total adalah untuk membentuk akhlak, sedangkan pendidikan karakter lebih pada pengembangan nilai dan norma yang ada pada masyarakat Indonesia. 13 Berbeda dengan penelitian diatas, penelitian yang akan dilaksanakan ini memfokuskan penelitiannya pada siswa Sekolah Menegah Pertama. Selain itu penelitian ini akan focus pada penguatan pendidikan karakter budi pekerti luhur melalui pembiasaan keagamaan jum at amal yang dilaksanakan di sekolah, sehingga berujung pada terciptanya generasi muda yang kaffah (insan kamil), 12 Rosif, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter Siswa di MAN Model Bangkalan. Skripsi tidak diterbitkan (Surabaya: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, 2011) 13 Hakim As Shidqi, Pendidikan Akhlak Menurut KH Imam Zarkasyi dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter Bangsa. Tesis tidak diterbitkan (Surabaya: Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, 2011)

12 sebagaimana yang telah di cita-citakan oleh bangsa Indonesia yang termaktub dalam tujuan Pendidikan Nasional. Judul penelitian ini diangkat untuk mengetahui, sejauhmana kegiatan pembiasaan jum at amal ini dapat memberi penguatan karakter budi pekerti luhur terhadap siswa di SMP Negeri 19 Surabaya. Untuk lebih memperjelas posisi penelitian ini, maka peneliti akan menjabarkan melalui table berikut: Tabel 1.1 Persamaan & Perbedaan Penelitian No Nama Peneliti dan Judul Penelitian. 1. Rosif (2011) Mahasiswa Program Strata Satu Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institute Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (IAIN Sunan Ampel), dengan judul Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Siswa di MAN Model Bangkalan. 2. Hakim As Shidqi (2011), Mahasiswa Program Pascasarjana Jurusan Manajemen Kependidikan, Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, dengan judul Pendidikan Akhlak Menurut KH. Imam Zarkasyi & Relevansinya dengan Pendidikan Karakter Bangsa. Persamaan Perbedaan Penelitian Penulis Sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter Sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter Lebih menekankan pada peran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa. Lebih menekankan pada konsep akhlak menurut KH Imam Zarkasyi dan relevansinya dengan pendidikan karakter bangsa. 1. Kajian difokuskan pada penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan keagamaan jum at amal 2. Studi kasus di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Surabaya.

13 F. Definisi Operasional Skripsi ini berjudul Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Keagamaan Jum at Amal di SMP Negeri 19 Surabaya. Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu kiranya diberi penegasan dari beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian tersebut, yaitu: 1. Penguatan Pendidikan Karakter. Penguatan pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan atau membentuk serta meningkatkan karakter budi pekerti luhur atau pribadi yang berbudi pada peserta didik supaya lebih mengenal, memahami, peduli serta mampu menginternalisasi nilai-nilai pendidikan sehingga peserta didik dapat berperilaku sebagai manusia yang sempurna (Insan Kamil), dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan datang. Hal tersebut dilakukan supaya peserta didik mempunyai kualitas pribadi yang baik, sesuai dengan tujuan daripada Pendidikan Nasional. 2. Pembiasaan Jum at Amal Pembiasaan Jum at Amal ialah kegiatan pengamalan nilai-nilai keagamaan yang berlangsung setiap hari jum at, yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan dari pada sekolah SMP 19 Negeri Surabaya.

14 G. Sistematika Pembahasan Supaya pembahasan mengenai permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini labih jelas dan mengarah pada tujuan yang hendak peneliti capai, maka peneliti membagi pembahasan ini dalam beberapa bab yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan. BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini dikemukakan tentang kajian teori yang dapat mendukung peneliti dalam melakukan penelitian dilapangan. Adapun didalamnya memuat tentang tinjauan pengertian pendidikan karakter, factor pembentuk pendidikan karakter, ciri dasar pendidikan karakter, strategi pendidikan karakter, metode dan pendekatan pendidikan karakter, pengertian pembiasaan keagamaan jum at amal, asas pembiasaan, bentuk pembiasaan, bentuk pengembangan pembiasaan, serta kelebihan dan kelemahan pembiasaan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan uji keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.

15 BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini, peneliti menyajikan tetang data hasil penelitian yang telah diteliti di lapangan, obyek penelitian yang mencakup sejarah singkat berdirinya SMP Negeri 19 Surabaya, letak geografis SMP Negeri 19 Surabaya, pengelolaan SMP Negeri 19 Surabaya, struktur organisasi SMP Negeri 19 Surabaya, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana SMP Negeri 19 Surabaya. Penyajian data tentang pendidikan karakter di SMP Negeri 19 Surabaya, pembiasaan keagamaan Jum at amal di SMP Negeri 19 Surabaya dalam memberi penguatan karakter terhadap karakter budi pekerti luhur siswa BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang penyajian dan análisis data hasil penelitian dari pendidikan karakter di SMP Negeri 19 Surabaya, pelaksanaan pembiasaan jum at amal di SMP Negeri 19 Surabaya dan penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan keagamaan jum at amal di SMP Negeri 19 Surabaya. BAB VI PENUTUP Sebagai penutup dalam skripsi ini penulis menyajikan kesimpulan dan saran.